9 - A Hug

4.1K 297 48
                                    

Sepulang sekolah, Clara terus mengekori Anin. Ia akan melaksanakan rencananya yang sudah ia pikirkan matang-matang.

Anin sedang duduk di kursi depan ruang OSIS, tentu saja Anin sedang menunggu kekasihnya, siapalagi kalau bukan Raihan.

Setelah beberapa menit menunggu, Anin pergi ke toilet untuk buang air kecil. Ia pergi ke toilet seorang diri.

Sepi. Tidak ada orang selain Anin di toilet, tapi apa boleh buat ia sudah tak tahan ingin buang air kecil. Walaupun agak takut, tapi Anin memberanikan diri masuk ke toilet. 'Masih banyak orang ini di ruang OSIS, jadi kalau ada apa-apa tinggal teriak aja' pikir Anin.

Setelah selesai buang air kecil, ia hendak membuka pintu toliet.

"Kok gak bisa di buka sih? Pasti ada yang ngerjain gue."

"Ah, telepon Raihan aja."

Anin segera menelepon Raihan. Tapi tak bisa dihubungi, padahal sudah berkali-kali ia menelepon tetapi yang mengangkat pasti saja mbak-mbak operator. Anin mencoba mengirim Line kepada Raihan.

Anin-Celline : Raihannn, tolongin gue. Gue kekunci di toliet sekolah. Cepetan kesiniiiii!

Anin-Celline : Rai, plis balessss

Anin-Celline : Raihannnn sayang baless. Gue takut.

Anin-Celline : P

Anin-Celline : P

Anin-Celline : P

Anin-Celline : P

Anin-Celline : P

Beberapa menit Anin menunggu Line-nya berdering. Tetapi tak kunjung dibalas, bahkan dibaca pun tidak. Anin sempat berpikir akan menghubungi Evan, tapi ia dan Evan juga baru berkomunikasi tadi pagi, masa iya langsung minta bantuan? Anin juga ingin menghubungi Feby atau Felly, tetapi ia teringat sesuatu, ponsel Feby disita oleh ibunya karena keseringan main games dan ponsel Felly sedang rusak karena Anin tak sengaja membantingnya waktu itu.

Satu-satunya cara yang terlintas agar Anin bisa keluar dari toilet adalah teriak. Tanpa mengulur waktu, Anin langsung berteriak sekencang yang ia bisa.

"Woy! Tolongin gue, gue dikunciin nih!!"

"Woy! Ada orang gak sih?!"

"Orang-orang pada budek kali yah?!"

"Siapapun tolongin gue!!!"

"Bangsat! Siapa, sih, yang ngunciin gue?!"

Sudah berkali-kali Anin berteriak, tetap saja tidak ada yang menolongnya. Mungkin Anin akan bermalam di toliet sekolah.

Anin melihat jam tangannya. Ah! Pantas saja, sudah jam 15.32 anak-anak OSIS pasti sudah keluar dan Raihan tak bisa dihubungi. Harapannya untuk keluar dari dalam toilet pun mengecil, ditambah rasa lapar yang melanda, Anin tak tahu harus berbuat apa lagi.

_____

Raihan sudah selesai dengan urusan OSIS-nya. Tetapi ia tidak melihat sosok Anin dimana pun. Bukannya Raihan tidak mencari Anin, bahkan Raihan sudah mencari Anin dimana pun tapi tak ia temukan.

Tadinya Raihan akan menghubungi Anin, tetapi ponselnya lowbatt dan Raihan pikir Anin sudah pulang duluan karena kesal menunggu terlalu lama. Tanpa pikir panjang, Raihan menaiki motornya dan bergegas pulang.

Sedangkan ditempat lain, seorang perempuan sedang cekikikan sendiri di dekat toilet. Perempuan itu Clara. Yaps! Ini semua rencana Clara. Ia berpikir Anin pasti akan ke toilet, masa iya seharian di sekolah Anin tidak ingin ke toilet.

Nothing Special Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang