Chapter 18: Persiapan, Pengungkapan, dan Orang Baru.

180 18 14
                                    

Alice terbangun dengan mata sayu, karena dia tadi malam menangis cukup lama mungkin sekitar 30 menit sehingga dia sedikit merasa lesu. Dia menatap jam di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 8:30 pagi, dia tidak biasanya terbangun di jam itu, walaupun tidurnya larut malam.

Tidak ingin menghabiskan waktu terlalu lama di kasurnya, Alice bangkit dari kasurnya, meraih handuk kesayangannya, mengambil beberapa pakaian ganti, dan segera keluar dari kamarnya.

Hal pertama yang ia lihat pastinya adalah Bayu yang masih tertidur dengan lelap atau mungkin sudah bangun hanya saja masih menutup matanya. Saat ini hanya ada mereka berdua saja yang ada dikamar hotel, Eka dan Juniati sudah pergi dari jam 7 pagi tadi untuk mencari makanan untuk sarapan mereka.

Alice langsung masuk ke kamar mandi, menutup pintunya dengan keras hingga Bayu kaget dan langsung mengangkat matanya melihat apakah ada sesuatu yang terjadi. Karena tidak ada yang terjadi, dan tidak ingin menghabiskan lebih lama waktu di sofa ini, Bayu langsung bangun dan beranjak menuju tempat cuci muka yang berada di luar kamar mandi, dimana di sana juga disediakan sikat gigi oleh pihak hotel. Disitulah tempat Bayu mencuci muka dan menggosok giginya tiap kali bangun pagi.

                          ****

Terbangun karena suara pintu yang dibanting, bukan karena suara alarm, sedikit membuatku merasa pintu itu adalah alarm yang terbaik. Saat ini aku tengah menggosok gigi setelah itu berkumur - kumur, membilas muka dan bersiap untuk berbelanja pakaian untuk pesta besok malam. Tapi permasalahan selanjutnya adalah aku tidak tahu tempat yang bagus untuk belanja, bisa dikatakan aku sama sekali tidak tahu toko pakaian ada dimana, sedikit penyesalan timbul di hatiku karena aku tidak pergi mengelilingi kota disaat senggang dan lebih memilih untuk melanjutkan berlatih di dojo.

Oleh karena itulah aku ingin mengajak Alice untuk ikut berbelanja, tapi sebelum itu aku ingin menjual item milikku yang selalu ku simpan diinventori milikku semenjak aku menambang seminggu yang lalu. Tapi sebelum itu aku harus tahu dimana dia berada, mungkin sedikit mandi di pagi hari akan mencerahkan otak. Akupun melangkah menuju ke kamar mandi, saat sampai didepan pintunya, tanpa pikir panjang lagi langsung membuka pintunya yang tidak terkunci itu. Disaat yang bersamaan pula aku melihat Alice yang sedang berendam di bak mandi, dia juga melihatku. Kami bertatapan beberapa detik kemudian dia langsung berkata "Apa yang kau lakukan?"

"Emm, mau mandi..." Ucapku sembarangan.

"Tunggu, kau tidak marah?" Tanyaku pula.

"Jika kau tidak segera keluar mungkin aku akan marah." Ucapnya sambil menatapku.

Dia saat ini berada di bak mandi untuk berendam dimana banyak busa sabun yang menutupi atasnya, sehingga aku tidak terlalu melihat apa - apa selain wajahnya.

"Baiklah, aku keluar. Lain kali dikunci!" Ucapku sambil menutup pintunya dan pergi menuju kursi dimana aku tidur sebelumnya. Cukup aneh, seharusnya dia langsung marah dan melempariku dengan apa saja yang ada didekatnya, setidaknya seperti itulah reaksi normal seseorang di situasi itu. Tapi dia menatapku dengan aneh, seolah ada sesuatu yang mengganjal dipikiran dia tadi.

Sudahlah, percuma di pikirkan terus menerus, hanya membuat sakit kepala saja. Lagipula aku sudah mengalami hal yang tidak mungkin aku alami di bumi.

Tidak lama kemudian, Alice keluar dari kamar mandi memakai pakaian berwarna biru tua dengan tulisan Minecraft di depannya, disertai celana panjang selutut. Jika dilihat lagi, sepertinya dia juga sudah mau pergi keluar.

Ini kesempatan yang bagus untuk memintanya menemaniku untuk membeli beberapa baju baru, setidaknya pakaian formal.

"Alice!"

Minecraft RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang