Melihat cara bicara Pwe Hay-ciok itu sangat tulus, melihat sikap kesembilan orang itupun tiada bermaksud jahat meski semuanya bersenjata, diam2 Cia Yan-khek mengetahui telah terjadi salah paham, maka jawabnya dengan tersenyum: "Di atas Mo-thian-kay ini tiada meja kursi, sehingga telah mentelantarkan tamu2 terhormat, sillahkan kalian duduk saja di atas batu. Sebenarnya dari manakah Pwe-tayhu mendengar berita bahwa Ciok-pangcu kalian selalu berada bersama dengan aku? Padahal tidak sedikit ksatria2 yang terhimpun di dalam Pang kalian, dengan sendirinya Ciok-pangcu kalian adalah seorang tokoh terkemuka, sebaliknya aku hanya seorang gunung miskin yang tiada suka bergaul, mana bisa berkumpul dengan ksatria ternama sebagai Ciok-pangcu kalian. Hehe, lucu, sungguh lucu."
Pwe Hay-ciok menjadi ragu2. Ia menduga sebabnya Cia Yan-khek tidak mau mengakui kenal Ciok-pangcu mereka, tentu didalam hal ini ada apa2 yang tak dapat diterangkan. Maka ia lantas memberi tanda kepada kawan2nya dan berkata: "Saudara2 sekalian, sillahkan duduk untuk bicara."
Nyata sekali Pwe Hay-ciok adalah pemimpin dari kesembilan oran ini. Maka kawan2nya itu lantas mengambil tempat duduk sendiri2. Ada yang duduk diatas batu cadas, ada yang duduk didahan pohon yang rendah, Pwe Hay-ciok duduk diatas gundukan tanah.
Kesembilan orang itu telah memasukkan kembali senjata2 mereka dan berduduk semua, tapi posisi kepungan mereka terhadap Cia Yan-khek masih tidak berubah. Keruan diam2 Yan-khek menjadi gusar, pikirnya: "Sikap kalian ini benar2 terlalu kasar padaku. Jangankan aku memang tidak tahu Ciok-pangcu kalian, andaikan tahu juga masakah aku dapat dipaksa untuk mengatakan ?"
Segera ia hanya te-senyum2 dingin saja sambil menengadah, terhadap orang2 disekitarnya ia anggap sepi saja dan tak menggubris.
Padahal "Tiok-jiu-seng-jun" Pwe Hay-ciok itu sekalipun tidak lebih tinggi kedudukannya di dunia persilatan dibandingkan Cia Yan-khek, paling tidak juga setingkat. Sekarang Cia Yan-khek sengaja bersikap sedemikian angkuhnya, hal ini juga keterlaluan.
Namun Pwe Hay-ciok masih mengingat kehormatan Pangcu mereka dan tetap bicara dengan ramah: "Cia-siansing, sesungguhnya ini adalah urusan rumah tangga Pang kami, jika engkau sampai terlibat, sungguh kami merasa tidak enak. Maka kami hanya minta Cia-siansing suka menghadapkan kami kepada Pangcu dan dengan sendirinya kami akan berterima kasih dan nanti akan minta maaf pula padamu."
Kalau mengingat nama besar dan watak "Tiok-jiu-seng-jun" Pwe Hay-ciok yang terkenal disegani dan angkuh itu, sekarang dia bicara sedemikian ramahnya, hal ini boleh dikata jarang terjadi.
Tapi Yan-khek tetap menjawab dengan dingin: "Pwe-tayhu, engkau adalah kesatria ternama di Kangouw, setiap ucapan seorang laki2 sejati harus dapat dipercaja, bukan ?"
Mendengar pertanyaan Cia Yan-khek yang bernada gusar itu, diam2 Pwe Hay-ciok menjadi was-was, sahutnya: "Ah, Cia-siansing terlalu sungguh2."
"Dan kalau ucapan Pwe-tayhu adalah kata2 tulen, apakah ucapanku ini adalah kentut ?" kata Yan-khek pula. "Sejak tadi aku sudah menyatakan tidak pernah melihat Ciok-pangcu kalian, tapi kalian tetap tidak percaja. Jika demikian, apakah kalian adalah laki2 sejati dan orang she Cia ini adalah kaum pembohong ?"
"Ah, ucapan Cia-siansing terlalu sungguh2, orang2 Cang-lok-pang kami selamanya juga sangat menyunyung tinggi kepada Cia-siansing," sahut Pwe Hay-ciok sambil ter-batuk2. "Jika Cia-siansing tidak suka menghadapkan kami kepada Pangcu kami, tiada jalan lain terpaksa kami mesti mencarinya sendiri."
Air muka Cia Yan-khek merah padam menahan gusara, katanya: "Jadi bukan saja Pwe-tayhu tidak percaja kepada ucapanku, bahkan hendak bertindak secara se-wenang2 ditempat tinggalku ini?"
"Ah, tidak, mana kami berani ?" sahut Pwe Hay-ciok. "Sungguh memalukan kalau dibicarakan. Cang-liok-pang telah kehilangan Pangcu dan mesti minta orang menemukan Pangcu mereka, kalau cerita ini tersiar tentu akan dibuat bahan tertawaan orang Kangouw. Maka kami terpaksa hanya akan mencari sekadarnya saja, harap Cia-siansing jangan salah paham."
KAMU SEDANG MEMBACA
Medali Wasiat (Xia Ke Xing/Ode To Gallantry) - Jin Yong
General FictionSepasang utusan "Pengganjar & Penghukum" menggetarkan kang ouw! Mereka mengundang setiap ketua perguruan untuk datang ke pulau Hiap Kek. Tidak ada satupun yang dapat melawan. Dunia Persilatan terjerumus dalam kekacauan karena setiap orang yang pergi...