BAB 4

221 15 0
                                    

BAB 4
Bad Mission

"Forget the past. It stops you from enjoying your future."

🌹

ADEL sedang berbaring di ranjangnya. Tangannya ia letakkan di samping kanan dan kiri tubuhnya. Kakinya ia biarkan ada di posisi seharusnya.

Adel masih memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih namun terlihat hitam karena ia mematikan lampu. Entah ia menemukan apa disana. Menemukan kepingan masa lalunya mungkin.

Handphone di sampingnya bergetar. Notifikasi LINE. Ia biarkan beberapa saat karena ia masih menikmati hening malam yang gelap. Lampu kamarnya sudah dimatikan sedari tadi. Sejak ia mengakhiri Videocallnya dengan Vani, ia memutuskan merebahkan dirinya. Hingga sekarang.

Sekali lagi, handphonenya bergetar. Adel dengan tidak ikhlas mencari-cari handphone di sampingnya. Lalu detik selanjutnya, bola matanya hampir keluar. Bang Rama yang menghubunginya.

Rama : Del?
Rama : udah tidur ya?

Sekarang jemari Adel mulai menari indah di atas layar handphonenya.

Adel : blm bang. Knp?

Rama : besok pulang sekolah temenin gue bisa? Ngedit beberapa artikel, gue kewalahan soalnya.

Adel : kynya sih bisa. Tp ijin Bang Alif dl. Dmn Bang? Biaf Adel minta dianter Bang Alif.

Adel : *biar

Rama : nggak usah dianter Alif. Lo bareng sama gue aja. Di sbux aja. Ok?

Adel : ya. Liat aja bsk ya. Akan diusahain.

Rama : ok. Tidur Del. Udh malem. Good night.
Read

Adel tak membalas pesan Rama. Ia takut. Takut akan terjatuh karena Rama. Jatuh cinta. Hal yang ditakuti dan dijauhi oleh Adel selama ini. Namun ia tak kuasa menghindari itu karena Atha. Seseorang yang sekarang bahkan Adel tak yakin akan bertemu lagi atau tidak. Seseorang yang wajahnya kini pun Adel tak tahu. Semoga saja kelak semesta mempertemukan mereka.

• • •

Matahari masih setia menyinari bumi. Membiarkan dirinya menebar manfaat bagi makhluk di bumi, bahkan planet lain mungkin. Indahnya menjadi matahari. Ia selalu membawa kebaikan. Meskipun kadang kebaikannya tak dianggap bahkan dilupakan begitu saja.

Adel sedang berjalan di koridor bersama Alif di sebelahnya. Auranya sedang tidak bersahabat.

"Abang ishhh," keluh Adel karena Abangnya tidak memberi izin setelah tadi Adel menjelaskan bahwa ia akan pergi bersama Rama.

"Ya udah kalo lo mau pergi sama dia. Abang izinin, ntar lo pulang gue jemput di Starbucks ya. Gue selesai ekstrakurikuler langsung kesana. Gimana?" tawar Alif tanpa mengucapkan nama Rama.

Hal itu langsung dihadiahi anggukan Adel. "Oke, Abang!"

Adel berjalan cepat meninggalkan Alif. Dan sontak membuat Alif berteriak, "Heh! Giliran udah dikasih izin aja lo, Del!"

Adel terkekeh seraya menoleh pada Abangnya, "Dah, Abang ganteng!"

Bruk.

Adel yang sedang berjalan ke depan namun kepalanya tak sinkron--menghadap belakang menabrak orang yang sedang berjalan di depannya.

"Duh, maaf, tadi gue jalan nggak liat-liat," ucap Adel tak enak. Adel melanjutkan, "E-eh, Bang Rama ya?"

"Heh! Oon banget sih lo! Segitu terpesonanya ya ngelihatin gue?" Alif yang tadi berjalan tertinggal di belakang berlari ketika melihat adiknya menabrak seseorang.

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang