Saat aku dan teman-temanku ingin beranjak tidur, speaker kecil yang berada di ujung kamar kami berbunyi.
"Perhatian. Diharap seluruh ketua kode untuk mengambil seragam di aula. Perhatian. Diharap seluruh ketua kode untuk mengambil seragam di aula."
Setelah mendengar itu, aku segera menggesekkan kartu, pergi ke aula, dan kembali ke kamar.
"Ini. Ambilah seragam kalian. Hurry up. Ini sangat berat," Tidak kuduga. Paket seragam yang diberikan berat sekali.
Di dalam setiap paket ada seragam, masker baru, sepatu boots, helm khusus dan dua alat kecil seperti baterai.
"Ini apa?" Tanya Ivan sambil meneliti benda berbentuk baterai itu.
"Ada kartu," Aku mengambil kartu yang terselip di dalam paket.
"Aku bacakan ya.
Alat ini adalah alat yang sangat penting. Ini adalah listrik buatan. Berfungsi untuk kalian yang besok akan bertugas membasmi Radians. Tombol untuk menyalakan alat ini ada di bagian yang menjorok keluar. Dan ketuk dua kali untuk mematikan. Simpanlah dengan baik dan jangan menghidupkannya kecuali saat kau bertugas. Dan besok, beekumpulah jam sembilan pagi di aula untuk pengarahan selanjutnya." Ucapku panjang lebar.
"Ah! Aku tahu! Kelemahan Radians itu metal dan listrik bukan? Nah, tidak mungkin seragam kita terbuat dari metal. Pasti akan sangat berat. Jadi sebagai gantinya, mereka membuat listrik buatan untuk dialiri ke seluruh seragam kita," Kata Yeori bersemangat.
"Kau pintar sekali!" Kata Sam sambil memeluk Yeori.
"Lepaskan aku! Aaarrgh kuhajar kau!" Balas Yeori. Kami hanya bisa tertawa melihat aksi mereka.
"Baiklah, besok kurasa menjadi hari pertama kita membasmi Radians. Jadi, apakah kita sudah siap?" Tanyaku.
"Kita semua siap." Kata Ivan penuh percaya diri.
"Okayyy mari kita tidur, besok akan jadi hari yang sangat berat, selamat malam semuanya," Kami beranjak ke ranjang masing masing dan mulai tertidur.
Setiap pagi, aku akan membuat coklat hangat seperti biasanya. Aku berjalan kearah dapur kecil yang terletak disamping kamar mandi.
"Lily?" Aku melihat Lily sedang menggenggam teh di tangannya.
"Oh hai Nick, teh?" Lily menyodorkan tehnya padaku.
"Oh tidak, aku lebih suka coklat hangat," Ucapku sambil tersenyum sambil merobek kemasan coklat hangat instan.
"Um... Nick, aku takut,"
"Ada apa?"
"Aku takut untuk pergi ke dunia luar, aku tidak suka kabut," Katanya dengan nada yang murung.
"Tidak suka atau takut?" Kataku sedikit mengejek.
"Nick! Tidak lucu!" Jawabnya sambil mengigit bibir. Oh dia lucu jika sedang marah.
"Hei Lil, dalam benak kita semua pasti terselip rasa takut. Aku tahu itu. Tetapi, apakah kita menginginkan rasa takut dalam diri kita? Tidak, bukan? Lalu, bagaimana caranya menyingkirkan rasa takut dalam diri kita? Kita harus menghadapinya. Face them. Beranikan dirimu. Jika kau berhasil menyingkirkannya, rasa takut di dalam pikiranmu juga pasti akan tersingkir. Ini akan menyenangkan, Lil," Ucapku menyemangatinya.
"Terima kasih Nick. Kau sahabat terbaikku," Tunggu, apakah barusan ia menyebut kata 'sahabat'? Lily memelukku dan begitu pula aku.
"Hei, masih pagi sobat," Sam berjalan kearah kami dan mengambil air.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNSEEN
Science FictionAkhir-akhir ini, berita tentang kabut mematikan atau 'deathly fog' tersebar luas. Ya, kabut yang samar-samar, bahkan tak terlihat. Aku dan teman-temanku menghiraukannya. Kami pikir itu hanya berita konyol. Tak masuk akal. Lampu sekolah kami tiba-tib...