Menambang 03 (Revisi)

477 40 3
                                    


Setelah sampai di dalam goa tersebut aku segera melihat adanya coal ( batu bara ). Cukup beruntung, setidaknya aku tidak akan kekurangan cahaya saat memasuki goa lebih dalam.

Aku dengan segera meletakkan Crafting Table di tanah, dan langsung menambang Coal tersebut. Dengan sekejap mata aku sudah menambang semua Coal yang ada. Aku menghampiri Crafting Table dan membuat sebuah Torch (lentera/obor) terbuat dari stick dan Coal.

Setelah mengambil crafting table yang kugunakan tadi aku pun memasuki goa tersebut lebih dalam, saat sudah sampai di dalam goa aku pun meletakkan beberapa torch untuk penerangan karena semakin kedalam semakin gelap (ya iyalah masa makin terang).

Kita persingkat saja karena tidak ada hal menarik yang terjadi, hanya beberapa zombie dan wizard juga Creeper yang muncul, tapi aku sudah atasi hal tersebut. Hanya dengan menambang selama beberapa jam aku sudah mendapat 64 cobblestone, 53 iron ore, 64 stack coal , 43 gold ore, dan 23 lapis lazul. Aku pun mencari jalan keluar dari goa ini dengan cara menggali keatas menbentuk tangga untuk berjaga - jaga apabila ada lava yang tidak sengaja muncul dari atas kepalaku, selain itu agar lebih mudah naik ke atas. Setelah menggali terus ke atas beliung besiku mengenai tanah,aku pun merasa yakin bahwa diatas adalah jalan keluar yang kunantikan. Sambil masih memegang torch ditangan kiri aku menghancurkan tanah diatasku dengan tangan kanan, tidak perlu waktu lama tanah itu hancur. Setelah menghancurkan blok tanah itu muncul pemandangan yang aku rindukan, yaitu pemandangam yang hijau, segar, dan terang.

Ternyata saat itu aku berada di atas bukit yang cukup tinggi dan saat aku menikmati pemandangan yang indah dari atas bukit itu, aku melihat di arah selatan ada semacam kota yang sangat besar, aku berpikir untuk berkunjung atau lebih tepatnya mencari informasi dkota tersebut.

Dengan berhati hati aku menuruni bukit yang cukup tinggi dan curam tersebut, akhirnya aku berhasil mencapai kaki bukit tersebut walaupun memakan waktu yang lama. Aku merasa sedikit lapar, ternyata saat ku cek statusku ternyata hunger pointku sudah habis setengahnya. Untung saja aku masih ada 3 apel yang kudapat saat menebang pohon tadi. Segera saja kumakan 3 apel tadi dengan lahapnya. Aku juga sudah menhabiskan Rabbit Stew dan satu tempat air minum yang kutampun didalam bambu saat menambang tadi, hitung - hitung menambah nutrisi.

Setelah merasa cukup kenyang aku pergi ke arah selatan menuju kota tersebut. Setelah berjalan kira kira 30 menit aku sampai didepan pintu gerbang kota tersebut yang sangat besar, aku melihat diatas pintu gerbang tersebut tertulis nama kota besar tersebut yaitu Minecraftian city.

Cukup besar, setidaknya kota terbesar yang pernah ada di Minecraft. Kota ini gabungan antara sebuah kota dengan sebuah istana, daerah istana berada di tengah kota dan dikelilingi oleh tembok besar.

Orang - orang berlalu lalang di hadapan ku, para penjaga yang berada di depan pintu gerbang. Saat hendak masuk aku dihalangi oleh semacam dinding tak kasat mata, dan mendapat peringatan.

Hanya player berlevel 15 keatas yang dapat memasuki kota, dan akses untuk dapat memasuki istana player harus berlevel 60+.

"Oke, harus menaikkan level." Gumamku sambil berjalan menjauh dari kota tersebut.

Saat ini aku berada di level 9, sangat rendah. Di game, level digunakan untuk meningkatkan kekuatan senjata. Tapi disini justru lebih merepotkan, level diperlukan untuk mengakses sebuah tempat.

Karena hari masih siang aku jadi sedikit bingung bagaimana cara untuk meningkatkan level disiang hari. Menambang lagi? Aku bisa mati kebosanan di dalam goa tersebut.

