BAB 11
Detak"It is never too late to make things right."
🌹
"BENERAN lo yang masak, Va?" tanya Alif setelah ia menyuapkan nasi goreng yang dimasak oleh Serva. Menurutnya ini terlalu enak untuk ukuran buatan lelaki!
Serva mendelik, "Hm. Terus siapa lagi coba?"
"Yang pasti sih bukan Adel." Alif berkata tanpa beban membuat Adel yang sedaritadi diam menjadi melotot. Adel hampir saja tersedak.
"Adel juga bisa masak kok! Cuma males aja!" kilah Adel. Lantas membuat Alif tertawa. Namun omongan Adel memang benar. Adel jika sedang rajin pasti akan memasak meski rasanya masih kalah dengan masakan Serva kali ini.
"Nah gitu dong. Ngamuk kan mending. Lo daritadi diem aja. Suaranya kemana? Atau lo nggak bisa deket-deket cogan ya?" goda Alif.
"Abang ish! Coba aja ada Ibu sama Ayah, mati deh Abang!"
"Abang mati kamu juga yang nangis."
Adel menggeram lalu dengan cepat memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Lalu menit selanjutnya percakapan diisi oleh Alif dan Serva. Adel cukup menjadi pendengar yang baik saja.
Satu lagi, topik yang dibicarakan adalah sepakbola membuat Adel terpaku. Serva kembali mengingatkan Adel tentang masa lalunya! Atha-nya. Mulai dari senyumnya yang Adel rasa mirip. Dan juga hobinya yang sama. Adel bisa gila mungkin karena selalu terbayang wajah kecil Atha dulu, yang Adel pun tak tahu wajahnya kini.
"Del? Jangan ngelamun," ucap Alif sambil menjetikkan jari di depan wajah Adel.
Adel tersentak, "Nggak kok. Ayah sama Ibu tadi pergi kemana?"
"Ke rumah Tante Tia, kan nanti ada kumpulan keluarga rutin. Ibu bantu masak-masak. Mau ngajak lo tapi katanya kesian soalnya lo abis ujian." Alif menjelaskan perihal kepergian Ibu dan Ayahnya.
Bibir Adel beroh ria. "Jadi CFD, Bang?" tanya Adel.
"Jadi, udah tengah enem nih. Kalo kesiangan nggak enak. Ayok. Udah abis semua 'kan?" tanya Alif. Adel dan Serva mengangguk.
Mereka bergegas merapikan meja makan. Ralat. Hanya Adel dan Serva, sedangkan Alif pergi memanaskan mobil. Dan kini Adel sedang berada di depan lemari pendingin sambil memegang botol berwarna merah muda. Adel menuangkan air ke dalam botol merah muda itu. Ia paling tidak bisa membeli minum sembarangan. Yang ada ia nantinya sakit perut.
"Adel ganti baju dulu! Nggak lucu kalo pakai piyama," teriak Adel agar abangnya mendengar. "Adel sekalian ambil hape sama kamera di atas." Adel bergegas menuju lantai atas berganti kostum, mengambil handphone dan kamera kesayangannya.
Setelahnya Adel keluar rumah mengenakan kaos merah muda bertulisan 'SINGLE' dengan font berwarna putih dan celana olahraga berwarna hitam. Adel juga menggendong tas ransel kecil berisi handphone dan kameranya.
"Del? Cepet," suara Alif mengagetkan Adel yang sedang mengenakan sepatu sportynya.
"Iya sabar!" ucap Adel mempercepat tangannya mengikat tali sepatu. "Itu pintu nggak dikunci?" tanya Adel sambil mengetuk jendela mobil Alif.
Alif menggeleng, "Kata Ibu nggak usah, nanti Mbak kesini kok." Jawab Alif menyebutkan asisten rumah tangga mereka yang hanya datang di hari tertentu.
Adel mengangguk lalu masuk ke dalam mobil. Tepatnya di kursi belakang. Bangku depan terisi oleh Alif dan Serva tentu saja. Alif mulai memanuver mobilnya membelah jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia
Teen Fiction[CERITA SUDAH SELESAI] Namanya Atha. Mas Atha, begitu kusebut namanya. Dia adalah lekaki ketiga dalam hidup yang membuatku mulai mengenal dunia, setelah Papa dan Abang tentunya. Bertahun-tahun aku mengenalnya, aku sadar dialah pusat duniaku. Sayangn...