Pada dasarnya Yoon Ji sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Berpikir keras mengenai upaya yang harus ia lakukan untuk membawa Jung Kook ke jalan yang benar; bertanggungjawab pada Na Young dan tidak perlu memikirkan sesuatu tentang dirinya lagi. Tekad tersebut sudah bulat, tersusun rapi hingga ia sudah merencanakan kalimat-kalimat untuk diucapkan di hadapan Jung Kook. Dan ketika telinganya mendengar gesek sandal rumah Jung Kook semakin mendekat, jantung terasa berdetak tidak tentu arah.
Ia ingin semua berjalan normal tanpa terkesan dibuat-buat dan karena itu ia sama sekali tidak bergerak. Berusaha mengatur napas layaknya sedang tertidur pulas hingga merasa lengan kekar melingkari perutnya. Tiba-tiba saja Yoon Ji menoleh, dengan gerakan alami seolah baru saja terbangun dari tidur dan menanyakan apakah pria tersebut baru saja pulang. Perasaan Yoon Ji sedikit kalut ketika Jung Kook mendekatkan wajah untuk mencium keningnya. Ia akan merindukan sentuhan seperti ini. Ia akan merindukan Jung Kook… tapi tidak benar jika Yoon Ji terus saja mengekang Jung Kook untuk hidupnya sendiri.
"Jeon? Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu sebelum kembali tidur?" Yoon Ji menghela napas. Ikut memeluk tubuh Jung Kook seperti yang biasa ia lakukan. Tanpa menunggu lebih lama Jung Kook segera menganggukkan kepala. Namun Yoon Ji tidak lekas bertanya. Justru mengenang kembali seandainya saja malam itu ia tidak memunculkan diri. "Tentang wanita yang kausakiti, apakah kau tidak berencana untuk menceritakan hal itu padaku?"
***
Bunyi bel pintu menginterupsi latihan fisik Ye Rin. Meneleng ke arah jam yang digantung di atas televisi, gadis itu lantas merotasikan mata. Sudah tentu di luar sana Min Yoon Gi lupa pin apartemen mereka karena terlalu mabuk. Ia menghela napas. Berjalan ke pintu lantas menekan enam deret angka yang ia hafal di luar kepala.
Aroma alkohol pekat tercium dari seluruh badan Yoon Gi ketika pintu sudah terbuka. Terlebih wajah pria itu terlihat benar-benar merah. Sangat kontras dengan kulit putih yang ia miliki. Ye Rin hanya bisa menghela napas maklum. Sudah tidak terhitung berapa kali Yoon Gi bersikap seperti ini. Pun ia tidak akan terkejut jika tengah malam dirinya terbangun hanya karena suara bel tersebut.
Sama seperti biasa Ye Rin sudah bisa menduga bahwa Yoon Gi akan berjalan gontai ke kamar. Masuk ke kamar mandi untuk membasuh muka dan berganti pakaian lantas tidur hingga matahari sudah tinggi. Lalu Ye Rin akan membiarkan kegiatan monoton sang kekasih sementara dirinya menyelesaikan dua step latihan terakhir yang sempat terinterupsi. Namun entah mengapa setelah berganti pakaian Yoon Gi justru duduk di sofa menunggunya selesai berolahraga. Tidak ingin beranjak bahkan hingga sang gadis selesai menggulung matras.
"Tidak ingin tidur, Yoon?" Ye Rin berseru ketika ia meletakkan matras di sudut kamar. Ketika tidak ada jawaban yang bisa Ye Rin dengar, gadis itu memutuskan untuk kembali ke sofa. Mencari tahu apakah Yoon Gi sedang melantur atau justru tertidur karena terlalu mabuk. Namun yang Ye Rin dapati justru wajah masam Yoon Gi dan tanda-tanda bahwa sang kekasih belum ingin memejamkan mata.
Pria itu menghela napas gusar. Sejak berada di dalam mobil Nam Joon tadi ia tidak bisa berhenti berpikir tentang Jung Kook. Rahasia yang masing-masing mereka kuak menimbulkan tanda tanya besar. Terutama masalah si bungsu dengan dua wanita yang ia sebutkan. "Kau pernah dengar cerita tentang wanita yang dekat dengan Jung Kook sewaktu sekolah?"
Ye Rin mengernyitkan dahi tidak mengerti. Tepatnya masih mencerna bagaimana kalimat tanya tentang tidur atau tidak justru dibalas dengan pertanyaan rumit seperti itu. "Dari Na Young?"
"Ya." Yoon Gi mengangguk. Wajahnya masih sangat memerah tapi pria tersebut berusaha untuk tidak kalah dengan mabuk. Dan seperti mendapat firasat buruk, Ye Rin diam-diam mencubit lengannya sendiri. "Kau sering bercerita padaku tentang bagaimana Na Young sudah jatuh cinta pada Jung Kook bahkan saat masih sekolah menengah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ribbon ✔
FanfictionSeorang yang mengalami trauma di masa lalu, tepatnya tujuh tahun silam, telah mati-matian menghindari pria si penyebab trauma. Lalu bagaimana jika mereka akhirnya bertemu kembali? Bukan cerita yang akan membawamu pada Happy Ending seperti multi cha...