Disaat aku duduk termenung memandangi langit yang cerah - cerah mendung beberapa orang adventure melewatiku. Aku mendengar sedikit pembicaraan mereka.

"Hey, kita akan farming exp di dungeon lagi kan?" Tanya perempuan yang berpakaian seperti seorang penyihir Hogwart.

"Tentu saja, hanya itu satu - satunya tempat untuk berburu monster di siang hari." Jawab pria disebelahnya yang tampak seperti seorang ahli pedang.

"Kudengar belum seorang pun yang berhasil menaklukkan dungeon itu." Ucap pria dibelakang wanita itu. Tampaknya mempunyai job yang sama dengan pria didepannya.

"Jika berhasil apa hadiahnya?" Tanya wanita berpakaian hijau di samping pria tadi.

"Entahlah, belum ada yang tahu." Jawab pria itu lagi.

Dan mereka berlalu begitu saja. Dungeon biasanya terhubung dengan sebuah portal, tapi sepertinya disini berbeda, dungeon lebih ke tempat yang banyak monster disertai dengan rahasia didalamnya.

"Menarik." Gumamku pelan.

Aku pun berdiri dan mulai membuntuti kelompok party yang tadi. Hingga akhirnya mereka berhenti disebuah Goa yang bertuliskan

Lair of Time

Mereka langsung memasuki tempat tersebut dan menghilang di kegelapan goa tersebut.

Tampak gelap dari luar, tapi saat sampai didalam justru terang bbenderang. Karena cahaya yang dihasilkan oleh sebuah batu, aku ingin menambang batu warna warni itu, tapi saat memasuki dungeon kita tidak bisa mining sama sekali.

Masuk lebih kedalam, aku sudah di tunggu oleh banyak monster, seperti laba - laba, zombie, skeleton, witch, dan creeper.

"Exp." Gumamku pelan dan mulai menebas satu persatu monster yang ada.

Aku melewati creper pertama dan menebasnya tepat di lehernya dengan pedang besi, seketika Creeper tersebut berubah menjadi debu. Target selanjutnya adalah monster yang tterdekat yaitu zombie, aku melompat dan menusuk kepalanya, seperti tadi, zombie itu langsung kalah.

Aku mengulangi hal tersebut hingga akhirnya aku mencapai level 15. Semua monster yang menghalangi sudah tidak ada. Dan aku hendak keluar dari Dungeon itu.

Saat hendak keluar, aku melihat adanya dinding yang berbeda dari dinding lainnya sebelumnya tidak ada disini.

Aku pun menyentuh dinding tersebut dan muncul cahaya putih yang sangat silau. Tanpa disadari aku sudah berada di sebuah ruangan yang terbuat dari wool putih.

Tiba - tiba terdengar suara aneh dari dindingnya.

"Selamat, kau adalah orang yang beruntung." Ucap suara itu.

"Kau sudah berhasil menemukan ruangan rahasia. Sebagai hadiahnya, kuberikan skill Time. Skill yang memungkinkan penggunanya menghentikan waktu disaat berbahaya." Lanjutnya lagi.

"Tapi ketahuilah, di skill yang kuat, terdapat kelemahan. Dan kelemahan itu terletak dihatimu. Apabila hati mu diselimuti kegelapan, maka kau akan lepas kendali. Camkan itu." Jelas suara itu.

Kembali cahaya terang menyelimuti diriku, dan saat cahaya itu hilang aku sudah berada di depan pintu gerbang kota Minecraft.

"Kok, aneh? Aku dapat skill yang hanya bisa aktif disaat genting. Dan aku tidak mendengarkan bagian terakhir yang diucapkan suara itu." Gumamku pelan berusaha mengingat peringatan terakhir tadi.

Tapi percuma, aku tidak ingat, aku justru melamun di depan pintu gerbang Minecraft City yang besar ini.

    *              *              *             *

Seperti biasa ini adalah Revisi.
Tidak ada penjelasan spesifik, karena takutnya jadi spoiler jalan cerita. Yang penting sudah lebih panjang, itu saja saya Author sableng, memgucapkan:

Keep Respect And Happy Reading

Minecraft RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang