Bagian 7.

753 41 2
                                    

Beginilah caraku mencinta. Mencintaimu dalam diam - Zahra

Senja di taman memang sangat indah bagiku. Warna langit terlihat lebih indah dengan perpaduan warna jingga.

"Hai." Teriak sesorang dari kejauhan.

"Iya." Balasku singkat dengan senyuman yang melebar

"Kamu aku tunggu di tempat ngajar kok gak ada?" Tanya anzani dengan ramah

"Jam segini memang sudah seharusnya pulang ni."

"Oh begitu, kamu mau ke kedai sana gak?" Anzani menarik lenganku dengan erat.

"Eh, pelan pelan anzani."

Aku dan anzani mampir ke kedai susu disekitar taman ini. Aku kagum dengan konsep taman ini. Disebelah kanan terdapat masjid dan bunga bunga yang sangat terawat. Tapi, disebrang jalan terdapat gereja. Disini hidup rukun dan damai.

"Zah kenapa?"

"Ohh tidak kok ni, aku hanya sedikit melihat lihat taman ini."

"Bagus ya."

"Iya ni."

Clingg!!
Itulah bunyi saat aku memasuki kedai susu berhias gambar sapi yang unik.

"Wah hebat ya." Kataku kagum

"Iyalah, kamu tahu gak? Kedai inikan memang umurnya sudah tua tapi masih tetap dirawat loh." Anzani menghampiri kasir dan ingin memesan sesuatu.

"Assalamualikum bi, mau bli coklat susu panas ya." Anzani mengetuk ngetuk meja kasir.

"Aku juga samain saja ya ni."

"Wokee." Akhirnya aku memilih tempat duduk dan mulai melihat lihat seluruh bangunan yang ada disini.

"Kamu dari tadi selalu saja melihat lihat bentuk bentuk disini, resiko punya teman desainer nih hehe." Anzni menghampiriku dengan membawa coklat susu di kedua tangannya.

"Huh kamu ini ya."

"Btw, lo tau gak tentang yang dagang ini?" Anzani mulai meminum coklat susunya perlahan.

"Gak," akupun juga meminumnya dengan membaca doa terlebih dahulu.

"Disini itu pemjualnya adalah nenek dan kakek. Mereka tinggal hanya berdua saja. Tapi Anaknya sudah meninggalkan mereka. Sedih ya."

"Meninggalkan? Maksudnya?"

"Sudah meninggal zah."

"kapan?"

"Sekitar dua bulan yang lalu, yaaudahlah cepat habiskan. Hari mulai gelap nih."

"Iya."

***

Malam hari, aku termenung di sajadah berwarna coklat ini. "Ya Allah sang pemilik hati ini. Berikanlah petunjuk dan jalanmu. Jika memang dia jodohku eratkanlah aku dengannya. Tapi jika tidak biarkanlah pergi."

Perasaan ini mulai aneh, aku tidak tau datangnya darimana. Apa aku mulai suka dengan Danil?

Aku langsung sujud dan membuka mukena yang aku pakai ini dan mulai berjalan keluar menemui ibu yang sedang termangu menonton tv.

"Ma, sedang apa?" Tanyaku

"Lihat tv lah zah. Sini sama mama." Akupun langsung menghampiri mama.

"Sekitar berapa bulan ayah kita tidak kunjungi kakamu?"

"Iya."

"Bagaimana kuliahmu? Apa lancar?" Mama mengelus ngelus kepalaku

"Alhamdulillah."

"Bagus deh. Nanti jika mama ada uang lebih nanti kita bisa makan bareng ya."

"Oke."

"Ma." Gumamku pelan

"Ada apa?"

"Besok mungkin zahra akan pulang agak petang."

"Memang ingin kemana?"

"Besok ada belajar bersama."

"Oke. Tapi jangan sampai malam."

"Iya."

***
Aku langsung pergi ke kampus pagi ini. Lumayan pagi tapi aku terpaksa karena ada jadwal tambahan. Aku tidak ingin mama cemas. Apalagi aku adalah anak satu satunya yang masih tinggal bersama mama.

"Daniel??" Aku terngaga saat membuka pintu. Kenapa daniel ada didepan rumah?

"Assalamualaikum zahra."

"Walaikum salam. E-ee kenapa ada disini?" Aku abis pikir melihat kelakuan daniel yang tiba tiba saja muncul begini

"Loh? Gue diusir gtu?"

Tak lama kemudian mama datang dengan membawa sapu halaman.

"Ada teman zahra ya?" Kata mama menyapa daniel ramah

"Iya tante. Kenalkan nama saya daniel."

"Ohh iyaa, zahra buatkan minum untuk tamu." Kata mama sambil menyapu halaman.

"Iya ma. Daniel duduk dulu."

"Iya zahra."

Tak lama ku buatkan kopi, akupun langsung menghampiri daniel. Saat ku tengok dia membuka leptopnya Entah kenapa hati ini berdebar terus. Ayolah zahra jangan seperti ini.

"Ini minumnya." Aku letakan teh hangat itu disamping laptopnya

"Iya makasih. Begini saja, mulai sekarang kamu gak usah cape cape datang kerumahku. Aku saja. Walaupun pagi hari aku kesini. Tak masalahkan?"

"Iya."

"Nah kita mulai dari Desain dan Inspirasi kamu."

"Aku masih bingung."

"Yasudah, besok aku tidak ada jadwal. Apa ingin mencari inspirasi nanti esok petang?"

"Baiklah. Tapi mungkin sekarang aku ingin ke kampus segera." Aku langsung mengambil tasku dan berdiri.

"Yasudah gue anter ya?"

"Gausah kok, aku bisa sendiri."

"Lo taukan kalo sama gue gaboleh nolak?" Dengan hitungan detik daniel membereskan peralatannya dan mulai berdiri.

"Cepet banget beresinnya." Aku memuji

"Iyalah. Yasudah ayo." Daniel tak sengaja memegang tanganku dan dengan cepat aku lepas dengan keras.

"Bukan muhrim!" Kataku jutek.

"Astagfirullah. Gue lupa zah, sorry." Akhirnya daniel berjalan terlebih dahulu ke mobilnya.

***
Hai? Masih setia kan dengan cerita ini? Alhamdulillah deh kalo kalian masih setia😄 Next bagian ada sesuatu yang heboh:v kepo? Makanya baca terus😀😊

Makasih.

Fatimah AzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang