BAB 33

62 4 0
                                    

BAB 33
Just Little Happines

"Good relationship don't just happen. They take time, patience, and two people who truly want to be together."

🌹

BOLA bundar di tengah sana menjadi buronan bagi kedua tim. Atha ada di sana. Ia salah satu lelaki yang terus memburu bola itu. Lapangan hijau terhampar luas, langit yang sudah mulai berwarna jingga terlihat.

Adel duduk di tribun bersama pendukung lainnya. Termasuk kedua orangtuanya dan orangtua Atha. Yaap, rata-rata orang yang duduk berdekatan dengan Adel adalah orang-orang yang cukup dikenalnya. Mereka adalah orangtua, saudara, teman-teman dari pemain Ganesha FC yang sedang bertanding.

Babak kedua sudah dimulai sejak tadi. Kedudukan imbang 2-2.

Ini adalah babak semifinal. Dan sistem yang digunakan adalah sistem gugur jadi tim yang kalah maka langsung gugur. Adel terus merapalkan doa dalam hati, berharap agar tim Atha dan abangnya yang lolos ke babak final.

Naik!!!”

Turun!!!”

Teriakan di lapangan yang dulu selalu membuat alis Adel yang tebal tertaut bahkan menyatu. Dulu ia kira pemain di lapangan sana disuruh naik ya memang naik ke udara. Dan turun berarti menunduk. Adel yang polos dan malang....

Namun sekarang ia tahu. Naik berarti harus maju karena bola mulai maju ke lapangan lawan. Sedangkan turun artinya kondisi berbahaya; bola siap menerjang gawang tim sendiri.

Tapi teriakan itu kali ini tak berhasil. Hingga peluit panjang dibunyikan, kedudukan masih sama. Kedua tim imbang, sama-sama kuat.

Wasit di lapangan sudah mempersiapkan finalti. Kini semua pemain di lapangan bersiap melakukan finalti. Atha ada di sana, entah Adel yang lebay atau apa, pandangannya hanya tertuju pada seseorang yang bernomor punggung 13. Itu saja.

Alif menjadi penendang ke dua. Atha... belum.

Sepuluh kali tendangan finalty dilakukan. 1 kali gagal dari tim lawan, 1 kali gagal pula dari timnya Atha. Kini, pemain lawan berkaos tim merah bernomor 78 sedang mempersiapkan finaltinya. Adel merapalkan doa dalam hati, “Jangan gol Ya Allah,” jelek memang doanya. Tapi demi Atha.

Dan... doanya dikabulkan! Pemain bernomor punggung 78 itu gagal memasukkan bolanya ke dalam gawang yang dijaga oleh salah satu rekan Atha itu.
Kini, Atha yang maju. Adel berharap ini adalah tendangan terakhir yang mengakhiri pertandingan dengan kemenangan di tim Atha.

Atha di sana sudah maju, ia memperbaiki posisi bola agar pas menurutnya. Agar tendangannya tak meleset. Adel di tribun masih memandang lekat pemandangan Atha yang bersiap. Jantungnya berdebar tak karuan.

Priiit.

Atha menendang bola itu dengan sepatu bolanya berwarna biru.

Bola memantul terlebih dahulu ke tiang, namun...

...GOOOL!!!

Penonton di tribun bersorak-sorai. Di lapangan sendiri, Ganesha FC—kesebelasan Atha dan Alif sudah bersujud syukur tak mempedulikan lapangan yang kotor. Mereka bahagia. Mereka berhasil di babak semifinal yang berarti mereka lolos di babak final. Ini turnamen antar klub di Provinsi!!!

Adel di tribun sudah senyum-senyum sendiri melihat wajah bahagia Atha. Mereka di bawah sana sudah bersorak tak mau tahu dengan tim lawannya. Mereka berpelukan khas ketika telah memenangkan sebuah pertandingan.
Mereka semua bahagia. Termasuk Adel.

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang