Chapter 14.1: I'm Home

3.3K 431 55
                                    

Pulang. Pada akhirnya Jeon Jung Kook akan pulang. Pulang dari kenyataan bahwa dirinya adalah manusia biasa. Pulang, menghadapi kenyataan bahwa tidak selamanya ia bisa stagnan di tempat sama. Pulang... karena waktu yang ia berikan untuk para penikmat musik sudah habis. Terganti kewajiban-kewajiban nyata menanti di depan sana.

Jeon Jung Kook pulang. Dengan senyum cerah membuka pintu restoran sang ibunda. Mengabaikan beberapa pelanggan yang terlihat terkejut menatap rupa pria dengan tinggi seratus tujuh puluh sembilan senti tersebut. Ia hanya ingin mampir sebentar, meminta pelukan hangat serta memberi ucapan terima kasih. Pun tidak lagi menutup wajah dengan masker. Tidak lagi peduli pada setiap orang yang mengabadikan segala kegiatannya dengan lensa kamera.

Jeon Jung Kook pulang. Menatap rupa terkejut sang ibu, kemudian segera menghambur rengkuh dan berlama-lama mengelus pundak ringkih tersebut. Tidak ada air mata menetes dari sudut-sudut netra. Pertanda bahwa ia sudah mengikhlaskan segala dan berani membuat keputusan tepat. Pria itu menghentikan pelukan. Mengatakan pada sang ibunda bahwa dirinya akan meniti karir dari bawah lagi. Merintis segala hal dari nol, dan berharap bidang yang ia pilih tidak akan merugikan banyak pihak.

"Bisakah kau memberiku restu untuk menggambar kembali, Ibu?" Mungkin jika dulu sang ibunda mendengar kalimat tersebut, ia akan menepuk pundak Jung Kook dan mengatakan bahwa sang putra harus belajar giat. Mengingat saat itu sudah hampir menjelang ujian masuk perguruan tinggi. Mengingat Jung Kook sudah terlalu lama memikirkan kesalahannya terhadap Na Young hingga lupa akan pelajaran sekolah. Namun kali ini terasa berbeda. Dengan binar ceria sang ibu mengangguk. Membiarkan putra bungsu memilih apa yang ia suka. Sama dengan sang sulung yang berjaya dengan beberapa judul webtoon kenamaan.

Rasanya tidak ada lagi yang Jung Kook inginkan kecuali anggukan kepala sang ibu. Rasanya tidak ada lagi yang Jung Kook butuhkan selain pelukan hangat sang ibu.

Jeon Jung Kook kembali pulang... sebagai anak bungsu dari wanita yang sudah kehilangan suami sembilan tahun lalu.

***

Kernyitan di dahi Na Young makin lama makin menjadi-jadi. Tangisnya sudah berhenti tepat ketika seorang pria memberikan rengkuhan, sebuah rengkuh tanpa paksaan, tapi menuntut hingga kini ia merasa sedikit tidak nyaman. Dalam buram air mata yang terus saja menumpah, ia pikir sosok tersebut adalah Jung Kook. Pria yang sengaja datang untuk memberikan pelukan, atau mungkin saja meminta kekuatan atas keputusan besar yang ia ambil tadi. Namun sekarang Na Young tahu otaknya salah.

Jari jemarinya yang tanpa sengaja mendekap tubuh pria ini bergetar, menimbun ketakutan-ketakutan seperti ketika orang lain menyentuh anggota tubuh Na Young barang sejengkal. Perlahan tapi pasti, hormon-hormon tersebut terus terproduksi... hingga tangis kembali menguasai diri dan sang pria tadi melepaskan peluk. Wajah Na Young sudah semerah kepiting. Gemetar di tubuh Na Young pun semakin jelas terasa, hingga membuat sang pria melebarkan mata melihat pemandangan tersebut.

Ia tidak pernah tahu bagaimana Na Young melewati masa-masa sulit di bawah kendali trauma. Tidak pernah mengerti bahwa efek yang ditimbulkan tersebut merupakan bagian dari ketidaknyamanan Na Young berada di dekat laki-laki. Dan pria itu masih juga melebarkan mata tanpa berniat pergi dari hadapan Na Young. Menyaksikan sendiri bagaimana Na Young menutup telinga, berusaha mencekal segala ingatan mengenai malam mengenaskan tujuh tahun lalu. Mati-matian menenangkan diri, hingga berpuluh-puluh menit berlalu dengan keheningan dan tidak ada secuil kata terlontar dari bibir keduanya.

Hanya ada tangis pilu yang Na Young perdengarkan. Hela napas pendek-pendek, kemudian berangsur normal meski butuh waktu cukup lama. Lalu dalam keadaan yang sudah cukup tenang tersebut Na Young berujar, "Kau seharusnya tidak melihatku dalam keadaan menjijikan seperti ini, Kim Tae Hyung."

Ribbon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang