BAB 41

57 4 0
                                    

[THEY ARE NOT GOOD]

BAB 41
Broken

"I'm just so tired of this. My body is tired, my mind is mess. I just really want to lay in bed and never give up. I'm just so tired of life."

🌹

BREAK yang dikatakan Atha memang benar-benar beristirahat dalam artian sebenarnya. Atha tak mencari Adel. Atha tak mencoba menjelaskan  pada Adel. Karena ia rasa, itu belum diperlukan. Belum saatnya.

Liburan semester ganjil kemarin juga dilewatinya tanpa Adel. Ia tak mengganggu Adel sama sekali. Tak ada acara liburan bersama lagi bagi mereka. Atha pikir, mereka memang butuh untuk sama-sama berpikir sendiri.

“Eh, Linda!” seru Atha saat menyadari ada sosok perempuan yang sering bersama Adel lewat di hadapannya.

Linda berhenti lantas memandang Atha. “Saya?”

“Iya!” balas Atha. “Adel mana, ya?”

“Duh, nggak tahu tuh, Kak. Belum berangkat kali. Dia kan berangkatnya siangan apalagi ini baru awal semester,” jelas Linda.

“Oh oke. Thanks,” balas Atha sseraya menghela nafasnya.

“Iyap. Saya duluan, Kak.” Setelah mendapat anggukan dari Atha, Linda melesat meninggalkan Atha dengan segala yang berputar di kepalanya.

Semester 2 sudah dimulai. Atha memang benar-benar harus mempersiapkan Ujian Nasional-nya dengan matang. Hitungan bulanan mungkin sudah tak terasa lagi karena materi yang memang berceceran.
Atha menghela nafasnya lagi. Dia hanya lelah.

Pikirannya juga terbagi-bagi. Belajar memang masih diprioritaskan, tapi ia juga butuh hiburan. Ia juga sedang mempertimbangkan tawaran emas yang sudah di depan matanya. Keputusannya akan ditentukan bagaimana dengan sikap gadisnya. Tanpa gadisnya ketahui, tentu saja.

Atha butuh bicara dengan Adel untuk saat ini. Biasanya, Adel lah yang menjadi pelipurnya. Tapi sekarang, siapa? Saat ia membutuhkan teman untuk berbicara. Saat ia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Siapa?

• • •

“Kamu harus dengerin semuanya dulu, Del,” ujar Atha. Adel masih tak bergeming di sebelahnya. “Mas bakal jelasin semuanya. Kamu jangan nyela dulu, ya?” kata Atha.

Mereka kini sedang duduk di tribun tempat biasanya mereka bicara. Kebiasaan itu hilang beberapa bulan ini. Dan sekarang... terulang lagi. Langit berwarna abu-abu memang sepertinya cocok menggambarkan hubungan keduanya kali ini. Tak ada hitam maupun putih.

Langit dengan segala kemuramannya sepertinya ingin mengatakan bahwa duka tak hanya milik insan manusia, namun miliknya juga. Langit juga mungkin ingin membagikan dukanya, hingga ia lupa bahwa bumi sudah penuh akan derita, kerusakan, dan kebinasaan lagi.

“Sheryl adalah teman Mas dari SMP di Amsterdam. Dia... memang suka sama Mas sejak dulu. Tapi demi Tuhan, Mas nggak suka di—“ belum selesai kalimat yang disampaikan Atha, Adel menyela.

“Nggak suka tapi ciuman?!” sergah Adel.

Atha menghela nafasnya kasar sambil menerawang lapangan hijau yang terhampar di hadapannya. “Adel... Mas minta kamu jangan nyela dulu,” ucap Atha. “Dia tiba-tiba aja dateng ke Indo. Mas nggak tahu. Dan soal ciuman.... Mas cuma mau buktiin sama dia kalo Mas nggak ada perasaan apapun sama dia.”

“Tapi itu di depan Adel,” sanggah Adel.

Atha mengacak rambutnya kasar. “Saya nggak tahu dan nggak bermaksud menyakiti kamu. Asal kamu tahu, saya juga lelaki normal.”

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang