"Kakiku?" Ucapku saat melihat kaki sebelah kananku yang hanya mencapai lutut.
"Dimana kaki kananku?" Aku syok.
"N-nick. Aku tahu ini sulit. T-tapi, jika kakimu tak diamputasi, nyawamulah yang menjadi taruhannya." Ucap Lily dengan nada yang sangat pelan.
"Tapi, kenapa?" Air mata yang kutahan sedari tadi akhirnya tumpah juga. Semua teman-temanku memeluk dan menyemangatiku.
"Kami sungguh meminta maaf, kami tidak bisa menjagamu," bisik Yeori padaku. Aku hanya bisa membalasnya dengan anggukan.
Ivan membukakan kursi roda dan meletakkannya disampingku. Anna dan Sam membantuku untuk berdiri dan duduk di kursi roda.
"Ayo."
Aku yang berada di kursi roda dan teman-temanku berjalan beriringan keluar dari Medical Room. Saat berbelok kearah lorong, puluhan orang berbaris di sisi kanan dan kiri lorong. Mereka hormat kepadaku.
Mulai dari Sir George Westlake, Sir Adam Hoffin, dan petinggi militer lainnya memberi hormat padaku. John juga sepertinya sangat terpukul melihat keadaanku.
Aku hanya bisa membalas hormat mereka dengan senyuman. Mengingat perasaanku masih tidak bisa menerima ini semua.
Lalu setelah masuk kedalam kamar, aku hanya terdiam. Ini benar-benar diluar dugaanku. Hanya tertembak, bukan?
"Peluru itu sangat beracun. Saat menembus kulit, bubuk mesiu yang ada didalam peluru itu menyebar. Meracuni darah, mematikan syaraf, dan menghentikan kerja otot. Saat kau berada di Pentagon, betismu sudah berwarna biru keunguan. Tim medis hanya bisa memberi dua pilihan. Mengamputasi kakimu, atau kau hidup, tetapi hanya satu bulan saja. Jika kau berada di posisi tim medis, apa yang akan kau lakukan, Nick?" Ucap Sam.
"Aku lebih memilih untuk mengamputasi kakiku..." jawabku lemah.
"Memang itu pilihan terbaik. Kami tidak ingin kehilanganmu, seperti John kehilangan Joe, anak buahnya, yang tertembak saat kami menyelamatkanmu dan Max di Boston," lanjut Sam.
"Tunggu. Anak buah John, sudah tiada?" Tanyaku.
"Lukanya menyebar dan melumpuhkan hampir seluruh tubuhnya. Lalu, keesokannya, ia dikabarkan sudah tiada."
Aku terdiam. Dari hari pertama, aku dievakuasi, sudah banyak hal yang terjadi padaku. Keluargaku, Will, dan sekarang, kakiku.
"Apakah kau ingin memakai kaki prostetik?" Tanya Yeori padaku.
"Ya."
"Kalau begitu, besok, akan kuantar kau." Ucap Yeori, lalu ia keluar kamar laki-laki bersama Anna. Lily memelukku terlebih dahulu sebelum keluar dari kamar.
Dan sekarang, aku merasa tak berguna.
•
Knock
Knock
Aku mendengar ketukan pintu. Saat aku ingin membukanya, Sam berlari mendahuluiku yang susah payah menekan tombol di kursi rodaku dan membuka pintunya duluan. Kau tahu, rasanya sakit. Tak berguna.
"Halo, aku mencari Nick." Ucap Yeori malas, setelah ia tahu yang membukakan pintu untuknya adalah Sam.
"Honeeey~" jawab Sam sambil menyenderkan tubuhnya di dinding.
"Awas, Sammy. Aku mencari Nick, bukan kau." Yeori menggeser tubuh Sam yang menghalanginya dan memegang dorongan kursi rodaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSEEN
Science FictionAkhir-akhir ini, berita tentang kabut mematikan atau 'deathly fog' tersebar luas. Ya, kabut yang samar-samar, bahkan tak terlihat. Aku dan teman-temanku menghiraukannya. Kami pikir itu hanya berita konyol. Tak masuk akal. Lampu sekolah kami tiba-tib...