BAB 26

104 6 0
                                    

BAB 26
Hang Out

"Hold onto something that holds onto you."

🌹

ADEL memutuskan weekend-nya kali ini harus diisi dengan kegiatan yang menyegarkan pikiran. Nggak minta banyak kok: cukup dihabiskan bersama Atha. Jadilah sekarang dia sudah mandi dan berganti pakaian dengan dress di bawah lutut berwarna putih dengan corak bunga di bagian-bagian tertentu.

Ia sudah turun dari lantai satu dengan rambut yang masih digerai. Di ruang keluarga ada Alif dan Atha yang sedang menonton serial kartun jepang: Doraemon.

“Eh? Udah siap, ya? Mas belum mandi nih, pergi jam 10 kan?” tanya Atha memastikan begitu melihat Adel datang dengan tampilan berbeda, lebih girly saja.

Adel geleng-geleng kepala, “Terusin aja nontonnya. Adel juga mau ikut nonton kok.”

“Buset dah, adek gue cantik banget. Untung abangnya nggak cantik.” ini suara nge-bass Alif yang nggak cocok sama sekali dengan ucapannya.

Pletak.

“Awh! Sakiiit!”

“Ya masa abang mau cantik sih?” gerutu Adel. Hebat benar abangnya. Lelucon abangnya sama sekali nggak lucu menurutnya hingga tangannya tanpa diaba-aba meluncur indah ke kepala abangnya.

“Nggak usah ngejitak gue juga kaliii!” sambar Alif tak terima.

Atha jadi tertawa melihat tingkah konyol Adel. “Ya udah, gue mandi dulu, Lif. Nanti pinjem mobil oke?”

“Yuhuuu! Oke! Gue yang pake motor laki!!!”

“Dasar!”

Berikutnya Atha sudah meluncur ke lantai atas untuk mandi. Adel dengan segera ikut nimbrung bersama abangnya. Nonton doraemon! Kayaknya dari Adel SD tontonannya nggak jauh-jauh deh, masih suka doraemon, upin-upin, barbie, oh ya... ketambahan keluarga somat!

Adel menonton lamat-lamat petualangan doraemon yang terpampang di layar tivinya. Ya maklum, baik masih kecil atau udah gede tetep aja Doraemon tuh sama aja, klop di hati.

“Lama banget mandinya!” komentar Alif hiperbolis begitu melihat Atha kembali. Padahal hanya 20 menitan saja Atha sudah kembali. Biasa... Alif memang kadang lebay bin alay.

Atha mendengus, “Jangan ngawur!” ujar Atha pada Alif. “Yuk, Del.”

Adel mengangguk, “Ayo.”

“Mas pamit ke Om sama Tante dulu.” Atha berjalan ke ruang tamu dan di sana sudah ada kedua orang tua Adel. “Om, Tante, saya izin ngajak Adel jalan ke mall. Mau nonton nih, Om. Om mau ikut?”

“Wah kamu, Va! Om juga pernah muda kok. Yaudah... dijaga ya anak Om. Hati-hati,” ujar Henri seraya tertawa.

“Dikasih hiburan tuh, Va. Si Adel kayak orang banyak pikiran gara-gara jadi ketua klub,” timpal Okta sambil tertawa mengingat anaknya yang sering mengeluh tentang susahnya mengatur klub. “Dia doyan banget ngeluh ke Ibunya... ke kamu iya toh? Ngerepotin emang, ya?”

Atha tertawa kecil, “Enggak ah, Tan, ya udah, Serva pamit, Tan, Om.”

Sepuluh menit kemudian, mobil Alif yang dikendarai Atha mulai membelah jalanan pagi.

“Kamu cantik banget hari ini,” puji Atha padahal matanya mengarah lurus ke jalanan.

“Hm?”

“Hari ini kamu cantik banget, Adelia.” Atha mengulangi perkataannya.

Adel memberengut, “Berarti kemarin-kemarin enggak?”

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang