Bagian 12.

622 34 0
                                    

"A-aku tidak tahu ingin menjawab apa."

Perkataanku mengagetkan semua orang yang sedang berkumpul disana. Termasuk ayah, mama, dan juga alvaro.  Sungguh, aku takut jika salah berkata. Maka dari itu aku berkata seolah olah tidak tahu.

"Begini saja, ayah punya solusi."

Ekspresi wajah alvaro masih tetap tersenyum. Seakan sudah terbiasa saja menghadapi hal semacam ini. Ya, aku tahu aku memang orang yang pendiam dan tak berani berbicara yang memang tidak penting. Tapi aku merasa hal semacam ini cukup aku takuti. Entah, aku saja tidak mengerti.

"Solusi apa yah?" Tanya ibu

"Begini saja. Kita akan menunggu jawaban zahra dan mungkin dia ingin menyelesaikan kuliahnya dulu baru menjawabnya." Jelas ayah dengan nada yang rendah.

Hujan semakin lama semakin reda. Bunyi air yang jatuh keatap rumahku juga sudah mulai tidak terdengar. Apalagi suara petir yang tadi cukup kencang sepertinya sudah tidak mau memperlihatkan cahaya kilat itu. Aku masih tetap duduk dalam sofa.

"Ohh begitu ya. Yasudah pak alvaro hendak pulang dahlu." Kata alvaro bersalaman kepada kedua orang tuaku. Setelah itu kami mengantar alvaro hingga depan pintu. Lalu alvaro pulang dengan motor beat berwarna merah.

Aku segera memasuki kamarku yang bisa dibilang agak berantakan. Seharian penuh aku mengetik dan meringkas. Karena pembuatan skripsi itu sangat melelahkan. Ya, sebentar lagi aku akan lulus dan menjadi sarjana. Alhamdulillah sungguh Aku bersyukur sekali.

Kringg!!!...
Anzani calling...

Zahra : hallo assalamualaikum?

Anzani :walaikum salam, zahra gimana skripsi? Aku hampir selesai membuatnya

Zahra : mungkin hari berikutnya. Ini sangat tebal tidak mungkin aku membuatnya sampai 2hari. Gak akan bisa lah

Anzani : benar juga ya. Eh, aku jadi ingat perkataan reynol pas aku ketemu dia

Zahra : memang apa?

Anzani : katanya reynol. Daniel habis digebugin.

Zahra : digebugin apa?

Anzani : dipukuli. Itu bahasa sunda

Zahra : kenapa memang dia?

Anzani : aku tidak tahu, saat dia bilang seperti itu. Reynol langsung ke kelasnya. Mungkin ada urusan lain

Zahra : ohh yasudah. Aku khawatir

Anzani : kalo gitu semangat ya. Assalamualaikum

Zahra : walaikum salam.
Tutut..

Ada apa dengan daniel hingga seperti itu? Aku heran, keluarga dia itu perfect. Namun hanya saja keluarga mereka sibuk. Apalagi ibunya bukan? Aku takut jika ada yang aneh. Ya Allah lindungilah dia.

***

Hari sabtu tepatnya pukul jam 14.00 aku sudah sampai di tempat mengajar. Ya sekarang aku mulai mengajar kembali. Walau masih sepi keadaan disini tapi aku msih ditemani dengan anzani.

Sebuah mobil hitam menghampiri kita berdua. Dan ada seseorang yang membuka pintu mobil itu. Ku kira pengusaha besar, ternyata ada reynol yang menghampiri kita dengan buku yang banyak ia pegang di kardus.

"Maaf ganggu guys!"

"Eh elo." Ketus anzani masih tetap diposisi yang sama yaitu duduk di kursi anak murid

"Ketus banget deh lo!. Bey the way gue punya banyak buku ni! Gua ikhlas dunia akhirat ngasih buku ini ama lo. Tapi, temen gua katanya pengen relawan juga ngajar disini. " jelas reynol menghampiri zahra dan memberinya kardus berisi buku tersebut

"Thanks ya. Tapi, mana orangnya?"

"Bentar gue panggilin. Katanya malu Alay emang. Woy! Rendi! Keluar aja kali. Alay banget ngumpet di mobil." Teriak reynol. Alhasil rendi keluar dan mengampiri kita yang sedang membereskan ruangan ini.

"Assalamualaikum."

"Walaikum salam."

"Eh ada lo? Ko gak ngabarin mau kesini? Wah jangan jangan hem.." heboh anzani menghampiri kami

"Apasi ni! Gausah sotoy. Berpikiran tuh positive jangan negatif mulu." Rendi sepertinya sudah mengenal lama dengan anzani. Hem, bagusdeh jadi tambahan relawan disini semakin banyak. Semoga saja anak yang jalanan yang ingin ikutan belajar juga semakin banyak.

"Ini zahra ya?" Tanya rendi tersenyum

"Iy----"

"Hati hatiiii." Potong anjani kencang dengan sura berat khas anzni

"Kaamu ini kenapa anzani? Membuat bingung saja."

"Jangan didengar perkataan dia. Udah sono lu sono!" Usir rendi dengan gaya tangan yang mengusir

"Iya iya.. zah gue lanjut bersihin meja lagi ya."

"Iya ni."

"Silahkan msuk kalian. Semoga kalian bisa mengajar anak anak disini hingga pintar. Selamat datang." Aku tersenyum dan mengajak mereka masuk kedalam kelas.

"Cantik." Ceplos rendi

"Eh?" Refleks aku mentapnya aneh

"Ehh gapapa. Papan tulisnya cantik." Asal bicara saja rendi. Dibenakku. Aku seharusnya bisa menjaga jarak lagi dengan rendi.

Reynol mengurungkan niatnya untuk menemani temanya rendi. Ia berjalan mendekati arah pintu luar. Dan ia memanggilku.

"Zah bisa kesini sebentar?"

"Iya boleh." Aku menghampirinya

"Ada apa nol?"

"Begini zah, daniel kemarin malam habis dipukuli dengan bidoygat teman karibnya papanya."

"Ke-ke napa nol?"

Ya Allah, rasa kawatir ku semakin hari semakin bertambah. Jagalah dia untukku Ya rabb...

****

Assalamualaikum. Hem gimana ni? Bingung kah adanya rendi? Next bagian ada yg seru loh.. jangan lewatin ceritanya maksih 😘

Fatimah AzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang