Bab 32. Ting Tong! Dia Muncul Lagi

2.3K 33 0
                                    

Ciok Boh-thian sampai merinding mendengarkan cerita seram itu, katanya, "Masakah kedua saudara-angkatku Thio Sam dan Li Si itu adalah manusia-manusia yang begitu kejam? Mereka suka bermusuhan dengan orang-orang Bu-lim, sebenarnya apa maksud tujuannya?"

"Entahlah, selama 30-an tahun ini persoalan yang rumit ini tetap tak terpecahkan," sahut Ciok Jing sambil menggeleng. "Sesudah tewasnya tokoh-tokoh terkemuka seperti Siau-san Totiang dari Jing-sia-pay, Tiau-lopiauthau dari Sucwan, Sian-pun Taysu dari Siau-lim-si, Kho-pek Totiang dari Bu-tong-pay, mau tak mau pemimpin-pemimpin Bu-lim yang lain menjadi kebat-kebit dan merasa tidak aman, mereka tidak berani main kasar lagi, bila di antaranya ada yang menerima medali undangan, segera disanggupi untuk hadir pada perayaan makan Lap-pat-cok itu. Jika demikian, maka kedua rasul itu akan berkata, 'Sungguh kami merasa mendapat kehormatan atas kesediaan tuan akan hadir di Liong-bok-to, diharap pada hari dan bulan sekian silakan menunggu di mana, pada waktunya tentu ada orang akan menyambut kalian dengan perahu.' – Begitulah, selama tahun undangan itu, tokoh-tokoh Bu-lim, ciangbunjin, pangcu dari berbagai golongan yang telah menjadi korban keganasan mereka itu ada 14 orang, selain itu ada 19 tokoh yang melaksanakan undangan mereka. Akan tetapi ke-19 orang itu hanya dapat pergi saja dan tidak dapat pulang, selama 32 tahun ini sedikit pun tiada berita-berita tentang nasib mereka."

"Terletak di lautan selatan manakah pulau yang disebut Liong-bok-to itu?" tanya Ciok Boh-thian. "Mengapa tidak mengumpulkan teman dan pergi menolong ke-19 orang itu?"

"Tentang Liong-bok-to itu sudah ditanyakan kepada hampir seluruh nelayan dan ahli pelayaran, tapi tiada seorang pun yang kenal nama pulau itu, tampaknya pulau itu hanya omong kosong kedua pemuda itu saja," tutur Ciok Jing lebih jauh. "Begitulah setahun demi setahun telah lalu dengan cepat, selain keluarga-keluarga dari ke-33 orang yang mengalami nasib malang itu, maka semua orang lambat laun sudah melupakan peristiwa-peristiwa tersebut. Tak terduga 11 tahun kemudian, tahu-tahu medali undangan itu muncul lagi di dunia Kangouw. Kali ini ilmu silat kedua rasul itu sudah tambah maju lagi, hanya di dalam waktu 20-an hari saja beberapa ratus orang dari berbagai aliran dan organisasi besar telah dibunuh oleh mereka.

"Keruan kejadian itu semakin menggegerkan dunia Kangouw. Waktu itu tiga orang tertua Go-bi-pay lantas tampil ke muka untuk mengumpulkan 20-an jago-jago pilihan, secara diam-diam mereka sembunyi di markas Ang-jio-hwe (perkumpulan tombak merah) di daerah Holam untuk menantikan kedatangan kedua pengganas. Tak terduga kedua pengganas itu seperti serbatahu saja, mereka telah menghindari Ang-jio-hwe, bahkan tidak menginjak ke dalam wilayah Holam, sebaliknya medali panggilan mereka masih terus disebarkan ke tempat-tempat lain. Asal penerima medali undangan itu menyanggupi akan hadir, maka segenap anggota keluarga penerima undangan itu akan aman tenteram, jika tidak maka biarpun betapa keras dan rapatnya penjagaan, tentu segenap anggotanya akan menjadi korban keganasan kedua orang itu.

"Tahun itu Soa-pangcu dari Hek-liong-pang juga mendapat medali undangan, tatkala itu ia telah menyanggupi akan hadir, tapi diam-diam ia telah memberitahukan waktu dan tempat perahu yang akan memapaknya kepada Ang-jio-hwe. Maka tiba pada saatnya serentak ke-20 tokoh persilatan itu lantas menuju ke tempat yang dimaksudkan. Akan tetapi sial bagi mereka, entah siapa yang telah membocorkan rahasia mereka itu, ketika tiba saatnya ternyata tiada seorang pun atau perahu yang datang menyambut. Mereka coba menunggu lagi beberapa hari, namun satu demi satu di antara mereka itu berturut-turut tewas keracunan.

"Keruan sisanya menjadi ketakutan dan beramai-ramai mereka lantas bubar menyelamatkan diri. Akan tetapi belum lagi sampai di rumah masing-masing, di tengah jalan mereka sudah mendapat kabar, ada yang seluruh anggota keluarganya telah habis dibunuh orang, ada pula segenap anggota organisasinya telah habis dibinasakan tanpa mengetahui siapa pembunuhnya. Dalam tahun itu hanya ada tujuh orang tokoh saja yang telah menumpang sebuah kapal lain menuju ke Liong-bok-to, tapi mereka pun bisa pergi dan tak bisa pulang, besar kemungkinan mereka sudah terkubur di dasar lautan yang susah dijajaki. Apa yang terjadi itu adalah peristiwa pada 21 tahun yang lalu. Ai, benar-benar bencana besar bagi Bu-lim, kalau dipikir sungguh menyeramkan dan menyedihkan!"

Medali Wasiat (Xia Ke Xing/Ode To Gallantry) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang