"Nin, lo kenapa sih dari tadi diem terus?"
"Iya nih, Feb. Si Anin dari tadi murung terus."
"Gue baik-baik aja kok, Feb, Fel."
"Cerita lah, Nin. Gue tau lo pasti ada masalah."
"Oke, gue cerita. Jadi, kemarin tuh–" Anin menceritakan semua kejadian kemarin, mulai dari saat dia diganggu preman-preman, dipeluk Gilang, sampai Evan yang marah. Feby dan Felly mendengarkan tanpa memotong pembicaraan Anin.
"Terus, sampe sekarang Evan masih marah sama gue," lanjut Anin.
"Lo ngapain coba peluk-pelukan gitu, hah?! Lo tuh udah punya Evan, Nin! Masih kurang punya satu pacar buat lo?!"
"Sabar dong, Feb! Anin pasti punya alasan!"
"Gue kan tadi bilang, kalau gue bales pelukan dia cuma buat nenangin dia aja, Feb. Gue gak maksud rebut dia dari lo, gue masih setia sama Evan."
"Banyak alasan lo!" Feby bergegas meninggalkan Anin dan Felly di kantin.
"Sabar, Nin. Nanti Feby baikan lagi, kok." Felly mengusap bahu Anin pelan.
_____
"Udah ada kemajuan ya." Feby duduk di depan bangku Gilang dengan posisi berhadapan.
"Maksud lo?"
"Ya, bagus. Anin sama Evan lagi marahan, terus ada celah buat lo masuk, deh."
"Nggak kok, gue gak bakal rebut Anin dari Evan."
"Halah, mana mungkin. Lo sendiri yang bilang ke gue, kalau lo naksir sama Anin dan lo bakal perjuangin si Anin. Gak usah munafik."
"Tapi nggak dengan cara kayak gitu. Kalau Anin sama Evan putus, baru gue bakal gercep. Lagian, kejadian kemarin bukan niat gue untuk misahin mereka. Malah, kayaknya gue harus minta maaf sama mereka."
"Gak sala, tuh?"
"Gue ngerasa bersalah. Walaupun kemarin gue gak sengaja, gue sadar gue salah. Dan, kayaknya gue bakalan move on aja."
"Eh, seriusan?!"
"Iya. Bantuin gue ya, Feb. Lo emang temen terbaik gue." Gilang meraih tangan Feby dan menggenggamnya. Feby hanya bisa diam terpaku atas perlakuan Gilang. Lagi-lagi, jantungnya berdetak tak karuan.
_____
"Van, dengerin gue dulu. Kejadian kemarin gak seperti yang lo pikir."
"Kejadian yang mana, Nin? Yang lo pelukan sama Gilang di pinggir jalan itu?"
Anin menganggukan kepalanya. Ia terlihat sangat polos. Evan gemas dengan tingkahnya. Andai saja mereka tidak sedang bertengkar, pasti Evan sudah mencubit pipi tembem itu. Sayang, egonya terlalu kuat.
"Kasih gue waktu 5 menit buat ngejelasin, please."
"Oke."
"Kemarin, gue jalan sendirian di pinggir jalan. Gue udah telpon lo berkali-kali tapi gak diangkat, chat gue juga gak ada yang dibaca. Pas setengah jalan, ada dua preman ngerebut hp gue dan gangguin gue. Kebetulan, Gilang dateng nolongin gue. Dia babak belur, Van. Terus, tiba-tiba dia meluk gue, tadinya gue mau berontak, tapi gue gak tega lihat dia kesakitan gitu, apalagi karena nolongin gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Special
Teen FictionHighest Rank #118 In Teen Fiction (25/03/17) [CERITA SUDAH LENGKAP/COMPLETED] BLURB : Cinta, keluarga, sahabat, kisah masa sekolah, semua tercantum disini. Apa yang salah dengan cinta sama sahabat sendiri? Mereka bersahabat sejak kecil. Hingga kin...