Aku pernah sekali membencinya karena ia menyebalkan, dingin, tidak pernah care, jutek. Tapi saat hari yang telah Allah tentukan aku menyukainya dan menyimpan rasa cinta itu. Dia seseorang yang sangat penyayang anak kecil, seorang yang cerdas, seorang yang pemberani dan dia kini menjadi imamku. Sungguh suatu hal yang sangat menakjubkan.
Pukul 06 ; 05 aku memberi tahukan seluruh anggota keluargaku. Lampion yang mati kini menyala kembali, sungguh terang sangat terang.
"Benarkah ini nak?" Kata ibuku sangat antusias.
Aku mengangguk semangat.
"Alhamdulillah ya Allah." Kata ibuku, aku memeluknya erat, sangat erat.
"Kemungkinan dari palestina ke jakarta berapa jam ya?" Kata kakaku bertanya kepada Ayah.
"Hemm mungin 12 jam." Kata ayah asal sebut.
"Masa sih yah?" Ujarku sambil mengkerutkan dahi dengan senyum yang terus merekah.
"Eh de, tapi ijab qobul kamu ampe berapa jam ya?" Sahut kakaku asal saja. Serontak kami semua tertawa.
Ya Allah terimakasih telah mengembalikan cahaya yang sempat redup. Saat semua gelap keluargalah yang menjadi cahaya satu satunya. Penompa hidup dan everything.
"Semoga dia selamat sampai sini terus anak mama yang terakhir bisa menikah dengan pilihan yang Allah kasih ya." Ujar mamaku tersenyum.
"Pasti." Kata ayahku semangat.
***
"Ha serius?! Akhirnya Allah menjawab semua doamu zah" Kata anzani dengan tak percaya.
"Iya, tadi pagi daniel kirim pesan ke email abi." Dengan menyambar Reynol menghampiri kami berdua yang sedang asik ngobrol di depan rumahku.
"Asik deh manggilnya udah abi aja! Kenapa gak bapak, om gitu?" Aku asal jeplak dan melirik anzani lalu ke reynol dengan raut wajah yang jahil.
"Apaan deh zah!" Dia mencubit pipiku.
"Ih jail bilangin suaminya juga ni." Aku mengusap pipi yang sangat merah, benar benar sakit sekali. Cubitan anzani itu seperti penjepit baju jika dijepitkan ke pipi. Aku pernah mencobanya. Sangat sakit sekali.
"Zahra mau di cubit lagi pipi sebelah kananya?" Dia menatapku devil
"Iya iya maaf sayangku."
"Ih geli dengernya sumpah deh."
"Hehhe.." aku tersenyum bahagia, kini aku benar benar bahagia.
Kisah persahabatanku dengan Anzani cukup hebat. Kami kenal karena ia memberi buku banyak kepadaku. Dan dia juga mengajar anak anak dengan sukarelawan. Pertama kenal saat aku pergi ke masjid dan dia menabrakku. Staylenya dlu sangat maco, tidak memakai hijab dan sekarang dia sudah berhijrah dan menjadi sahabatku pula.
Aku pernah sekali meremehkannya, pernah berfikir aneh terhadapnya, pernah berfikir tidak pantas untuk difikirkan karena stayle yang sangat maco dan kemudian aku mengenalnya, sangat mengenalnya, dia berubah dan sekarang ia menjadi sahabatku. InsyaAllah akan menjadi sahabat dunia akhirat. InsyaAllah
Menerima itu sulit, memahami itu juga sulit, mencaci itu gampang, berkomentar itu juga gampang, karena menjadi orang bijak yang sesungguhnya itu sulit. Bukan hanya bijak apa yang dikata tapi juga bijak dalam apa yang ia buat. Jangan pernah pula memandang seseorang hanya dari cover semata tapi pandanglah seseorang dari hati dan akhlak yang ia miliki. Tak memandang jua dari massa lalunya.
Setelah kepergian mereka berdua, handponeku bergetar dengan cepat pula aku membukanya.
Assalamualaikum nak sayang, daniel sudah ada dirumah tante. Tante harap kamu tidak khawatir lagi. Sudah aman ya.
15;00 PmAlhamdulillah, baik tante.
15; 10 PmSemoga yang aku alami sekarang bukanlah mimpi.
***
Daniel datang kerumahku bersama keluarganya, ya kami ingin membicaran pernikahan kami kembali. Jantungku begitu berdebar. Susah untuk dinormalkan. Setiap kali aku melihat daniel yang tersenyum samar dan selalu menjawab pertanyaan ayah, jantungku terus berdebar. Aku hanya bisa menundukan kepalaku. Tidak berani dan malu.
"Baiklah kalau begitu." Kata ayah mengakhiri pembicaraan formal ini.
"Kalau begitu ayo kita baca surah Al fatihah terlebih dahulu agar diberi kelancaran oleh Allah yang maha kuasa. Berdoa mulai." Kata Ayah memandu.
Acara selesai, tinggal menunggu acara yang akan ditunggu dimulai. Bismillah.
***
Kami sengaja untuk mengadakan acara di gedung agar lebih cepat dan lebih praktis. Semua ditata ulang, yap baju pengantinpun kami berbeda.
Dengan gaun putih, serba putih dari atas hingga bawah kami sangat serasi. Ayah saja tak sabar, karena anak kesayangannya ini akan menikah dengan jodoh yang telah Allah siapkan.
Dengan mahar hafalan surah Ar rahman Daniel sangat tegas ingin mempersunting zahra, wanita yang akan menjadi pelengkap imannya. Dan jodoh itu adalah Fatimah azahra, bukan yang lain.
Selesai ijab qobul dilontarkan, dan kata 'sah' telah menggema di seluruh ruangan masjid Al alqasa ini. Akhirnya dia telah sah menjadi suamiku
Dia memasangkan cincin emas di tangan kananku. Begitupula aku.
Aku mencium punggung tangan suamiku. Ya dia Daniel.Dia pula mencium keningku sambil mengelus kepalaku.
Aku semakin mencintainya dikala lantunan ayat ayat suci alquran itu diucapkan oleh Daniel. Aku sangat mencintainya.
Daniel mendekati telingaku dan membisikan sesuatu. "Ana uhibbuka fillah zahra." Katanya lalu tersenyum
Lalu aku juga mendekati wajahku ke telinganya sambil membisikan sesuatu. "Aku mencintaimu karna Allah daniel, everyhting."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatimah Azahra
SpiritualitéTim author : Milaanisah Cinta dalam diam. Status : Tahap Perbaikan (Revisi) Copyright 2017 By Milaanisah.