Tentu saja Boh-thian tambah kaget dan bingung.
Congthocu she Liong itu semula mengira kelakuan Thio Sam dan Li Si itu hanya pura-pura dan main sandiwara saja, tapi kemudian demi tampak muka Thio Sam merah membara, napasnya terengah-engah, sebaliknya kedua mata Li Si kelihatan mendelik, mukanya gelap menghitam, itulah tanda-tanda terkena racun yang mahajahat. Keruan ia menjadi girang, tapi ia masih tidak berani ambil tindakan sesuatu, ia pura-pura berkata, "He, kenapakah? Apa barangkali arak kami ini tidak cukup baik? Dan tuan ini mau minum tidak?"
Sambil berkata ia hendak menuangkan arak untuk Li Si.
Dalam pada itu tubuh Li Si sudah meringkuk seperti cacing di bawah meja, tubuhnya tampak berkejang.
Sungguh kaget Ciok Boh-thian tak terkatakan, cepat ia memayang bangun Li Si dan berkata, "Jiko, apakah... apakah badanmu sakit?"
Nyata Boh-thian tidak tahu bahwa tadi lantaran berlomba minum arak yang mengandung racun jahat dengan dia, maka sedikitnya Thio Sam dan Li Si masing-masing juga telah ikut minum tujuh atau delapan ceguk.
Menurut ukuran kekuatan Thio Sam dan Li Si itu, bila berturut-turut mereka minum dua-tiga ceguk dan segera mengerahkan tenaga dalam untuk melawan bekerjanya racun, maka hal ini masih tidak menjadi halangan bagi mereka.
Namun tadi mereka telah minum melampaui takaran, waktu itu mereka masih bertahan sekuatnya dan diam-diam merasa senang karena Ciok Boh-thian telah kena dikelabui, di samping itu juga merasa syukur karena lwekang mereka tampaknya telah banyak tambah maju, buktinya setelah minum arak berbisa sebanyak itu toh tidak merasakan perut sakit dan usus terpuntir-puntir.
Di luar perhitungan mereka bahwa tatkala itu mereka telah minum obat pemunah, obat pemunah itu gunanya melambatkan bekerjanya racun arak itu, dengan demikian tenaga dalam mereka yang kuat itu lambat laun akan dapat membaur dan memunahkan arak obat yang sudah masuk di dalam perut, dengan demikian tenaga dalam mereka akan bertambah lebih kuat. Jadi obat pemunah itu sebenarnya hanya mempunyai khasiat melambatkan bekerjanya racun dan tiada khasiat memunahkan racun.
Tapi sesudah kedua orang melakukan perjalanan cepat, di luar dugaan pada saat yang genting racun jahat di dalam arak itu mendadak telah bekerja di dalam perut. Keruan seketika perut Thio Sam dan Li Si kesakitan seperti disayat-sayat, sekujur badan mereka kaku kejang. Mereka insaf keadaan sangat berbahaya, maka cepat mereka mengerahkan tenaga murni di dalam pusarnya untuk bertahan, sedapat mungkin sisa arak berbisa di dalam perut itu dibungkus dan membiarkannya cerna sedikit demi sedikit. Kalau tidak, bila racun jahat itu bekerja secara mendadak, tentu jantung mereka akan putus dan bisa mati seketika.
Diam-diam mereka mengeluh, sungguh sial bahwa racun itu justru bekerja pada saat mereka berada di sarang musuh, andaikan bekerjanya racun di dalam perut itu sementara dapat dilambatkan, tapi rasanya juga susah terhindar dari kekejaman orang-orang Tiat-cha-hwe itu.
Di pihak lain, ketika mendadak melihat Thio Sam dan Li Si tiba-tiba memberosot ke lantai dengan badan kejang, keringat berbutir-butir memenuhi jidat mereka, tampaknya sangat menderita, maka Liong-congthocu dan Oh-toako dari Tiat-cha-hwe serta anak buah mereka menjadi terheran-heran dan curiga pula. Walaupun menghadapi kesempatan yang bagus itu untuk bertindak, namun terpengaruh oleh wibawa Thio Sam dan Li Si yang memang sangat mereka takuti, maka sementara itu mereka masih tidak berani bertindak apa-apa.
Dalam pada itu yang paling gelisah adalah Ciok Boh-thian, ia coba tanya pula, "Toako, Jiko, apakah kalian mabuk atau mendadak kalian sakit usus buntu?"
Namun Thio Sam dan Li Si tidak memberi jawaban, dengan setengah berduduk setengah telentang cepat mereka mengerahkan lwekang untuk melawan bekerjanya racun di dalam perut. Selang tidak lama, mulailah dari ubun-ubun kepala kedua orang mengeluarkan uap putih yang hampir tidak kelihatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Medali Wasiat (Xia Ke Xing/Ode To Gallantry) - Jin Yong
Fiksi UmumSepasang utusan "Pengganjar & Penghukum" menggetarkan kang ouw! Mereka mengundang setiap ketua perguruan untuk datang ke pulau Hiap Kek. Tidak ada satupun yang dapat melawan. Dunia Persilatan terjerumus dalam kekacauan karena setiap orang yang pergi...