Lembayung menyapa langit, menebar jingga keemasan di seluruh cakrawala. Surya tinggal seperempat bagian. Bayu bergerak pelan, membelai kincir-kincir kecil yang tertanam di sekitar bibir pantai.
Pria bermarga Jeon masih menutup mata, menikmati berbaring di atas pasir dengan jaket kulit lengkap. Pikirannya tengah berlarian, merasa sangat familiar dengan suara gadis yang memberi tempat persembunyian beberapa jam lalu. Namun otak tidak bisa berpikir jernih mengenai siapa dan kapan tepatnya ia pernah mengenal si pemilik suara. Ia gelengkan kepala kuat-kuat, bangkit lalu menatap kepergian matahari dengan sebuah senyum kecut.
"Sebaiknya aku lekas pindah ke apartment baru," gumam Jung Kook membersihkan noda pasir di pakaiannya. Berjalan menjauhi bibir pantai menuju mobil putih yang terparkir di pinggir jalan.
***
Mengendarai mobil dalam jarak jauh bukan jadi masalah untuk Jung Kook. Sebelumnya ia pernah membantu sang ibu berbelanja di pasar berbeda lalu mengantar semua barang sendirian. Namun ketika dalam pikiran terajut semua kenangan pahit dijatuhkan secara tidak wajar cukup membuat konsentrasinya goyah. Ia menggeleng kuat, menyalakan audio mobil berharap musik bisa meredam nyeri dalam otak.
Jung Kook berpikir, mencari-cari lagu yang tepat lalu kembali fokus pada jalan. Sebuah lagu lembut mengalun, membuatnya mampu tersenyum manis. Lagu lama yang menerbangkan ingatannya ke masa sekolah menengah atas. Masa di mana pertama kali ia bertemu gadis itu.
Masih segar dalam ingatan bagaimana kepopuleran Jung Kook saat itu. Ia memiliki semacam fans tidak official yang tersipu-sipu jika melihat senyum kelincinya. Belum lagi segudang hadiah yang ia terima di loker setiap hari pula pernyataan cinta banyak terungkap dari bibir gadis seangkatan maupun kakak tingkat. Namun Jung Kook tidak lantas menanggapi, sikapnya cenderung dingin dan tidak tersentuh. Kata orang justru dengan sikap itulah banyak yang tertarik. Jung Kook hanya tersenyum kala seorang teman baik mengutarakan demikian.
Dan di antara semua gadis yang mengejar, ada salah satu yang tidak Jung Kook kenal. Gadis itu sering menyalinkan tugas-tugas miliknya jika Jung Kook tidak mengerjakan. Entah karena apa Jung Kook merasa gadis itu selalu tepat. Memang ia tidak memberikannya secara langsung, tapi selalu saja di kolong meja Jung Kook selalu tertata kertas-kertas itu.
Pada awalnya Jung Kook mengernyit bingung, sempat menanyakan teman yang duduk di bangku terdekat namun tidak ada jawaban. Namun lama kelamaan menunggu jawaban-jawaban jadi kebiasaan favoritnya. Pria itu bisa bebas melakukan apa saja tanpa harus repot memusingkan tugas. Bukankah hal itu sangat luar biasa bagi murid badung seperti Jung Kook?
Jangan pikir Jung Kook adalah pria baik-baik meski banyak yang mengidolakan. Seluruh sekolah mungkin memberikan suara untuk Jung Kook ketika pemilihan the most wanted boy of the year, tapi seluruh sekolah juga tidak tahu dunia Jeon Jung Kook sesungguhnya. Ia adalah pria yang sering keluar masuk bar dengan izin cuma-cuma yang didapat dari kekasih tercinta.
Adalah Anastasya, wanita yang lebih tua dua tahun darinya. Wanita yang mengaku blasteran Korea-Jepang yang telah menularkan segala macam kebudayaan barat pada Jung Kook. Wanita itu pula yang merenggut keperjakaan Jung Kook di usianya yang menginjak enam belas tahun.
Seseorang mungkin frustrasi karena ditinggal sang ayah bunuh diri tidak terkecuali Jung Kook. Ia merasa terpukul dan menyalahkan dirinya sendiri setelah insiden yang terjadi di depan mata. Ayahnya melompat dari gedung apartment ketika Jung Kook hendak menjemur pakaian.
Lalu sikap ceria Jung Kook luntur, perlahan terkikis karena bayangan sang ayah terus menghantui tidur maupun sadarnya. Ia mulai serampangan di luar sekolah dan bertemu dengan Anastasya yang mabuk di sebuah gang sepi. Wanita itu memakai mini dress ketat yang panjangnya hanya sanggup menutupi pantat. Jung Kook diseret ke sebuah gudang tua tidak terpakai lalu dicium secara ganas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ribbon ✔
FanfictionSeorang yang mengalami trauma di masa lalu, tepatnya tujuh tahun silam, telah mati-matian menghindari pria si penyebab trauma. Lalu bagaimana jika mereka akhirnya bertemu kembali? Bukan cerita yang akan membawamu pada Happy Ending seperti multi cha...