4. ...

26.4K 1.5K 123
                                    

#happy Reading All...

***

Mila berjalan memasuki gedung bertingkat berukuran besar berwarna putih. Rumah itu nampak kontras dengan keadaan sekitar yang gelap, hanya di terangi oleh lampu jalan yang berjejer rapi di belakang trotoar.

Dengan pelan ia membuka pagar besi berwarna hitam. Terdengar suara bising ketika dirinya menggeser pagar tinggi itu. Suara bising yang kedua kalinya kembali terdengar ketika Mila menggeser pagar dan menguncinya. Suara tumbukan heels dan tanah bersemen terdengar nyaring di malam yang sunyi itu. Ia sampai di teras dengan beberapa pot bunga menghiasi bagian pinggirnya. Ia mengeluarkan kunci dan membuka kuncian pintu putih itu.

Dirinya melewati pintu lalu menutup dan mengunci kembali. Ia berjalan menaiki tangga, suara ketukan terdengar nyaring ketika marmer putih itu di pijak.
"Mila." Seseorang memanggilnya, ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria berwajah tampan. Wajah tegas sangat mendominasi, rambut coklat sepanjang punggung. Nampak seperti wanita jika bukan tubuh kekarnya. Pakaian yang di kenakannya adalah mantel tidur abu abu dengan celana kain tipis berwarna hitam. Tak lupa secangkir kopi di tangan kanan dan juga beberapa buku yang di bawa di tangan kiri. Terlihat jelas bahwa pria itu tengah melembur.

"Ayah? Maaf aku pulang terlambat." Ujar Mila sembari menuruni tangga dan membungkukkan diri di hadapan ayahnya.

"Ayah memaklumi nya. Besok kau ada rencana?" tanya pria yang di panggil Ayah oleh Mila.

"Rencana? Ah tentu aku punya Ayah. Bukankah kasus pembunuhan itu aku yang menangani?"

"Ah, kau benar. Jika sudah selesai, Ayah ingin mengajakmu ke suatu tempat."

Mila menatap dengan penuh tanya.
"Tempat? Kemana?"

"Kau akan tau." Pria itu melenggang pergi dengan santainya menuju salah satu ruangan dan memasukinya.

Mila hanya dapat memandangi kepergian Ayahnya dengan wajah cemberut.

Pria tadi adalah Ayahnya, wajah tampan tak sebanding dengan umurnya. Jadi maklumi saja jika pria beranak satu itu masih di incar oleh para perempuan yang tak tahu bahwa pria itu telah mempunyai anak yang bahkan sudah dewasa.

Pria itu bernama Leon Lawson, detektif paling hebat di Kawasan Eropa. Tak banyak yang tahu tentang dirinya melainkan pihak pemerintah. Dia sering di tugaskan di luar kota bahkan sampai keluar negeri. Hanya kali ini ia mendapatkan tugas di negaranya sendiri, Roma, Italia.

 Hanya kali ini ia mendapatkan tugas di negaranya sendiri, Roma, Italia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leon Lawson

Mila kembali berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya, melepas penat yang sedari tadi ditahannya. Sesampainya di kamar ia menghempaskan diri di kasur King Size-nya. Dirinya memejamkan mata sejenak lalu kembali menelisik sekitar. Ruangan putih itu sangat rapi dengan rak rak buku yang menghiasi salah satu sisi dinding. Entah itu buku mengenai psikologi atau catatan kaki. Nampak beberapa bingkai foto menghiasi dinding. Bingkai paling besar menampakkan tiga orang yang tengah bergembira di padang rumput luas. Seorang pria berambut coklat, dirinya dan juga wanita berambut merah muda dengan senyuman menawan.

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang