Dalam temaram lampu tidur yang tidak dimatikan, Ye Rin melayangkan pandangan gelisah. Netranya terpaku pada jam digital yang menunjukkan pukul empat tiga puluh empat menit sementara ia sendiri tidak bisa leluasa bergerak karena tangan Yoon Gi melingkar posesif di pinggang. Ia menghela napas, berusaha terlihat seperti tertidur meski Ye Rin tidak bisa memejamkan mata sejak semalam.
Yoon Gi di belakangnya ikut mengerjapkan mata. Ia tidaklah bodoh untuk dikelabuhi. Gestur dan sikap Ye Rin sudah menjelaskan bahwa kekasihnya tersebut tidak tidur sama sekali. Dan Yoon Gi berusaha untuk terjaga sesekali meski ia mengantuk setengah mati.
"Ye Rin-ah...." Yoon Gi mengecup leher terekspos Ye Rin dari belakang. Berusaha terlihat seperti orang bangun tidur kebanyakan. "Jam berapa ini?"
Ye Rin berbalik. mengecup singkat bibir Yoon Gi kemudian menenggelamkan kepala pada dada tanpa busana Yoon Gi. "Empat tiga puluh lima, Sayang. Aku minta maaf telah membangunkanmu."
Yoon Gi membelai lembut rambut Ye Rin. "Aku mengerti. Kita pergi ke apartment Jung Kook sekarang?"
.
.
.
Ketukan keras di pintu membuat Jung Kook kembali membuka mata. Kepalanya terasa pening mengingat baru saja ia kembali ke alam mimpi dan sudah direcoki oleh tamu tidak bertanggungjawab. Jung Kook bersumpah jika yang datang adalah seorang tidak penting, ia akan mengumpat keras-keras.
Memutar kunci yang sengaja tidak Jung Kook lepas, ia memberikan tatapan garang. Namun segera sirna ketika tamu yang berdiri di hadapan adalah Ryu Ye Rin dan Min Yoon Gi. "Mengapa kalian menemuiku sepagi ini?"
Namun bukannya menjawab, Ye Rin justru langsung masuk meski belum mendapat izin. Ia menggeledah segala isi ruangan dengan berapi-api, semakin berang ketika tidak mendapati Im Na Young. Kepala Ye Rin terasa begitu pusing. Memproduksi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi.
Jung Kook berteriak, "Jika kau datang untuk mencari Na Young, dia sudah pulang setengah jam lalu." Kemudian duduk di sofa diikuti Yoon Gi.
Ye Rin berteriak frustrasi dari kamar Jung Kook. Kemarahan benar-benar tercetak jelas di mata. Membuat ia segera mendekati Jung Kook, melayangkan tatapan membunuh sebelum duduk bersimpuh di hadapan Yoon Gi. Menangis di sana.
"Y-Ye Rin-ah...," seru Yoon Gi terbata. Tidak tahu mengapa Ye Rin jadi begitu sensitif. "Na Young baik-baik saja."
"Tinggalkan aku, Yoon." Ye Rin menengadah, mengusap air mata berusaha tetap tegar di hadapan Yoon Gi. "Aku ingin berbicara empat mata dengan Jung Kook. Bisakah kau turun memastikan Na Young baik-baik saja? Aku akan datang pukul enam."
***
Jung Kook tidak henti terkejut dalam waktu beberapa menit. Yoon Gi benar-benar mengalah untuk turun ke apartment Na Young, meninggalkannya dengan sang singa betina yang siap mengamuk kapan saja. Jung Kook tahu Ye Rin sedang marah. Dan ia jelas tahu duduk perkara apa yang membuat gadis berperawakan tinggi ini rela menemuinya subuh-subuh.
Jung Kook tidak bernisiatif membuka percakapan. Ia takut kalimat yang akan ia ucapkan akan jadi bumerang bagi dirinya sendiri. Dalam keadaan ini lebih baik Jung Kook menjadi pendengar yang baik dan menyahut jika perlu. Ia menghela napas. Masih memperhatikan Ye Rin yang berusaha meredakan tangis.
"Kalian bersama semalaman." Ye Rin mengajukan pernyataan. Gadis itu sudah duduk di single sofa. Menengadah langit-langit, tidak berusaha menatap Jung Kook. Linangan tangis masih jelas tercetak di sana. Bersama getar suara yang tidak mampu disembunyikan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ribbon ✔
FanfictionSeorang yang mengalami trauma di masa lalu, tepatnya tujuh tahun silam, telah mati-matian menghindari pria si penyebab trauma. Lalu bagaimana jika mereka akhirnya bertemu kembali? Bukan cerita yang akan membawamu pada Happy Ending seperti multi cha...