Butuh rentang waktu cukup lama agar Na Young mampu membiasakan diri. Menghentikan tangis, membiarkan lengkung tercipta di bibir tanpa polesan lip cream. Di hadapannya Jung Kook masih menatap khawatir. Masih menunjukkan kekalutan bahkan jauh lebih besar dari menit-menit lalu.
Na Young menggenggam tangan Jung Kook. Mengucapkan terima kasih dalam diam, menguatkan sang pria Jeon agar tidak lagi merasa bersalah. Na Young sudah cukup baik. Justru kini mampu menghadapi matahari pagi yang kian menyengat eksistensi keduanya di tempat ini.
Tiada yang memisahkan Jung Kook maupun Na Young. Tidak pula dengan mobil yang hendak keluar masuk apartment. Mereka seolah mengerti. Seakan paham akan dua keturunan Adam yang butuh banyak waktu untuk memulai sebuah percakapan. Dan bahkan belum terjalin hingga saat ini.
Sementara Jung Kook menghela napas, mengisi kembali paru-paru dengan oksigen. Ia tidak tahu bagaimana cara memulai konversasi. Tidak tahu bagaimana cara menatap Na Young dengan benar. Luka yang sedari tadi ia pikirkan seakan jauh lebih besar saat Jung Kook sendiri menyaksikan. Betapa tersiksa Im Na Young dengan keadaan ini. Betapa tersiksa Im Na Young tidak mampu hidup normal seperti orang kebanyakan.
Jung Kook membalas genggam tangan Na Young lebih kuat. Mengabaikan fakta bahwa hati tengah diremas lamat-lamat. Mengabaikan kenyataan bahwa dirinya begitu bersalah. "Aku bersedia menjadi penyembuhmu jika diperlukan."
Ucapan Jung Kook membuat netra Na Young membelalak takjub. Ia belum mengutarakan niat. Belum berusaha mengucapkan kalimat pamungkas tersebut keras-keras. Namun Jung Kook sudah tahu. Jung Kook bahkan telah bersedia. Dan ini menimbulkan tanya yang sudah jelas mampu Na Young terka jawabannya.
***
Pada ketukan jemari ke lima belas, Ryu Ye Rin masih enggan berbicara. Masih mengingat waktu di mana ia berbincang dengan Jung Kook perihal sang sahabat sejati. Masih tidak begitu yakin tentang pria yang sudah menghancurkan Na Young di garis awal. Tidak sepenuhnya menaruh kepercayaan pada Jeon Jung Kook hingga detik ini. Di mana ia termangu di meja makan bersama Yoon Gi yang jua tidak bereaksi lebih.
Ye Rin bukanlah seorang yang mampu begitu saja luluh terhadap perhatian pria. Terlebih pada Jung Kook dengan segala embel-embel masa lalu kelam. Ditambah lagi Na Young ada di sana. Tepat di titik ketika keduanya sama-sama terpuruk dan saling mengasingkan diri satu sama lain. Dan Ye Rin bukan tidak ingat bahwa dengan tulus Jung Kook sering menanyakan Na Young. Pula Yoon Gi yang terlalu sering berkata bahwa sang Pria Jeon terus menerus mencari keberadaan Na Young.
Namun ada satu titik kecil di hati Ye Rin yang membuatnya stagnan di tempat dan tidak ingin membiarkan Jung Kook bergerak lebih lanjut. Sebuah keraguan samar yang kini membentang bagai selimut ketakutan. Bermuara pada tangis yang ia umbar pagi tadi. Berujung pada umpatan-umpatan kecil tertuju bagi Im Na Young beserta kebodohan diri.
Ia tahu tidak akan mungkin memberi larangan pada seorang yang membutuhkan kesembuhan. Pada hal ini adalah Na Young dan Jung Kook sebagai obat paling ampuh. Namun mengapa... mengapa seolah ada satu saja fakta terlewat perihal mereka berdua? Seolah ada satu alasan yang membuat mereka tidak bisa terpisahkan?
***
"Kenapa aku tidak terkejut saat kau membawa Jung Kook yang ini ke sini." Sang terapis dengan rok pensil ketat tersenyum menyambut Jung Kook dan Na Young. Mempersilakan dua tamu yang sedari tadi ia tunggu menempati kursi yang tersedia. Keduanya mempererat genggaman tangan. Masih setia menggenggam satu sama lain bahkan setelah duduk.
Si terapis bergantian menjabat tangan Na Young dan Jung Kook dengan seulas senyum cerah. Lantas duduk kembali tanpa mengalihkan pandangan terhadap mereka berdua. "Senang melihat Anda, Jung Kook-ssi. Saya termasuk salah satu pengagum Anda." Sang terapis tersenyum lagi. Membuat Jung Kook sedikit menunduk seraya menyungging lengkung kecil. Sementara Na Young tidak terkejut mendapati fakta demikian mengingat betapa banyak penggemar Jung Kook tersebar di negeri ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ribbon ✔
FanfictionSeorang yang mengalami trauma di masa lalu, tepatnya tujuh tahun silam, telah mati-matian menghindari pria si penyebab trauma. Lalu bagaimana jika mereka akhirnya bertemu kembali? Bukan cerita yang akan membawamu pada Happy Ending seperti multi cha...