0.1

33.7K 882 3
                                    

"Selamat pagi Indah, kenapa muka lo murung gitu sih." ucapku dengan nada alay, biasanya Indah selalu geli saat aku berbicara seperti itu. Katanya aku childish, gak kayak dia yang dewasa banget, Billy pasti bahagia punya pacar kayak Indah. Sahabatku emang terbaik.

"Ven, gue putus sama Kak Billy."

"APA!!"

Mataku melotot ke arah indah. Tapi, mereka udah pacaran setahun. Aku aja yang gak pernah pacaran bingung gimana caranya mereka bertahan sampai setahun gitu dan sekarang malah putus. Gak kebayang kenangannya. Aku pun memeluk Indah memberi dia kekuatan karna gue tahu dia pasti sakit.

"Lo yang sabar yah, ada gue disini gue gak bakal ninggalin lo kok."

"Gue gak papa kok."

Inilah yang aku gak mau. Aku gak pernah mau pacaran karna takut putus. Tadinya aku mau minta penjelasan lebih panjang tapi bel masuk udah bunyi jadi aku urungin niatku.

***

Aku memasuki mobil putih. Mobil ini hadiah ulang tahun kemarin pas aku rayain sweet seventeen. Saat aku baru mau keluar gerbang sekolah. Tiga motor ninja berwarna hitam, hijau, merah. Aku tersenyum. Tiga motor itu pasti Kak Daffa, Kak Dion dan Kak Brian.

Aku mengikuti motor mereka sampai mereka menepikan motornya di depan sebuah cafe. Aku lihat mereka membuka helmnya. Tontonan gratis nih. Tiga cowok ganteng buka helm terus acak-acak rambutnya. Aku ingin jingkrak-jingkrak, tapi untung aku masih tau kondisi. Mereka masuk ke cafe tadi. Aku langsung keluar dari mobil dan masuk ke cafe. Aku nemilih bangku yang gak terlalu jauh dari mereka dan seketika pelayan langsung dateng ke bangkuku.

"Maaf mbak mau pesen apa?"

"Lemon tea satu mas."

Sambil ngawasin pergerak mereka aku berpura-pura baca buku menu. Gak lama pesenan aku dateng, aku kasih senyum termanisku sama mas-mas yang nganterin minumnya. Lumayan ganteng juga.

Aduh, focus. Aku melihat ke arah mereka lagi. Mereka lagi bercanda ketawa-tawa, haduh, aku gak tahan liat mereka ketawa. Jantungku berdebar. Tiba-tiba, ada cewek dateng. Seragamnya sama tapi aku gak tau dia siapa? Duduk deket Kak Brian lagi. Aduh, dasar perusak pemandangan.

Panas. Aku langsung seruput lemon tea sampe nyisain es batu. Aku langsung datang ke kasir buat bayar lemon tea tadi.

"Mbak saya mau bayar pesanan meja 8." si mbak ngasih struknya lalu aku kasih satu lembar lima puluh ribu. "Kembaliannya mbak." Si mbak kasih kembaliannya.

Bruk.

"Aduhh." sebenernya gak sakit tapi perih, tanganku sedikit kelupas kena resleting jaket orang di depanku. Siapa yang nubruk?

Mataku melihat di depan. Waw. Dada bidang, gak salah lagi nih, ini pasti cowok ganteng. Aku liat lagi keatas.

W T F. KAK BRIAN.

Kalau cogan kayak Kak Brian gini sih aku gak papa di tubruk beberapa kali. Oke, focus. Kak Brian lagi natep mata aku. Aku gak perlu penggaris buat ngukur jarak ini. Kurang lebih 5 cm. Deket banget.

"Uh, sorry."

Aduhh, suaranya kagak tahan.

"Em, gak papa kak."

"Ada yang sakit?"

Jantung gue marathon.

"E-enggak ada kok."

"Beneran." alisnya yang agak tebal terangkat, Aduh tambah ganteng aja.

"Gak papa kok."

"Ya udah, lo mau kemana?"

"Ini, baru pulang. Duluan ya Kak"

Aku meninggalkan Kak Brian. Tak lupa senyum menghiasi wajahku. Sampai didalam mobil aku mengambil boneka yang ada di kursi sebelahku. Aku meremas boneka itu, kupeluk, kucium, kulemparkan lagi ke tempatnya dan menyalakan mobil lalu pulang kerumah deh.

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang