Malamnya jago-jago Liautang itu mengadakan perjamuan besar bagi Ciok Boh-thian. Karena tidak ingin diketahui hubungan dirinya dengan Ting Put-si, maka setiap kali Ko Sam-niocu, Hoan It-hui dan lain-lain memancing tentang asal usul dan perguruan dirinya dan Ciok Boh-thian selalu Ting Tong berusaha membelokkan pokok pembicaraan.
Karena yang ditanya enggan menerangkan, maka para jago itu pun tidak berani banyak bertanya lagi.
Melihat hubungan Ciok Boh-thian dan si Ting Tong penuh kasih sayang, Ko Sam-niocu menduga tuan penolongnya dengan adik perempuan cilik itu besar kemungkinan adalah sepasang kekasih yang diam-diam minggat dari rumah. Jika demikian halnya, adalah tidak tahu diri bila kita menghalangi malam bahagia mereka ini.
Sebab itulah, sesudah cukup makan minum, Ko Sam-niocu lantas memberi tanda kepada Hoan It-hui, masing-masing menggandeng Ciok Boh-thian dan Ting Tong untuk diantarkan ke kamar mereka.
Dengan tertawa penuh arti Hoan It-hui lantas mengundurkan diri, sebaliknya Ko Sam-niocu masih menggoda, "Inkong, coba lihatlah, pengantin perempuan kita ini cantik sekali bukan?"
Muka Boh-thian menjadi merah, ketika ia melirik si nona, tertampak air muka si Ting Tong juga merah jengah, kerlingan matanya menggetar sukma, jantung Boh-thian memukul keras. Cepat kedua muda-mudi itu sama-sama melengos, keduanya sama-sama mundur beberapa tindak dan berdiri bersandar dinding.
Ko Sam-niocu mengekek tawa, katanya, "Malam pengantin kalian ini janganlah disia-siakan, mengapa kalian mesti malu-malu?"
Sambil berkata sebelah tangannya lantas menutupkan pintu kamar dari luar, sebelah tangan yang lain lantas mengayun pula, sebilah pisau terbang lantas menyambar sehingga batang lilin yang menerangi kamar itu terpapas bagian atasnya. Seketika keadaan di dalam kamar menjadi gelap gulita, sedangkan pisau terbang itu masih terus melayang keluar dengan menembus jendela.
"Selamat malam dan selamat tidur! Semoga kalian hidup bahagia sampai hari tua!" demikian Ko Sam-niocu berseru dengan tertawa. Lalu pintu kamar dirapatkannya.
Seperti halnya pada malam pengantin mereka dahulu, sekarang Ciok Boh-thian dan si Ting Tong juga sama-sama bingung dan malu-malu walaupun dalam hati mereka sebenarnya seperti dikilik-kilik.
Sebelum mereka sempat berbuat apa-apa, tiba-tiba terdengar suara bentakan seorang di pelataran sana, "Huh, jika memang jantan dan kesatria sejati, hayolah keluar untuk berkelahi secara terang-terangan, mengapa mesti main menimpuk pisau secara sembunyi-sembunyi, huh, bukankah ini perbuatan kaum pengecut?"
Ciok Boh-thian dan Ting Tong menjadi geli. Si nona lantas berlari mendekati Boh-thian, empat tangan saling menggenggam dengan kencang. Nyata perbuatan Ko Sam-niocu yang menimpukkan pisau untuk memadamkan api lilin mereka tadi telah menimbulkan salah paham orang di luar itu.
Mestinya Ciok Boh-thian ingin bersuara memberi penjelasan, tapi terasalah sebuah tangan yang halus dan lunak telah mendekap mulutnya dan melarangnya bersuara. Segera ia pun rangkul si Ting Tong ke dalam pelukan.
Dalam pada itu orang yang berada di pelataran itu masih terus memaki, "Pisau terbang yang keji semacam ini besar kemungkinan adalah perbuatan perempuan hina yang tidak kenal malu dari Liautang itu. Hm, janda she Ko itu tidak becus ilmu silatnya, paling-paling hanya pandai menyerang secara menggelap dengan pisau karatan seperti ini. Jika kesatria dari Tionggoan sini tentu tidak sudi menggunakan senjata rahasia begini."
Oleh karena timpukan pisaunya telah menimbulkan salah paham orang, mestinya Ko Sam-niocu tidak ingin cekcok dan membiarkan orang mencaci dan habis perkara. Siapa duga caci maki orang itu secara terang-terangan telah dialamatkan kepadanya, diam-diam ia heran, "Apakah orang itu mengenali pisauku atau cuma omong sekenanya saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Medali Wasiat (Xia Ke Xing/Ode To Gallantry) - Jin Yong
General FictionSepasang utusan "Pengganjar & Penghukum" menggetarkan kang ouw! Mereka mengundang setiap ketua perguruan untuk datang ke pulau Hiap Kek. Tidak ada satupun yang dapat melawan. Dunia Persilatan terjerumus dalam kekacauan karena setiap orang yang pergi...