***Freink terdiam sesaat di ruang kerjanya. Melamun, lalu Mila masuk ke dalam pikirannya. Ia mengingat masa lalunya, namun menepis ingatan mengenai Mila. Lalu menatap lukisan kedua orang tuanya di dinding. Lekas ia tinggalkan ruangan itu, tidak mau melamun sepanjang waktu. Ia memasuki kamarnya yang terhubung dengan ruang kerjanya, Mila duduk di atas kasurnya, dengan kaki dan tangan yang diikat.
Bibir gadis itu sedikit membengkak, karena perlakuan Freink tentunya. Namun Mila tidak berteriak lagi. Terakhir kali ia berteriak, Freink membungkam bibirnya dengan cara sederhana namun membuatnya berdebar. Tapi ia tidak suka cara itu, walaupun itu wajar dilakukan oleh sepasang kekasih. Namun dengan berat hati dan penuh perasaan menyedihkan, ia tidak mau mengakui kalau pemuda ini adalah kekasihnya. Setelah apa yang ia ketahui.
Ketika Mila telah tersadar dari pingsannya, ia menyadari jika tangannya tengah terikat. Berusaha ia lepas, tapi ikatan itu malah menyakitinya.
"Sudah sadar?" Freink bangkit dari sofa di pojok ruangan. Ia singkirkan buku tebal hingga berbunyi berbenturan dengan lantai, lalu mendekati Mila.
"A-apa yang?" Mila tergagap. Apakah Freink yang melakukan hal ini kepadanya?
"Jika kau ribut, aku akan mengikat kakimu," ujar Freink dengan datar nan dingin. Lebih dingin dari pertama kali Mila mengenal pemuda itu.
"Aku selalu menanyakannya dari dulu, Freink. Apa yang kau inginkan?" Mila menajamkan matanya.
"Apa yang kuinginkan hanya dirimu." Freink mendudukkan diri di kasur, lalu menyentuh dagu Mila. Memaksa gadis itu menatap dirinya. "Aku tahu kau mencoba mencari tahu mengenai, siapa diriku sebenarnya. Aku tahu kau selalu mengecek handphone–ku yang dengan malas tidak kuberi pengaman. Namun sayangnya aku tak pernah menggunakan handphone–ku untuk urusan yang sangat pribadi. Kau memeriksa tasku, lemari kerjaku. Dan sekarang kau berkesempatan untuk memasuki rumahku. Hanya saja kau mudah sekali untuk mabuk, My Dear."
Mila tidak mengatakan apa-apa, namun matanya masih menatap tajam ke arah Freink.
"Jika kau ingin tahu, biar kuberitahu." Freink mendekatkan wajahnya, menghembuskan nafasnya tepat di telinga Mila. "Aku adalah Freink Halmer, anggota Dresden. Aku yang membunuh Filona Regis dan model cantik itu juga Glera Gloyna," ujarnya tepat di telinga Mila.
Mila berteriak mengumpat setelahnya, menendang-nendang ingin menjauh dari Freink. Dan Freink segera mengikat kakinya. Namun hal itu tidak membuat Mila lelah, ia terus mengumpat.
"Demi apa, seharusnya aku tahu dari awal. Aku tidak akan Sudi menjadi kekasihmu!"
Freink menatap tajam, mendorong Mila dengan kasar sampai punggung gadis itu terhantuk dinding. Freink menyentuh dagu Mila, mengusapnya lembut. Dengan penuh tidak sabaran, Freink melahap bibir tipis Mila. Mila memberontak sekuat tenaga, dengan posisi dan kebencian seperti ini, Mila tentunya tidak akan suka. Perlahan Freink melepaskan ciumannya, menatap manik Mila yang menatap penuh kebencian kepada dirinya.
"Kau tahu? Aku telah membunuh seorang perempuan di sana. Kulit mereka begitu indah, cocok untuk kujadikan koleksi. Kau juga memiliki kulit yang indah, tapi tidak cocok jika dijadikan korban seperti mereka." Freink tersenyum tipis. "Ingat ini Mila, kau adalah milikku. Tak ada yang boleh merebutmu dariku."
"Keparat kau." tenggorokan Mila tercekat.
Seseorang mengetuk pintu kamar, lalu pintu itu terbuka tanpa izin Freink. Elias K. Ergen muncul dengan senyuman penuh arti. Pria itu melipat tangan di depan dada dan sedikit mendongakkan wajahnya, rasa puas. "Baik sekali dirimu telah memberi kami makanan lagi, huh? Dan gadis itu, apa dia benar-benar akan kau masukkan ke bagasi mobil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend
Mystery / ThrillerHighest rank #1 in mystery/thriller : 25 Mei 2017 #2 in mystery/thriller : 17 April 2017 *** Di tahun 2076, kejahatan semakin meningkat. Kedua belah pihak yang berbeda berusaha memusnahkan satu sama lain. Kriminal, dengan kepolisian. Penjahat teka...