Kupikir akan baik - baik saja selama aku terus terbang lurus kedepan menerobos badai ini. Aku juga berpikir kalau badai ini hanya berupa pasir yang dibawa angin kencang, ternyata aku salah. Badai ini jauh dari semua itu, selain pasir yang menghalangi jarak pandang, ada banyak pula benda - benda besar yang terbawa angin mengancam jiwa dan ragamu.
Seharusnya Herobrine memberitahuku soal ini, jadi aku bisa mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Seperti beberapa saat yang lalu, sebuah objek berupa batu sebesar 2 blok yang saling melekat terbang menghantamku, karena hal itulah baju anti radiasi milikku sobek besar dan terpaksa aku melepaskan wujud Phoenix-ku. Karena kecerobohan itu aku jadi terpapar radiasi dalam tingkat yang mematikan, dibagian punggung dimana batu itu menghantamku sehingga sebuah sobekan besar terjadi dapat kurasakan lukanya yang seharusnya berdarah berubah menjadi retakan yang kian membesar. Memangnya aku dinding sehingga bisa retak.
Sementara di bagian tubuh yang lainnya, contohnya kedua tanganku yang muncul suatu ruam berwarna hijau yang trus mencoba untuk menyelimuti tanganku. Aku masih belum mengecek bagian tubuh yang lain, dan terus melanjutkan perjalanan dengan sedikit berharap semoga di kuil yang kucari ada penyembuh atau semacamnya.
Hanya berharap...
Dampak radiasi ini tidak sakit, hanya saja rasa khawatir membuatku merasa kesakitan.
Kekhawatiran itu semakin menjadi saat aku merasa mata kananku secara perlahan menjadi gelap, tampaknya radiasi itu mulai memakan penglihatanku.
Aku sendiri tidak tahu apakah aku semakin mendekati tujuan atau justru menjauh.
* * * * *
Setelah cukup lama terbang, dengan satu saja penglihatan yang tersisa dan secara perlahan mulai menghilang.
Tapi aku terbang menuju arah yang benar, mungkin...
Karena aku melihat jauh di depanku, ada warna biru terang yang terlihat bergerak - gerak seperti air yang terkena cahaya matahari. Kesitulah aku mempercepat laju terbangku.
Kalau bukan ketempat itu mau kemana lagi?. Kehatimu? Aww so sweet....
Makan tuh gombal!.
Lagipula apa yang aku lakukan adalah hal normal yang pastinya akan dilakukan oleh siapapun di saat sedang sekarat tentunya pergi ketempat yang terlihat aman, damai, serta menjanjikan.
Hanya beberapa menit waktu yang kuperlukan, jika saja tidak ada benda - benda yang melayang menghalangiku pasti aku bisa sampai hanya dalam hitungan detik saja.
Tapi, setidaknya aku sudah sampai, dan ditempat ini sama sekali tidak ada badai pasir sama sekali, bahkan dataran disini sangat berbeda. Tidak ada dataran gersang disini, justru pepohonan yang rimbun menghiasi tempat ini, dan sebuah bangunan yang cukup besar, tampak seperti rumah penyihir. Yah, kau tahu seperti apa rumah penyihir kan?
Mungkin aku harus masuk kedalam, maksudku tidak ada hal lain selain kesana bukan?.
Tidak perlu kukatakan seperti itu pun aku sudah menuju ke rumah itu. Benar - benar sebuah tindakan yang hanya berdasar pada insting.
Apalagi saat kau sedang terluka.
Saat aku membuka pintu yang cukup besar itu, aku dapat melihat ada banyak botol kaca, baik berisi maupun tidak berisi.
Nah, sekarang prioritas utamaku adalah mengobati luka ini, segera saja aku melepas pakaian anti-radiasi milikku.
"Ada kotak P3K tidak sih?."
Apa yang kuucapkan?, aku bahkan tidak yakin apakah didunia ini mengenal yang seperti itu. Apalagi ditempat ini, tempat yang tidak pernah disentuh orang lain hingga ratusan tahun lamanya, jauh lebih lama dari status jomblo yang baca ini.
Atau mungkin tidak.
Mungkin yang nulis juga.
Misteri...
Sudahlah, aku mulai kehilangan kesadaranku, secara perlahan badanku mulai jatuh kelantai batu yang dingin diikuti dengan kesadaran yang menghilang ditelan bumi.
........
Entah sudah berapa jam berlalu, sudah berapa hari berlalu, aku baru sadar dari pingsanku. Aku masih berada di tempat yang sama, tidak ada perubahan sama sekali.
Hanya saja luka yang ber-radiasi di punggungku sudah retak lagi, setidaknya sudah mulai menutup. Kupikir aku harus menyemennya atau semacam itulah. Ruam di kedua tangan juga sudah mulai menghilang.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, dan hanya bisa bersyukur jika ternyata lukaku sembuh. Aku juga tidak berpikir ada orang di rumah ini, jika ada seharusnya aku sudah berada di tempat lain menjalani perawatan bukan?.
Karena perasaan sudah membaik, luka juga membaik. Aku memutuskan untuk melihat - lihat isi rumah ini.
Seperti yang kukatakan sebelumnya, selain botol berisi potion, ada juga sekumpulan buku. Aku melihat sekilas isi - isi buku yang ada di sini, baik yang tergeletak berdebu diatas meja dan juga yang masih tertata rapi di raknya.
Hal yang sangat mengejutkan adalah, sebagian besar isi buku ini berisi tentang kemampuan skill unik Phoenix, yang berarti itu adalah skill unik milikku sendiri. Bahkan jika diperhatikan baik - baik, banyak sekali lambang burung Phoenix tersebar di seluruh ruangan.
Siapapun yang tinggal dirumah ini tampaknya sangat fanatik dengan kemampuan burung Phoenix.
Terutama skill penyembuhan.
Kebanyakan isi bukunya merupakan penelitian tentang kemungkinan munculnya pengguna skill Phoenix dalam 100 tahun. Damn, that's a long time. Itulah yang kupikirkan.
Tapi jika berdasarkan penelitian yang tertulis, "seseorang mendapatkan kemampuan sebagai hadiah dari tuhan sejak dia lahir, saat berumur 5 tahun baru dapat digunakan secara terkendali, dalam beberapa kasus terburuk, sudah ada yang dapat menggunakannya dari umur yang sangat muda dan membuat kekacauan karena tidak dapat terkendali." Dalam kasusku, aku mendapatkan kekuatan melalui sebuah permainan putar jackpot, pastinya karena aku tidak terlahir disini.
Semakin masuk kedalam rumah, semakin banyak hal baru yang kupelajari, meski aku tahu bahwa aku dikejar deadline skripsi. Yah kau tahu maksudku.
Hingga aku sampai di sebuah tempat dimana ada buku yang melayang dikelilingi oleh banyak buku dimana ada tulisan - tulisan melayang masuk kedalam buku. Semuanya tahu, bahwa buku itu adalah Enchanted book.
"Ini pertama kalinya aku melihat ini."
Selama aku berada di dunia ini, aku tidak pernah melihat ini, bahkan tampilannya sangat berbeda. Jika di gamenya hanyalah buku yang melayang menghadap kemanapun pemain menghadap, jika disini hanya menghadap satu arah, yaitu utara. Ditambah dengan aura hitam di sekeliling altarnya.
"Mungkin aku harus meng- enchant sesuatu..."
"... pedang tentunya."
Eyyyy, halo pembaca setia. Sesuai permintaan saya (author) melanjutkan cerita ini. Sudah cukup lama, mungkin ada yang udah dapat jodoh saking lamanya nunggu.
Kecuali pembaca baru.
Stay tune, wait for next update y'all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minecraft Reality
AdventureHanya karena sebuah seed (benih) menyebabkan seorang gamer yang bernama Bayu terlempar ke dunia minecraft. Mampukah Bayu keluar dari dunia itu? Saksikan di *cak tv live streaming jam 25:61 :D