BAB 27

86 5 0
                                    

BAB 27
Confuse

"Sometimes the wrong choiches bring us go the right place."

🌹

“DEL!” panggilan Linda terdengar, Linda melongokkan kepalanya ke pintu kelas XI IPA 2. “Tomi nyariin lo!” timpalnya pada Adel lalu masuk ke kelas.

Adel mendongak, “Apa katanya?”

“Nggak tau. Mau ngomong tuhhh,” ujar Linda sambil menunjuk ke pintu, lebih tepatnya koridor depan pintu kelasnya.

Adel yang sedang membaca novel akhirnya mengalah. Ia sebenarnya tidak rela jam istirahat ke dua nya kali ini digunakan untuk hal yang tidak penting seperti menemui Tomi. Lebih baik baca novel meski cuma dapet puluhan lembar saja.

“Apa, Tom?” tanya Adel tanpa basa-basi setelah melihat cowok berkacamata sudah di depannya. “Nyariin gue ya katanya? Kenapa?” ralat Adel.

Tomi menengok, “Iyep! Gue ke sini mewakili klub tenis meja.”

Yah... Malas sudah Adel kali ini.

“Lo tahun ini jadi apa emang?” sambar Adel karena sadar dia sudah nggak ikut di klub tenis meja, dan Tomi—yang belum diketahui jabatannya di klub—mendatanginya.

Tomi mendengus malas, dari dulu ia selalu berhadapan dengan Adel dan sifatnya yang menyebalkan. Suka memotong omongan orang lain, judes, jutek dan masa bodoh. Meskipun sifat Adel ini sama seperti Tomi yang masa bodoh, tetap saja Tomi ogah berhadapan dengan sesama spesiesnya. Ribut mulu!

“Gue jadi ketua klub tahun ini. Lo pernah ikut klub kan? Terus nggak pernah berangkat setelah beberapa kali pertemuan,” ungkap Tomi. “Gue ke sini menawarkan lo gabung lagi.”

Oooh. Disuruh gabung toh. Dasar cowok mah gitu. Ini juga kenapa cowok berkacamata datengin gue pake minta gue ikut gabung segala. Gumam Adel dalam hati.

“Sori, cowok kenapa ya, Del?” tanya Tomi. “Dan apa ada masalah dengan cowok berkacamata di depan lo?”

Adel tergagap. Shit! Dia bergumam terlalu keras. “Keras banget ya gue ngomongnya?”

“Iya!!!” sambar Tomi. “Gini aja deh, gue ke sini cuma mau nawarin lo gabung klub tenis meja karena disuruh pelatih baru kami. Katanya dia punya... uhm... bekas muridnya di SMA ini yang berbakat dan mengubur bakatnya karena malas latihan. Dia minta gue nyuruh lo gabung. Itu doang.”

“Ha?” adel berpikir keras. Pelatih... mantan murid... idih! Perasaan Adel dia nggak punya mantan pelatih sehingga disebut mantan murid. Pikirannya menerawang.... “Nama pelatihnya—“

Coach Juliana.”

Adel seperti tertimpa beban lagi.
“Ya Allah... gue bukan mantan muridnya Coach Ana, Tomtom Kucing!!!!” teriak Adel.

Tomi mendengus, “Gue bukan kucing, bego!”

“Iya iya! Maap Tom and Jerry!”

“Halah....” Tomi pasrah. “Terserah elu deh. Yang penting gue udah nyampein ke elo. Hari Rabu kumpul di tempat biasa dulu. Masih sama.”

“HA? RABU?”

Dan tanpa memberi kepastian lagi pada Adel. Tomtom Kucing itu sudah berlalu dengan malas meninggalkan Adel yang menyebalkan, menurutnya.

Ya Allah... Kenapa harus ada hari Rabu di dunia iniii?!

• • •

Adel dibuat pusing kali ini. Pikirannya berkeliaran entah kemana. Ia duduk di balkon kamarnya dengan secangkir cokelat panas di sampingnya. Ia harus berterimakasih pada ibunya yang setiap belanja bulanan membeli coklat panas instan. Kepalanya bergerak-gerak sesuai irama yang keluar dari iPodnya. Kupingnya tersumpal tentu saja.

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang