Undangan Resmi 16

256 22 9
                                    

Satu jam setelah kejadian penyerangan di pertandingan.

"Ya, aku sudah melihat semua rekaman pertarungan mereka." Ucap seorang pria botak dengan pakaian khas kerajaan melalui Voice Call.

"Dan atas usaha mereka memukul mundur Entity, aku ingin kau mengundang mereka ke kerajaan. Untuk pesta."

"Secara resmi tentunya." Lanjutnya lagi.

"Baiklah, apa tuan akan segera pulang setelah mendengar kejadian ini?" Ucap lawan bicaranya di Voice Call.

"Tenang, aku sedang dalam perjalanan pulang. Mungkin besok malam akan sampai, jangan membuat undangan terburu - buru, aku juga masih lama akan sampai." Ucap pria botak yang dipanggil tuan itu.

"Baiklah tuan Notch!" Ucap lawan bicaranya. Ternyata pria tersebut adalah Raja Notch (King Notch).

"Akan menarik, melihat penampilan para petarung itu, apalagi saat pesta dansa nanti. Tapi apa tidak salah membiarkan mereka yang terluka? Mungkin aku harus mengundang semuanya." Gumam Notch sambil tersenyum di wajahnya yang tampak sudah tua tapi tetap memperlihatkan kekuatan masa muda yang terpendam begitu dalam menunggu untuk dikeluarkan kepada lawan yang cukup kuat untuknya.

                          ****     

Aku saat ini berada di antara kerumunan orang yang tengah melihat para peserta yang terluka dibawa keluar menuju rumah sakit.

Cukup ramai, sehingga tanganku harus dipegang oleh Alice, situasi ini tampak seperti seorang ibu yang terus memegang tangan anaknya agar tidak tersesat di sebuah pasar yang ramai, tapi dengan sentuhan yang terasa lain tentunya. Sedikit romantis? Tentu tidak, bagiku justru memalukan, karena seharusnya pria lah yang menjaga wanitanya agar tidak tersesat.

Tidak memakan waktu lebih lama lagi, kami berdua berhasil keluar dari kerumunan orang, baik wartawan maupun penonton yang hanya meramaikan suasana saja.

"Akhirnya, terlalu ramai untuk sebuah insiden." Ucap Alice pelan sambil sedikit membungkuk.

"Yap, bisa kau lepaskan tanganku?" Ucapku sambil menatap tangannya yang masih menggenggam erat jari - jariku.

"Ah, maaf!" Ucapnya dengan segera melepaskan genggamannya dengan sedikit salah tingkah.

Aku tersenyum kecil melihat tingkahnya, dia menyadarinya.

"Jika tidak kulakukan kau bisa tersesat, mengerti!" Ucapnya sambil membuang muka dan mulai melangkah pergi.

Aku menatapnya dengan muka datar.

Dia menghentikan langkahnya, menatapku sesaat dan berkata "Apa yang kau lakukan? Ayo!"

"Hm, baiklah. Tunjukkan dimana restoran yang kau katakan enak itu!" Ucapku sambil menyusulnya dan berjalan disampingnya.

                          ****

Semakin jauh meninggalkan gedung, semakin canggung suasana yang ku alami. Tidak banyak percakapan, hanya beberapa obrolan yang sangat singkat. Apa lagi jika ada pasangan sejoli yang tengah berjalan bergandengan tangan, mereka pasti tersenyum geli saat melihat kami yang terlihat saling menjaga jarak. Aku mungkin tidak peduli terhadap hal itu, tapi aku bisa melihat Alice yang selalu menundukkan kepala saat pasangan sejoli tengah bermesraan sambil bergandengan tangan melihat kami berdua yang menjaga jarak.

Di Bumi, menjaga jarak terhadap lawan jenis itu biasa, tapi disini justru hal yang tidak biasanya terjadi.

"Single Life..." gumamku pelan.

Aku menyodorkan tanganku sambil menatapnya yang masih berjalan sedikit menunduk karena melihat orang yang tengah bermesraan di pinggir jalan.

Dia menatapku sebentar dan menggenggam tanganku dengan erat.

Minecraft RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang