16 - Kakak Kelas

3.4K 252 30
                                    

Selama tidak ada Evan akhir-akhir ini, Anin merasa hari-harinya tidak karuan. Baru saja mendapat kebahagiaan, sudah dilanda kesedihan lagi. Belum ada seminggu pacaran, malah harus LDR.

Akhir-akhir ini juga, Raihan mencoba mendekati Anin. Walaupun Anin terkesan menjauhi, namun Raihan tetap berusaha mendekati. Hati Anin menolak, namun mau bagaimana lagi? Ia sedang malas berurusan dengan siapa pun.

Anin juga terlihat lebih pendiam dari biasanya. Ia hanya tidak terbiasa berjauhan dengan Evan dalam jangka waktu yang cukup lama. Biasanya, mereka -Anin dan Evan- berjauhan saat liburan idul fitri saja, itupun karena pulang kampung. Tapi sekarang? Entah sampai kapan mereka berjauhan.

Gadis yang sedang merindukan kekasihnya itu, kini sedang duduk di kursi taman sekolahnya. Ia jadi lebih sering menyendiri dan ditemani oleh koleksi novel lamanya.

Yaps! Dulu, Anin novel addict. Sampai-sampai, jika ada novel terbaru ia akan langsung membelinya. Tak jarang ia meminjam uang Evan atau meminta uang kepada Fero untuk membeli novel yang disukainya. Hingga ia mulai membatasi keborosannya demi menghemat uang sakunya, kini ia lebih mendahulukan kepentingan sekolahnya yang kadang mebutuhkan keperluan mendadak, jadi Anin menyisihkan sisa uang sakunya ke dalam tabungannya.

Terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arah Anin. Semakin lama semakin mendekat dan orang itu duduk disebelah Anin tanpa permisi.

Anin menolehkan kepalanya pada orang itu, ia mengira itu adalah Raihan atau paling tidak Feby atau Felly.

Namun, dugaannya salah. Yang disebelahnya kini adalah seorang lelaki yang sama sekali tidak Anin kenal. Dilihat dari badge-nya sih, sepertinya anak kelas XII yang berarti kakak kelasnya.

"Apa?" ucap lelaki itu saat mendapati Anin yang menoleh ke arahnya.

Anin tak menyahuti ucapan lelaki itu. Ia memalingkan wajahnya dan kembali fokus membaca novel yang sudah lama tak ia baca itu.

"Jutek amat," gumam lelaki itu, namun masih dapat terdengar oleh Anin.

Sudah dibilangin kan, Anin sedang malas berurusan dengan siapa pun, lagi-lagi ia tak mengacuhkan lelaki itu.

"Heh,"

"Gue nanya sama lo, mba," ucap lelaki itu kesal. Namun, masih tak dihiraukan.

Anin jengah dengan seseorang yang disebelahnya kini. Finally, ia menggubris ucapan lelaki itu.

"Lo ngomong sama gue?" Anin menunjuk dirinya sendiri.

"Emang ada orang lain selain lo disini?"

"Kenapa?" tanya Anin to the point.

"Gue kakak kelas lo, sopanan dikit kek."

"Mau lo kakak kelas, ade kelas, atau apapun, lo tetep manusia dan sama derajatnya."

"Tapi lo bisa sopanan dikit kan?"

"My attitude is based on how you're treat me. Gue males ribut sama orang." Anin beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

"She looks attractive," ucap lelaki itu pelan dengan kekehannya.

_____

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu. Anin sedang menunggu angkot lewat. Fero tidak bisa menjemput adiknya itu dengan alasan ada kegiatan kuliah, ayahnya belum pulang kerja dijam segini, dan ibunya sibuk membereskan rumah. Ya, terpaksa Anin pulang sendiri.

"Ck! Lama banget sih, daritadi yang lewat penuh semua lagi!" Anin berdecak sebal dan mengomel tidak jelas.

"Angkot bakalan penuh semua neng, anak SMA 48 bubaran juga, pasti isinya penuh sama anak 48," ucap seseorang sambil mendekati Anin dengan mengendarai motornya. Anin menolehkan kepalanya ke sumber suara tersebut.

Nothing Special Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang