"Nanti saja dikampus kita bicarakan." Jawab reynol simpel dengan nada yang cukup pelan. Aku tahu memang ini bukan urusanku. Tapi aku sangatlah khawatir dengan dia.
"B-baiklah."
Seketika hati merasa hal yang menyakitkan. Bukan hanya pasal kekecewaanku. Tapi juga rasa khawatirku yang amat dalam. Aku berdiri dikeramaian anak anak kecil yang tengah mempokuskan dirinya terhadap penjelasan Anzani. Rasanya Aku sekarang sedang tidak ingin mengajar. Entah rasanya aku ingin berdiam diri sebentar. Tapi rasanya tidak mungkin jika aku pergi begitu saja.
**
Setelah Selesai mengajar, rendi menghampiriku disela perjalanan pulang. Ia hampir saja mengagetkanku. Karena dia tiba tiba saja ada di depan mataku.
"Zahra?"
Aku tersenyum.
"Aku suka sama kamu."
Mataku terbuka lebar mendengar perkataanya yang sangat menjijikan itu. Lalu aku menunduk dan segera berjalan melewati rendi yang sedang mematung melihatku.
"Zahra!"
Aku terus berjalan dan menghiraukan perkatannya.tapi Rendi terus mengikutiku.
"Zahra besok aku akan melamarmu!"
Jleb.
Kakiku tiba tiba berhenti. Mataku terbuka lebar. Wajahku sangat kaget. Begitu pula hati.
"Zahra aku mencintaimu." Teriak rendi menggelegar. Semua orang yang masih berada disana ternganga karena teriakan rendi yang asal berbicara itu.
Aku membalikan tubuhku dan segera melihat lelaki yang sangat tidak aku suka itu.
"Maaf rendi."
Aku dan rendi menjadi pusat perhatian semua orang yang masih berada disana. Anzani tampak sekali ingin tertawa. Tapi sungguh ini bukan lelucon. Ini hal yang serius.
"Zahra tapi esok hari tepat pukul jam 8 aku dan keluargaku akan kerumahmu. Dan segera melamarmu." Rendi mulai mendekati mobilnya dengan cepat. Aku tahu ini bukan lelucon. Tapi kenapa dia segampang itu mengakatan cinta? Segampang itu?
Kemudian aku menenangkan diriku untuk membeli minum disebuah warung didaerah sini. Dan ditemani anzani.
"Bu minumnya dua." Kata anzni memesan.
"Duduk dulu deh. Gausa tegang gitu." Anzani menarikku untuk duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Ini bukan lelucon!"
"Iya, tapi wajahnya serius zahra."
"Tetap saja, aku tidak menyukainya. Lagi pula aku tidak suka. Intinya aku tidak suka." Aku mulai menngubah posisi duduku. Aku mulai melihat ke arah jalan yang sangat ramai dilalui kendaraan.
Ramai sekali di jalan yang ramai ini. Selalu saja lewat mobil dan motor. Tapi, ada suatu hal yang mengagetkan. Aku melihat Daniel dengan pakaian yang rapih. Seperti habis mengadakan rapat saja.
Mataku masih saja melirik ke arahnya aku masih saja memikirkannya. Aku masih saja melihatnya dikeramaian orang disana. Tapi hanya dia pusat dimana aku lihat.
"Dududu..." suara anzani terdengar semakin dekat. Aku sudah mengira bahwa dia ingin mengerjaiku.
Tapi aku masih bingung dan terus menatap Daniel yang tengah berdiri disebrang sana. Dia tampak bingung.
"Dududu.." suara anzani semakin tidak terdengar.
Aku melihat Daniel tersenyum kepada wanita berpakaian dress berwarna pink itu dengan senyuman yang merekah. Mereka masuk ke arah toko baju pengantin. Tapi mataku terus saja melihat mereka. Pandanganku masih belum bisa beralih.
Jleb!
Anzani menaruh makananya tepat dimataku. Sungguh ini membuatku kesal.
"Makananku mendarat di matamu.."
Aku menoleh ke arah anzani yang sedang tersenyum dengan gigi yang ia perlihatkan.
"Liatin siapa si? Serius banget?" Anzani menatapku datar. Sesekali dia menengok pula ke arah jalan raya.
"Gaada."
"Boong?" Anzani sekali lagi menengok ke arah jalan
"Sejak kapan si kamu itu berubah sifat? Aku heran."
"Hanya becanda zah. Jangan gitu."
"Iyaudah. Yu pulang." Aku berdiri dan mengambil minumanku dan segera pergi. Rasanya aku ingin berlari. Berlari dari rasa sedih yang berlarut ini
***
Senja berubah menjadi gelap. Aku ingin membuang segala perasaanku tentang Daniel. Mungkin ini yang terbaik. Aku sudah tidak ingin berurusan dengan perasaan yang semu.Aku tau walau senja yang dilihat dari kaca kamarku itu tidak seindah dilihar dari taman tapi aku merasakan warna senja itu. Sama halnya dengan hati, aku harus segera melupakan dan harus mulai membuka hatiku yang lain. Ya Allah apakah ini Jalan yang terbaik?
Kring...
Reynol calling..
Zahra : assalamualaikum?
Reynol : walaikum salam. Zah gue mau ngomong
Zahra : ngomong aja
Reynol : soal yang tadi
Zahra : iya cerita saja
Reynol : soal daneil dipukuli itu karena dia menolak permintaan papanya untuk menjodohkan dirinya dengan Tunangannya itu.
Zahra : ...
Tapi aku melihat dia dengan wanita itu.
Reynol : karena, dia tidak suka dengannya. Tapi suka dengan lo zahra
Zahra :....
Jika itu benar, apa aku bisa percaya?
Reynol : zahra! Sadar! Zahra! Hei? Jawab!!
Zahra : ....
Aku harus berbuat apa? Haruskah keputusan bulatku untuk melupakannya akan bisa terwujud?
Reynol : zahra!
Reynol : tapi, aku juga berteman dengan rendi. Dan dia esok pagi akan melamarmu. Pikirkan baik baik. Aku tahu, kamu tidak menyukai rendi. Jadi, putuskan hari ini juga.
Zahra : aku akan usahakan.
Reynol : pikirkan baik baik. Ikuti apa kata hati lo zah, gue percaya hati lo akan bertindak yang terbaik.
Zahra : terimakasih
Reynol : Dan, lo harus segera Meminta pertolongan Allah agar lo bisa menemukan apa yang terbaik
Zahra : ...
Reynol : Keputusan Allah pasti lebih baik. Jika kamu mengira bahwa keputusannNya tidak sesuai dengan keinginanmu. Lo harus yakin. Jika keputusanNya itu adalah yang terbaik!
Zahra : thanks nol
Reynol : iya zah. Assalamualaikum
Zahra : walaikum salam.
Tutut..
Aku dulu terus berdoa agar Danil menjadi Jodohku. Tapi sekarang aku pasrah, tidak lagi menyebut nama dia didalam doaku tapi aku menyebut nama yang terbaik untukku.
Aku percaya Tuhan.
Aku percaya.
**
Assalamualaikum readers😆 gimana seru gak? Semoga suka ya^^ maaf telat banget update. Pokonya baca deh ampe akhir pasti gak mengecewaka. Thanks sudah baca dan menunggu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatimah Azahra
SpiritualTim author : Milaanisah Cinta dalam diam. Status : Tahap Perbaikan (Revisi) Copyright 2017 By Milaanisah.