Bagian 16.

641 32 3
                                    

Kau tahu apa keselahan terbesarku? Mengharapkan seseorang yang ku kira itu adalah sebuah pertanda. - Zahra

Dengan kekuatan penuh daniel berlari ke arah zahra yang kini sedang merapihkan ruang tempat belajar yang sangat berserakan.

"Zahra!" Teriak daniel yang langsung menghapirinya.

"Waalaikum salam." Ujar zahra seketika.

"Eh iya Assalamualaikum."

"Kenapa niel?" Tanya zahra dengan melihat air keringat daniel yang jatuh sedikit demi sedikit kedahinya.

"Duh penting banget ini!!!!"

"Iyya kenapa dulu?" Zahra menunda membereskannya dan langsung berjalan ke arah kursi.

"Duh kok lupa."

"Maksudnya?"

"Ah iya inget lagi." Daniel menggigit bibir bawahnya, raut wajahnya terlihat sekali menegang sungguh ini sangat membuat zahra bingung dengan semuanya.

"E-e gini." Jawab daniel terbata bata

"Iyya apa?" Duh mau bilang apa ya dia.

"Gue kemaren mau kerumah lo sama bokap gue tapi." Ekspresi wajahnya sangat membuat zahra ingin skali tahu. Sangat sangat ingin tahu.

"Hem tapi..?"

"E-e gimana ya bilangnya."

"Bilang aja daniel."

Apa dia akan melamarku nanti malam? Ah tidak.

Apa dia akan memberi kejutan? Ah tidak, skalipun iya ingat dosa zah..

Apa dia ingin ? Ah sudahlah.

"Gini zah, duh gaenak kalo tidak diobrolkan bareng yang lain." Daniel masih tetap dengan ekspresi wajah yang sama.

"Maksudnya?"

"Jadi, murid kita sudah ada yang ingin menjadikan tanggungan untuk program belajar mereka. Jadi kita gausah buat ngajar lagi soalnya mereka sudah dibiayai oleh pemerintah untuk sekolah umum. Jadi mulai nanti ataupun lusa kita tidak usah mengajar lagi karena mereka sudah dibiayai dengan pemerintah dan gratis tidak dipungut biaya. Akhirnya mereka bisa sekolah lagi seperti dulu." Jelas daniel dengan tersenyum riang.

Sudah ku duga
Aku terlalu berharap
Buanglah perasaan ini.

Walau begitu aku juga ikut ceria dan senang walau ada sesuatu yang membuatku seperti terlalu berharap dengan orang lain. Aku sangat malu dengan semua keanehan pada perasaanku.

"Iyya aku juga senang."

"Kalau begitu. Acara nanti siang untuk pelepasan mereka saja? Lebih baik begitu bukan? Jadi semuanya kita ubah tema walau semua acara masih tetap sam--" Kata daniel tersela karena ada beberapa anggota pengajar yang masuk kedalam.

"Apaan ini kalian? Acara? Ubah?" Tanya anzani dengan serentak.

Aku langsung menatap anzani. "Jadi begini, murid kita sudah ada yang ingin mendonasikan untuk biaya sekolah mereka. Jadi kita gausah buat ngajar lagi soalnya mereka sudah dibiayai oleh pemerintah untuk sekolah umum. Berita yang bagus bukan? Jadi mereka sekarang bisa sekolah seperti biasa dengan bantuan pemerintah." Jelas anzani dengan senyuman  manisnya.

"Ohh begituuu.." kata pengajar semua dengan serentak.

"Gimana? Apa yang tadi gue bilang acaranya diganti jadi pelepasan. Btw orang tua mereka sudah tahu hal ini." Jelas daniel dengan sangat simple.

"Siap deh." Anzani memberikan tangan jempolnya pertanda setuju.

***
Siang hari 13;00

Acaranya begitu lancar dengan penampilan yang sangat bagus. Dari awal sampai akhir untungnya tidak ada yang salah dan acara terakhir ditutup dengan tanda terimakasih untuk pengajar yang telah memberi ilmu kepada mereka.

Suasana menjadi haru.

Mereka semua berterimakasih sangat kepada pengajar.

Dan amanat terakhir yang zahra sampaikan.

"Untuk kalian semua. Jangan putus asa! Terus berjuang! Impian kalian masih panjang dan teruslah berusaha. Jangan kecewakan kami semua ya!" Tak sengaja bulir air jatuh perlahan ke pipi lembutnya zahra.

Semua memeluknya.

Acara pelepasan telah selesai. Semuanya telah pulang dan membereskan tempat ini dengan rapih kembali.

*
Anzani menghampiri zahra yang sedang membereskan buku buku dilemari "Pasti bakal kangen ngajar ya?"

Zahra langsung menengok ke arahnya. "Pasti."

"Walau begitu. Kini masa depan mereka akan lebih menyenangkan dengan kembalinya teman teman banyak." Suara daniel terdengar ditelingaku. Refleks aku jadi menengok ke arahnya.

"Hemm iyya." Jawab zahra.

"Zahra apa gue boleh tanya?" Raut wajahnya begitu serius sekali.

"Iya?"

"Gue mau melamar elo nanti malam."

Deg

Deg

Mata zahra terbuka lebar dengan jantung yang tidak bisa ia kendalikan. Perkataannya sangat simple, padat dan jelas.

"Cieee! Akhirnyaaa zahra!!" Kiki yang baru datang refleks membuatnya tau jika ini bukanlah mimpi.

"Gimana zah?" Tanya daniel dengan tersenyum

"Ha? E-ee bo-leh."

"Tunggu gue nanti jam setengah delapan malam nanti zah. Gue bawa keluarga nanti." Daniel tersenyum ceria sambil menatap raut wajah zahra yang memerah karena malu. Entah ia mengira jika ini adalah mimpi.

"Duh zahra selamet yaa!!" Kata anzani yang merangkul pundaknya.

"Ehh iyya." Raut wajah zahra masih sama. Sangat sangat merah dengan tingkah laku yang tidak biasa.

Ketika daniel ingin keluar langkah kaki kiki menghampirinya. "Eh daniel!!!"

Daniel menengoknya. "Ya?"

"Hati hati zahra udah nolak 2 cowo yang ngelamar dia!!!" Teriak kiki dengan kencang.

Daniel hanya menanggapinya dengan tersenyum dan tertawa. Begitu pula dengan zahra yang dari tadi hanya bisa salah tingkah.

Aku percaya, jika memang dia jodohku. Seberapa kuat rintangan kita agar menjauh pasti pada akhirnya kita akan bersama di dalam yang namanya ikatan pernikahan suatu saat nanti. InsyaAllah.

***

Assalumalaikum readres;) gimana seru gak? Ini belum akhir ya guys. Serius ini bukan akhir. Akhirnya nanti. makanya jangan ampe gak lanjutin ceritanya! Pokonya seru deh.

Thanks baca;) semoga gak mengecewakan;)

Fatimah AzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang