20 - Hujan

3.6K 282 64
                                    

Anin berlari menuju parkiran. Ia lupa bahwa ia kesini bersama Fauzi. Untung saja Fauzi mengikutinya tadi, jadi ia tidak perlu repot-repot balik ke dalam untuk mencari Fauzi.

"Huh, lo cepet banget sih larinya!" ucap Fauzi dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Anin diam tak menyahuti.

"Hubungan LDR tuh gak bisa dipercaya tau gak! Pasti aja salah satunya ada yang selingkuh! Apa kurang selama ini perjuangan gue ngebuktiin kalau gue sayang sama dia?!"

"Kok jadi lo yang marah-marah sih?! Disini tuh harusnya gue yang marah-marah!"

"Cewek yang sama Evan tadi, cewek gue, Nin! Itu Hanny! Cewek yang ngengantungin gue!"

"What?! Ternyata bener kata lo, cowok gue ketemu cewek lo disana, sama seperti lo ketemu gue disini. Kita kek yang ketuker."

"Yaps! Gue tau lo sakit, dan lo juga pasti tau apa yang gue rasain."

"Kita senasib." Anin tertawa hambar.

"Balik aja yuk, panas gue lama-lama disini."

"Yuk. Padahal sekarang mendung."

"Iya, mendung kayak hati gue. Udah ah, buruan keburu hujan."

Anin dan Fauzi melesat jauh dari Mall itu. Baru setengah perjalanan, hujan deras mengguyur kota Jakarta.

Fauzi menepikan motornya di sisi halte yang tidak terlalu banyak orang. Sialnya, hari ini Fauzi tidak membawa jas hujan. Betapa hancurnya hari ini.

"Nin, pake jaket gue nih. Lo pasti dingin."

"Emang lo gak dingin?"

"Gue suka dingin. Udah, nih pake aja." Fauzi memakaikan jaketnya pada Anin.

"Makasih, Zi," Anin menyunggingkan senyumnya. Tubuhnya sedikit menggigil akibat kedinginan.

"Sama-sama."

Sejam lebih sudah berlalu, hujan tak kunjung reda. Yang ada, hujan malah bertambah besar.

"Zi, kita pulang aja yuk. Mau nunggu sampe kapan disini? Udah mau maghrib loh."

"Lo mau ujan-ujanan? Nanti lo sakit. Eh, gue juga ntar sakit kalau ujan-ujanan kali."

"Kan ada obatnya. Kalau ujannya gak berhenti sampe malem gimana? Udahlah, trobos aja!"

"Ya udah. Jangan salahin gue kalau besok lo ingusan."

"Iya bawel."

Anin dan Fauzi menerobos derasnya hujan. Di jalan, Anin meneteskan air matanya begitu ia mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Bahkan, ia berpikir Evan sudah tak sayang lagi dengannya, karena Evan sama sekali tak mencoba mengejarnya tadi. Cewek kan sukanya dikejar bukan?

'Biarin gue nangis, gak ada yang tau ini. Ketutupan sama hujan. Makasih hujan. Apa ini sebabnya gue tadi beli buku berjudul hujan?' ucap Anin dalam hati.

_____

Anin menyelimuti tubuhnya sambil sesekali menyesap teh panas yang ia baru saja ia buat.

Lengkap sudah penderitaannya hari ini. Mulai dari bertemu kekasihnya yang sedang asyik dengan perempuan lain, ditambah flu karena hujan-hujanan, dan yang lebih lagi, kekasihnya itu jalan bersama perempuan yang ternyata gebetan temannya yang baru ia kenal akhir-akhir ini. Habis ini apa lagi?

Anin kembali teringat saat dulu, ia juga pernah sakit seperti ini karena hujan-hujanan bersama Raihan. Namun bedanya, dulu Evan mengobati dan menemaninya. Tapi kini? Bahkan yang membuatnya seperti ini juga Evan. Kalau bukan karena Anin melihat Evan tadi, pasti ia akan menunggu hujan reda sambil menyantap makanan yang tadi ia pesan, bukan?

Nothing Special Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang