Bab 35. Pek Ban-kiam Menerjang ke Sarang Cang-lok-pang

2.3K 33 0
                                    

Tanpa menunggu laporan Si Kiam, segera Boh-thian keluar dan berkata, "Pwe-siansing, memangnya aku ingin bicara dengan kau. Sebenarnya bagaimana duduknya perkara tentang Tonghong-pangcu?"

"Harap Pangcu ikut kemari," sahut Pwe Hay-ciok, Ia membawa Boh-thian menyusur taman dan sampailah di suatu gardu pemandangan. Ia menunggu Boh-thian mengambil tempat duduk, habis itu barulah dia sendiri pun berduduk. Lalu katanya, "Sesudah Pangcu menderita sakit ini, jangan-jangan telah melupakan semua kejadian di masa lampau?"

Boh-thian sendiri sudah mendengar pembicaraan ayah-ibunya dan mengetahui sebabnya orang-orang Tiang-lok-pang mengangkatnya menjadi pangcu sebenarnya tidak dengan iktikad baik, tapi justru ingin memperalat dan mengorbankan jiwanya demi keselamatan orang banyak di dalam Pang mereka. Hanya saja selama ini Pwe Hay-ciok selalu ramah tamah dan sangat menghormat padanya, di waktu dirinya menderita sakit payah juga berkat pengobatannya yang tekun, biar bagaimanapun juga orang tua itu telah banyak mengurangi penderitaannya. Jika sekarang dirinya menegur dengan terus terang, tentu akan membuatnya kikuk. Apalagi kejadian-kejadian di masa dahulu memangnya dirinya juga sudah lupa, untuk ini perlu juga mendapat keterangan yang jelas.

Maka ia lantas menjawab, "Ya, benar! Harap Pwe-siansing sudi menguraikannya dari awal sampai akhir sejelas-jelasnya."

"Tonghong-pangcu yang dulu nama lengkapnya adalah Tonghong Heng, berjuluk Pat-jiau-kim-liong (Si Naga Emas Delapan Cakar), beliau adalah Pangcu punya susiok, apakah Pangcu masih ingat?"

"Aku punya susiok?" Boh-thian menegas dengan heran. "Mengapa... mengapa aku tidak ingat sedikit pun? Dari aliran dan golongan manakah dia itu?"

"Tentang asal usul perguruan Tonghong-pangcu, karena kami adalah kaum bawahan dan tidak pantas untuk tanya kepada beliau," sahut Pwe Hay-ciok. "Tiga tahun yang lalu, Pangcu sendiri mendapat perintah Suhu...."

"Mendapat perintah Suhu? Siapa sih guruku?" tanya Boh-thian.

Hay-ciok menggeleng-geleng kepala. Katanya, "Penyakit Pangcu ini benar-benar sangat parah, sampai-sampai gurunya sendiri pun sudah terlupa. Tentang perguruan Pangcu, kami sebagai bawahan juga tidak mengetahui. Tempo hari, itu Pek Ban-kiam dari Swat-san-pay menuduh Pangcu adalah murid pelarian dari Swat-san-pay mereka, hal ini pun membuat Siokhe (bawahan) merasa heran."

Sampai di sini ia lantas berhenti, agaknya mengharap agar Boh-thian menyambungnya dan membeberkan asal usul perguruannya sendiri.

Tapi Boh-thian cuma menerangkan, "Tentang guruku, aku hanya pernah mengangkat Su-popo dari Kim-oh-pay sebagai suhu, hal ini pun baru terjadi tidak lama berselang."

Lalu ia ketok-ketok dahi sendiri karena apa yang diingatnya selalu berbeda daripada apa yang dikatakan orang lain, hal demikian ini membuatnya sangat kesal. Kemudian ia menanya lagi, "Lalu bagaimana sesudah aku mendapat perintah dari guruku?"

"Atas perintah guru Pangcu, maka Pangcu telah datang menumpang kepada Tonghong-pangcu dan mohon bimbingannya agar dapat menambah pengalaman. Tidak lama kemudian Pang kita lantas terjadi suatu urusan penting, yaitu mengenai medali tembaga tanda undangan Siang-sian dan Hwat-ok Sucia. Tentang ini apakah Pangcu masih ingat?"

"Tentang medali dari Siang-sian dan Hwat-ok itu memang aku mengetahui," sahut Boh-thian, "tapi bagaimana dan apa yang dirundingkan pada waktu itu, hal ini sedikit pun aku tidak ingat lagi."

"Begini, menurut tradisi Pang kita, setiap tahun satu kali kita mesti mengadakan sidang pleno pada tanggal tiga bulan tiga," demikian Pwe Hay-ciok menjelaskan. "Pada hari itu berkumpul para hiangcu dari pusat dan para thocu dari cabang-cabang di berbagai tempat. Pada suatu sidang besar tiga tahun yang lalu tiba-tiba ada kawan menyinggung tentang kemajuan Pang kita yang pesat, lewat dua-tiga tahun lagi soal undangan medali tembaga akan muncul pula di Kangouw, tatkala mana rasanya Pang kita takkan terhindar daripada undangannya, lalu cara bagaimana harus menghadapinya, ini harus dirundingkan sekalian supaya tiba saatnya nanti tidak tergesa-gesa dan bingung."

Medali Wasiat (Xia Ke Xing/Ode To Gallantry) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang