BAB 2

314 21 1
                                    

BAB 2
Kangen

"When I miss you, it's like every song I listen too is about you."

🌹

BEL istirahat berbunyi. Semua yang ada di kelas bergegas mengisi perutnya. Ya. Mereka lapar. Sama seperti Adel kali ini.

"Heh, Del!" panggil Linda.

Adel menoleh, "Kenapa?"

"Jangan lupa Bang Rama," ingat Linda pada Adel.

Adel meringis, "Tadi Bang Rama bilang mau ketemu dimana?"

Linda tampak berpikir sambil membereskan buku-bukunya. Dengan tak acuh ia mengangkat bahunya. "Ishhh! Nyebelin lo mah kayak Bang Alif," gerutu Adel yang langsung membuat Linda berbinar-binar.

"Alhamdulillah! Gue kayak Bang Alif yang wow banget."

"Salah ngomong lagi gue," gumam Adel. Ia sudah memasukkan buku untuk jam yang tadi sudah terlewati. Kelas sudah mulai sepi. "Kantin 'kan, Lin?" tanya Adel. Linda hanya mengangguk.

"Del!" Suara bariton seseorang memanggil Adel sepertinya. Hanya ada Adel di sini yang dipanggil dengan 'Del'. Ah lupakan.

Adel menoleh, "Eh Bang Rama?"

"Ya, ini gue." Cowok itu, Rama, menghampiri bangku Adel dan Linda. "Eh lo mau ke kantin ya?" tanya Rama.

Adel mengangguk sekenanya, "Iya, tapi kalo Bang Rama urusannya lebih urgent juga nggak apa-apa."

Linda berdehem, "Kayaknya gue ke kantin dulu ya, Del. Ntar gue pesenin kayak biasa. Ya udah, Bang, Del, gue duluan," pamit Linda dan dengan bergegas Linda meninggalkan Adel berdua dengan Rama.

Rama hanya tersenyum menanggapi. Sementara Adel malah mengumpat dalam hati karena sahabatnya itu justru membiarkannya masuk ke dalam lubang buaya. Membiarkan ia berdua bersama Rama!

Sialan!

Kalau boleh Adel mendeskripsikan Rama. Rama adalah type badboy, brandal, namun masih punya sopan santun. Ups, badboy ‘kan biasanya tidak punya sopan santun.

Adel menyebutnya badboy karena Rama ini memang menyeramkan, menurut Adel. Maksudnya, penampilannya yang urakan, agak acak-acakan. Rambut yang melewati telinga alias gondrong. Siap-siap saja jika bertemu dengan Pak Is maka rambutnya akan dicukur gundul. Sayangnya dia adalah senior yang terlalu pintar menghindari Pak Is.

Rambutnya yang tidak karuan sudah. Lalu bajunya yang tidak pernah dimasukkan. Kadang juga tidak memakai dasi. Padahal menurut Adel cowok di sekolahnya seratus persen lebih ganteng jika penampilannya rapi, mengenakan dasi pula.

Rama juga sering marah-marah tidak jelas ketika mengoreksi hasil di klub jurnalistik! Menyebalkan!

"Ngobrol dimana ya, Del? Sini aja? Tapi kayanya sepi banget, nggak enak gue." Rama mulai berpikir.

Nah! Itu yang membuat Adel kagum. Rama masih punya sopan santun. Tahu diri. Tidak mau berduaan di tempat sepi. Bukankah di zaman sekarang jarang cowok yang menjaga tata kramanya?

"Di taman aja gimana, Bang?" tawar Adel. Rama mengangguk menyetujui.

Adel dan Rama berjalan bersisian dan lagi, membuat bisik-bisik siswi lain yang mulutnya tak bisa berhenti bicara jika melihat Adel atau Alif. Ya, ini ditambah Adel bersama Rama yang notabenenya badboy populer SMA Sentosa Jaya.

"Ngobrol apaan, Bang? Jurnalistik?" tanya Adel tanpa basa-basi setelah ia mendaratkan pantatnya di salah satu kursi taman.

Hari ini taman tak begitu sepi. Banyak siswa yang berlalu-lalang karena taman ini ada di sebelah koridor. Rama membenarkan. "Bulan depan tim redaksi ikut lomba jurnalistik. Kami bakal bikin majalah, dan... ya lo tau sendiri gimana."

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang