Bagian 22

408 21 0
                                    

Jodoh, maut dan rezeki sudah Allah tentukan. Benar kata daniel, jika takdir sudah memikat perpisahan akan menjadi lebih erat.

Dengan berjalan menuju taman aku memegang ponselku, bagaimana kabarnya? Apakah dia sudah tidak kritis lagi? Apa dia kembali lagi? Atau mungkin dia telah baik baik saja? Disini masih menunggu keadaannya.

Memang benar ketika kita diberikan suatu cobaan, kita jangan sampai berfikir negatif tentang takdir yang telah Allah buat karena tak ada yang tahu ada keajaiban apa yang Allah kasih untuk kita. Aku salah karena selalu menyalahkan takdir diatas semua kepedihan yang tertimpa beberapa hari yang lalu. Tapi, aku juga bersyukur karena sekarang aku sadar dan terus ingin berhijrah menjadi orang yang lebih baik dan memiliki pemikiran yang lebih dewasa lagi.

Aku mengayunkan kakiku, benar sekali sekarang aku sedang berada di taman dengan menduduki ayunan. Walaupun harusnya saat ini aku menjadi ratu dalam sehari, menjadi princess yang selalu di impikan banyak wanita. Walaupun hal itu belum terwujud, aku tetap yakin akan takdir Allah buat adalah yang terbaik.

"Galau aja ya." Suara khas anzani membuatku kaget bukan kepalang. Alhasil aku menengok ke arah belakang dengan cepat.

"Hehehee." Katanya tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya.

"Mengageti saja." Kataku kembali mengayunkan kakiku.

"Zah."

"Ya?"

"Menurut kamu apasih pengertian dari jodoh?"

"Serching deh."

"Maunya menurut zahra aja."

"Seriuss? Mau banget?" Aku menengok ke arahnya dengan tatapan jahil, dan anzani menatapku dengan tatapan devil.

"Napa zah!" Anzani mendorong ayunan hingga aku sempat terjatuh tapi tidak jadi karena dengan refleks anzani menarikku kembali.

"Kasar banget astagfirullah." Aku menatapnya dengan tatapan baby face. Andalanku sekali.

"Iyanapa iya maaf."

Aku menghirup nafas panjang, lalu membuangnya dengan cepat. "Jodoh menurutku adalah suatu takdir yang telah di tentukan maha kuasa kepada umatnya. Ya termasuk aku, kadang pula aku berfikir apakah aku akan lebih dahulu memakai baju pengantin atau malah memakai kain kafan. Hehe."

"Zahra yaampun, aku namain kamu zahra teguh saja lah." Anzani berjalan menuju depan mukaku.

"Gak mau gak!"

"Zahra kalo misal jodoh yang kamu pengen ternyata buat orang lain gimana?" Sungguh, kenapa anak satu ini tiba tiba membahas soal jodoh? Sangat membuat penasaran saja. Pasti ada hal yang janggal.

"Ehmmm." Aku meliriknya devil. "Kamu kenapa dari tadi mau bahas tentang jodoh? Kenapa ngaku kauuu." Aku serontak berdiri dan membuat anzani kaget.

"E-ee."

"Apa niiii." Aku terus mendekatkan wajahku kepada wajahnya, sungguh dia sangat tidak bisa menyembunyikan rahasia.

"Mau nikah ya?" Aku menebak asal.

Anzani serontak kaget. Mungkin menurutnya kenapa aku bisa membaca pikirannya mungkin ya? Entahlah.

Fatimah AzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang