31 - Kemana?

2.4K 201 57
                                    

Sengaja di awal biar pada baca.
Vomment dulu dungs❣ Gak kesian apa sama gue): Gue nyempet2in loh, padahal gue lagi ngebut baca 3 novel:v soalnya yang 2 minjem ke temen jd hrs cepet2 wkwkw. Belum lg mikirin gue mau masuk sma mana:" degdegan sm nilai gue😌 so, kasih komentar kalian, apapun itu, gue sering bls2in kok. Dan tentunya vote jg. Biar semangat hehehe💜

****

"Hai, Anin!" sapa Evan lewat video call bersama Anin.

"Ngapain vidcall, sih? Tinggal 7 langkah juga nyampe ke rumah aku."

"Biarin. Biar kayak orang-orang."

"Hm, terus kamu mau ngomong apa?"

"Aku cuma mau bilang. Semangat UN-nya Anindya Celline. Semoga nilai matematikanya besar ya!"

"Kok cuma matematika doang?"

"Soalnya aku yakin, yang lain pasti nilainya besar."

"Oh, maksud kamu, nilai math aku pasti kecil gitu?"

"Hahaha. Tukang ngambek dasar. Becanda doang, elah."

"Abisnya, ngeselin!"

"Gak bakal nyemangatin balik, nih?"

"Oke, semangat juga Azkia Revano, semoga semua nilanya besar."

"Makasih, sayang. Berarti kalau yang ini, maksud kamu nilai-nilai aku semuanya pasti kecil gitu?"

"Au ah, pikir aja sendiri."

"Bales dendam ceritanya?"

"Iya."

"Dasar! Aku juga mau bilang kalau...."

"Kalau apa?"

"Gak jadi, deh."

"Jangan bikin aku penasaran deh, Van!"

"Kalau...."

"Apa? Buruan!"

"Kalau aku gak mau diantara kita ada yang bilang break dengan alasan 'Fokus UN'."

"Hah? Hahaha, ya enggak, lah. Sinetron banget, sih!"

"Ya siapa tau aja, makannya aku antisipasi dari sekarang."

"Oh, hehe. Ya udah, aku mau lanjut belajar, kamu juga, harus belajar."

"Iya, aku selalu belajar."

"Belajar apa?"

"Belajar untuk terus mencintaimu."

"Hih, dasar gombal!"

"Bukan rayuan gombal, kok."

"Judul lagu kali, ah."

"Hahaha, ya udah sana lanjutin belajar. Kamu yang tutup aja."

"Ribet banget, sih, tinggal nutup vidcall doang harus aku. Ya udah, bye!" Anin mematikan sambungan video call-nya dan kembali membuka bukunya.

Dengan teliti, Anin membaca halaman per halaman sambil merekamnya dalam otak. Namun semakin malam, matanya semakin tak kuat untuk membaca buku-buku tebal itu. Anin memutuskan untuk tidur dan melanjutkan belajar besok subuh.

Saat Anin hendak memejamkan matanya, ia teringat Evan saat waktu kecil. Anin mengulas senyum cantiknya. Ia kadang berpikir, 'Tuhan pasti memiliki rencana, mengapa aku dan Evan dipertemukan. Dan aku harap pertemuan ini akan hanya terpisahkan karena maut yang memisahkan.'

Lama-kelamaan, Anin mulai terlelap dalam tidurnya dan mulai memasuki alam mimpi.

_____

Nothing Special Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang