4 - Saya cuma mau satu macem kok

5.2K 462 95
                                    

Anin sedang berada di dapur, ia sedang mengambil air mineral di lemari es. Setelah selesai, Anin beranjak meninggalkan dapur. Dan tiba-tiba...

Brukkk

Anin terjatuh dan pantatnya mencium lantai dapur yang basah dan licin.

"Aaaaa!!"

"Siapa yang numpahin air minum, sih?! Awas aja tuh orang!"

Raihan yang sedang berada di ruang tamu, langsung mencari keberadaan Anin. Gap! Dia menemukan Anin terduduk di lantai dapur.

"Loh, Nin, kamu kenapa? Jatoh ya?"

"Si bego! Ya iya lah gue jatoh. Tolongin gue!"

"Sini-sini, saya bantu."

"Aw! Kaki gue sakit, susah berdiri."

"Ya udah, saya gendong."

"Eh, jangan! Gak usah, gue bisa kok."

Anin mencoba untuk berdiri, tapi tetap saja akhirnya jatuh kembali.

Tanpa aba-aba, Raihan langsung menggendong Anin.

"Woy! Turunin gue ah, Rai!"

"Kamu mau duduk dilantai sampai kapan kalau gak saya gendong?"

"Ya udah, bawa gue ke sofa!"

Belum sempat Raihan membawa Anin ke sofa, Evan dan Fero turun dari tangga dengan terburu-buru dan berlari menghampiri Anin.

"Lo apain adek gue hah?!" ucap Fero dengan amarahnya yang meluap.

"Saya gak–"

"Lo pasti mau macem-macem kan sama Anin?!" ucap Evan yang juga tak kalah emosi.

"Saya cuma mau satu macem kok."

"APA?!" ucap Evan dan Fero berbarengan.

"Saya mau bawa Anin ke sofa. Tadi Anin jatoh dan dia gak bisa berdiri. Jadi saya gendong."

"Saya bawa Anin ke sofa dulu ya, lama kelamaan jadi berat juga," lanjut Raihan.

Raihan membawa Anin ke sofa dan mendudukannya di sofa. Diikuti oleh Evan dan Fero dibelakangnya.

"Thank's, Rai."

"You're welcome. Ngomong-ngomong, kamu berat juga ya, padahal kelihatannya kecil."

"Itu mah lo-nya aja yang gak kuat gendong gue!"

"Makannya kalau jalan tuh liat-liat!"

"Iya, A. Lagian siapa, sih, yang numpahin air disitu?! Gue sumpahin dia juga bakal jatoh kayak gue!" gerutu Anin.

Sedari tadi Evan hanya diam duduk di sofa. Entah apa yang ia pikirkan. Tapi tatapannya lekat menatap wajah Anin.

"Assalamu'alaikum!" Seseorang masuk ke rumah Anin, dan ternyata bukan seseorang. Tapi dua orang, Ayah dan Ibunya Anin.

"Eh, Ibu, Ayah! Wa'alaikumsalam!"

Fero menghampiri Ambar dan Candra, ia mencium punggung tangan kedua orang tuanya itu.

"Loh, kok Anin gak nyamperin Ibu sama Ayah?"

"Kaki Anin sakit, Bu, tadi kepeleset di dapur."

"Kayak anak kecil aja kepeleset di dapur."

"Itu siapa, Nin? Teman kamu?" tanya Candra saat melihat orang asing di dalam rumahnya.

"Iya, Yah! Kenalin, ini Raihan temen sekelas aku."

Nothing Special Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang