"Apa yang kaulakukan padanya semalam, Jung Kook?" Kim Nam Joon, sang pemilik agensi, mencecar tanya. Kepalanya sudah cukup pusing dengan laporan-laporan sepihak mengenai artis terbaik agensi tersebut.
Jung Kook menggeleng, menatap nyalang wanita yang melingkari tubuhnya tadi pagi serta pria yang ia yakini sebagai pemilik agensi wanita itu. "Aku bersumpah tidak melakukan apa pun. Aku memang dalam kondisi mabuk tapi aku mampu keluar dari bar dan tidur di dalam mobilku."
Baik Nam Joon maupun Ho Seok mengernyitkan dahi. Bingung. Nam Joon sungguh bimbang harus mempercayai siapa. Sementara Ho Seok, ia bahkan masih tidak mengerti dengan arah pembicaraan orang-orang di dalam ruangan ini.
Tiba-tiba saja wanita itu mengisak, menyibak lengan sweater yang ia gunakan demi mempertontonkan bekas merah di kedua pergelangannya. "Kau mencumbuiku di bar dan mengikat tanganku dengan dasimu. Kau membawaku ke hotel dan kau memaksaku menuruti nafsumu. Kau kehilangan kendali. Kau memperkosaku!"
Jung Kook membulatkan mata. Tiga pria yang tersisa menatap tak percaya. Beberapa kali gelengan Jung Kook layangkan. Ia berani bersumpah tidak melakukan hal segila itu semalam. Jung Kook bahkan masih mengingat jelas bagaimana usahanya keluar dari bar dan bersandar pada setir mobil.
Tangan Jung Kook mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Pria itu bangkit, mengitari meja dan dengan segera menarik kerah sweater sang wanita. "Katakan siapa yang menyuruhmu melakukan hal ini!"
Wanita yang ada dalam cengkeraman bergetar. Tangisnya kembali pecah. Jung Kook justru merasa geli. Wanita ini pasti adalah seorang aktris yang berbakat menangis. Namun ia pasrah ketika pria pemilik agensi wanita itu melepaskan cengkeraman.
"Jaga sikapmu, Anak Muda. Dan kau, Nam Joon. Kami meminta Jung Kook segera menikahi Naomi. Demi nama baik kita bersama. Pihak media mungkin sudah mencium kejadian ini."
Wanita serta pria awal empat puluhan meninggalkan ruangan. Menyisakan Jung Kook, Ho Seok serta Nam Joon yang memilih memejamkan mata. Semua terasa begitu tiba-tiba. Begitu mendadak hingga otak jenius pun tidak dapat memikirkan solusi tepat untuk masalah ini.
"Kau harus mempercayaiku, Hyeong. Ada orang yang sengaja menjebakku," Jung Kook gusar. "CCTV dalam mobilku bahkan dicuri. Aku baru sadar setelah berhenti di lampu lalu lintas sebelum sampai di agensi. Aku yakin ada orang yang sengaja menjebakku."
***
Im Na Young tidak mengerti mengapa menggambar gudang kosong dengan banyak bercak darah justru membuatnya senang. Ia bahkan melupakan fakta penting bahwa sejujurnya darah ada dalam salah satu daftar hal-hal paling tidak ia suka. Salah satu lagu Jung Kook terdengar dari speaker, lalu beberapa fans fanatik yang menjelma menjadi art designer bersamanya mulai menunjukkan ketidakwarasan. Mengembuskan napas kuat-kuat, ia menyelipkan headset di telinga, menghalau suara-suara menjijikan yang kian lama makin menggema.
Aplikasi chatting khusus kantornya berkedip-kedip menandakan cukup banyak pesan yang ia terima. Ia mengembuskan napas maklum. Sudah dipastikan ada kehebohan baru pada divisinya. Lalu seperti biasa, ia akan melihat dan membaca tanpa meninggalkan komentar apa pun.
Na Young tidak pernah dekat dengan teman-teman satu divisinya. Kecuali sang leader yang memberinya tugas atau jadwal check approval. Ia memang mengingat nama serta wajah mereka, namun untuk mengenal, wanita itu tidak seberani yang kaukira.
Lelah dengan ikon yang berkedip tiap detik Na Young membuka notifikasi. Ada enam puluh pesan baru yang belum ia baca. Ia menghela napas. Mereka benar-benar penggosip yang luar biasa.
***
Jarum panjang jam menunjuk angka dua belas saat dentang lonceng berbunyi sebanyak lima kali. Pukul lima sore. Na Young menunduk, menyembunyikan wajah pada telapak tangan selama beberapa detik. Ia menengadah, tersenyum pada patung Bunda Maria lalu segera melesat pergi. Sudah satu jam tepatnya ia meluapkan tangis, meminta maaf atas dosa yang ia tanggung semenjak tujuh tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ribbon ✔
FanfictionSeorang yang mengalami trauma di masa lalu, tepatnya tujuh tahun silam, telah mati-matian menghindari pria si penyebab trauma. Lalu bagaimana jika mereka akhirnya bertemu kembali? Bukan cerita yang akan membawamu pada Happy Ending seperti multi cha...