37 - Pacar Baru

2K 197 50
                                    

VOMMENT PLEASE.

Mohon maaf lahir dan bathin semuanya💜

Baca notes diakhir okay👌

***

Seperti kesepakatan, Anin beserta teman-teman yang lainnya datang ke salah satu reastoran di mal. Katanya, Faiza mau mengenalkan pacar barunya dihadapan teman-teman.

"Bu, Yah, Anin pergi dulu ya." Anin mencium punggung tangan kedua orang tuanya sekalian berpamitan.

"Mau kemana, Nin?" tanya Candra pada anak gadisnya itu.

"Mau main sama temen-temen, Yah."

"Berangkat naik apa?"

"Dianter Evan, Yah."

"Kamu seneng banget main sama Evan, gak bosen dari kecil temennya Evan terus?"

"Ya enggak lah, orang Evan belahan jiwanya," jawab seseorang yang tiba-tiba nongol sambil mencomot roti tawar diatas meja makan.

"Daripada Aa, udah gede masih aja suka ganti-ganti cewek, gak pernah konsisten, gak punya komitmen. Mana ceweknya cabe semua lagi, sekalinya ada yang baik, eh gak mau sama Aa. Ya iya lah, mana mau cewek baik-baik sama Aa," sahut Anin menumpahkan kekesalnnya. Fero hanya diam mencerna perkataan Anin.

"Ah, gak usah nyeramahin gue. Kalau udah cocok, pasti gue seriusin kok."

"Seorang Fero Arthanio bisa serius? Haha, gak mungkin!"

"Liat aja nanti! Jangan kaget kalau gue nikah dalam waktu dekat ini."

"Buktiin! Gak usah omdo lo!"

"Oke, liat aja nanti, Anindya Celline!"

"Udah-udah, berantem terus!" Ambar melerai kedua anaknya yang sedang beradu argumen. Keduanya langsung diam kala melihat Candra yang menatap tajam secara bergantian.

"Aku pergi, Assalamu'alaikum!" Anin langsung pergi keluar rumah dan menghampiri Evan yang sudah menunggu di depan.

"Lama banget, Nin."

"Berantem dulu bentar."

"Ck. Dasar. Ya udah kuy." Anin dan Evan masuk ke dalam mobil Jazz berwarna biru itu. Evan dibelikan mobil baru lagi semenjak mobil lamanya ringsek dibagian kap depan.

"Ini mobil baru kamu?"

"Iya. Dibeliin Papa."

"Papa kamu gak marah? Kan mobil kamu yang lama rusak gara-gara kamu ugal-ugalan."

"Awalnya marah, aku juga udah bilang gak usah beliin lagi, nanti aja belinya pake duit tabungan aku. Tapi Mama yang maksa Papa biar beliin aku mobil baru. Ya udah, aku pake."

"Mama kamu baik ya."

"Iya lah, dia Mama terbaik. Ibu kamu juga baik, suka ngasih aku bekal buat ke sekolah." Evan terkekeh.

"Haha, iya. Sama-sama baik pokoknya." Tiba-tiba, Evan teringat obrolannya dengan Meli tadi malam. Ia akan menceritakannya pada Anin.

"Nin, Mama kemaren bilang sama aku, dia sayang sama kamu."

"Oh, ya? Terus-terus?" tanya Anin antusias.

"Katanya kamu perempuan yang baik buat aku, jadi dia sayang sama kamu. Mama juga pengen liat aku sama kamu sama-sama terus." Perkataan Evan membuat Anin tersenyum dan pipinya merona.

"Bilangin ke Mama kamu, aku juga sayang sama Mama. Sayang sama anaknya juga," ucap Anin sambil terkekeh. Evan mengacak rambut Anin pelan dan kembali fokus menyetir.

Nothing Special Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang