delapan

101 13 2
                                    

"Nick? Ayolah, dia tidak mati, kan?" Samar-samar aku mendengar seseorang memanggilku.

"Bangun Nick," Kali ini ia mengguncangku. Aku tak tahan dan akhirnya membuka mata.

"Oh! Syukurlah! Ternyata masih hidup!"

"Siapa yang masih hidup?" Tanyaku dengan suara yang masih serak.

"Kau, bodoh! Mengapa kau tidur di lantai? Lantai dapur pula! Kau masih punya ranjang Nick," Sam berdecak lalu meninggalkanku.

Aku segera mendudukan tubuhku di dinding dapur. Aku baru ingat. Aku tertidur saat sedang membersihkan sisa darah Anna. Bodoh sekali.

"Masih mau tidur di lantai dapur, eh?" Yeori berjalan kearah wastafel dan mencuci gelas yang ia bawa.

"Cepat bangun. Kau tidak ingin melewatkan sarapan yang lezat, kan?" Yeori mengulurkan tangannya padaku.

Setelah kami sarapan, kami kembali berlatih. Berlatih terus menerus. Hari demi hari berjalan seperti biasanya. Kami berlatih, makan, melakukan check up, dan sesekali kami dikirim untuk misi kecil. Dan sekarang aku dan kodeku bersiap untuk misi yang kedua.

"Kau... sudah siap, Nick?"

"Ya... kurasa..."

"Ingat janjimu."

"Ya, Lil. Aku tidak akan melupakannya."

Kami berjalan ke aula. Setelah sampai, aku merasa ada yang memanggilku. Aku menoleh kearah lorong dan mendapati Rosaline sudah berdiri disana. Oh ya! Peredam! Aku berlari kearahnya.

"Kau lupa atau bagaimana?" Kekeh Rosaline sambil memasukkan kantung berisi peredam kedalam ranselku.

"Terimakasih," Aku menatapnya dan kembali ke barisanku.

"Ada apa lagi?" Tanya Lily dibelakangku.

"Tidak, hanya urusan kecil."

Aku membagikan peredam pada mereka dan berbaris kembali. Seperti misi sebelumnya, Adam memulai dengan pidato singkat dan berdoa. Sepertinya dia orang yang religius. Setelah selesai berdoa, barisan setiap kode dan tingkatan diminta untuk berbaris di depan pintu keluar. Sudah pasti kodeku dan kode Luke keluar bersama.

"Pintu dibuka dalam sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu."

"Go! Go! Go!" John dan pelatih kode Luke memimpin kami ke helikopter. Kali ini helikopternya berukuran lebih besar, kurasa.

Kami duduk dan memasang pengaman di kursi masing-masing. Tak lama, pesawat kami sudah mengudara.

"Hai lagi, Nick." Kata Luke sambil tersenyum padaku.

"H-hai,"

"Jadi kau sudah siap?" Dia menaik-turunkan alisnya. Menggelikan.

"Ya, tentu saja. Kau?"

"Totally ready, I guess." Jawab Luke dengan muka yang meremehkan.

Setelah beberapa jam kami mengudara, John mengisyaratkan kami bahwa sebentar lagi kami akan sampai.

"Hidupkan I.V kalian." Aku menghidupkan dua I.V di sakuku.

John dan Brad--pelatih kode Luke--memberi isyarat dengan mengangkat jari mereka dan menghitung mundur dari tiga ke satu.

"Move!" Setelah kata itu terdengar, kodeku dan kode Luke segera turun dari helikopter. Aku rasa, sekarang aku berada ditengah kota Boston. Sangat menyedihkan.

Kota ini sangat mati. Bangunan terlihat seperti tulang yang diremukkan. Pohon-pohon seperti tusuk gigi, dan aku bisa melihat kendaraan terparkir bebas disini.

UNSEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang