Bab 24. Ting Put-sam & Ting Put-si VS Kim-oh-to-hoat & Swat-san-kiam-hoat

2.2K 40 0
                                    

Put-sam dan Put-si saling pandang dengan bergelak tertawa, kata Put-si, "Losam, entah dari mana bocah ini dapat belajar beberapa kalimat ocehan penjual obat, lalu sekarang menirukannya untuk memberi nasihat kepada kita, sungguh lucu, hahaha!"

Boh-thian tidak menanggapi lagi, tiba-tiba ia gunakan goloknya untuk mencukil sebatang pedang yang terletak di atas tanah sehingga pedang itu terlempar ke arah Pek Ban-kiam, berbareng ia berseru, "Pek-suhu, Swat-san-pay kalian biasanya harus menggunakan pedang!"

Sungguh sekali-kali tak tersangka oleh Pek Ban-kiam bahwa di saat dirinya terancam bahaya dan tampaknya dalam sekejap lagi tentu akan binasa di bawah tangan kedua saudara Ting, siapa duga mendadak telah muncul seorang penolong yang bukan lain adalah Ciok Tiong-giok, bocah yang selama ini sedang dicari dan hendak dibunuhnya, sudah tentu tidak keruan perasaannya pada saat demikian.

Pedang yang dilemparkan ke arahnya itu adalah tinggalan seorang sutenya yang dibinasakan Ting Put-sam tadi, asal dirinya sudah bersenjata pula, seketika semangatnya akan bertambah berlipat ganda. Maka tanpa bicara lagi segera ia sambar pedang yang melayang ke arahnya itu.

Sebaliknya Ting-Put-sam menjadi murka melihat Boh-thian merintangi tujuannya, bahkan hendak membantu pihak lawan, segera ia mendamprat, "Anak jadah! Bukankah orang she Pek itu hendak menangkap dan membunuh kau? Jika tempo hari aku tidak menolong kau, apakah kau masih dapat hidup sampai sekarang?"

"Ya, betul juga," sahut Boh-thian sambit memanggut. "Makanya aku pun hendak menasihatkan Pek-suhu ini agar di mana dapat mengampuni orang hendaklah suka mengampuni."

Dalam pada itu diam-diam Ting Put-si merasa khawatir kalau-kalau Boh-thian membicarakan kejadian di atas perahu, di mana ia telah dikalahkan oleh pemuda itu, hal ini tentu akan sangat menghilangkan pamornya, maka ia pikir bocah ini harus dibinasakan lebih dulu, dengan demikian rahasianya tidak akan terbongkar.

Maka ia lantas membentak, "Kau mengoceh apa di sini? Ini, rasakan!" Kontan ia terus menghantam ke arah Ciok Boh-thian.

Sekali ini Su-popo tiada terdapat di situ, maka Ting Put-si tidak perlu rikuh-rikuh lagi, jurus serangan "Hek-in-boan-thian" (Awan Mendung Memenuhi Langit) yang digunakan ini adalah tipu serangan yang belum pernah diajarkan kepada Boh-thian.

Namun Pek Ban-kiam tidak dapat tinggal diam dan membiarkan Ciok Tiong-giok dihantam mati secara begitu keji, sekali pedangnya bergerak, dengan jurus "Lo-su-hong-sia" (Pohon Tua Mendoyong Miring) segera ia menusuk dari samping.

Di lain pihak ternyata Ciok Boh-thian juga tidak manda diserang, mendadak goloknya membacok dengan jurus "Tiang-cia-ciat-ki (Orang Tua Memotong Ranting), dengan cepat ia menebas tangan Ting Put-si.

Sungguh aneh juga jurus serangan antara golok dan pedang itu mestinya saling berlawanan, yaitu seperti diketahui ilmu golok yang dimainkan Ciok Boh-thian itu adalah ciptaan Su-popo yang bertujuan mengalahkan Swat-san-kiam-hoat.

Tapi sekarang sesudah bergabung dan dimainkan bersama, ternyata telah menimbulkan daya tekanan yang mahadahsyat, hanya sekejap saja Ting Put-si sudah terkurung di bawah ancaman pedang dan golok itu.

"Awas, Losi!" seru Put-sam dengan khawatir. Maksudnya hendak membantu, akan tetapi serangan-serangan gabungan golok dan pedang itu terlalu lihai, apalagi dia sendiri bertangan kosong, biar bagaimanapun juga susah menembus jaringan sinar pedang dan golok.

Sudah tentu yang lebih-lebih kaget adalah Ting Put-si, untung pada saat berbahaya itu ia sempat menjatuhkan tubuh ke samping, lalu bergelindingan lolos keluar kalangan. Waktu ia melompat bangun pula, tertampaklah di antara pedang dan golok lawan sana masih bertebaran sutra-sutra putih panjang. Ketika ia meraba janggutnya sendiri, ternyata jenggotnya yang putih panjang itu sudah terkupas sebagian.

Medali Wasiat (Xia Ke Xing/Ode To Gallantry) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang