1.6

14.6K 548 3
                                    

Ting Nong Ting Nong

Ting Nong Ting Nong

Ting Nong Ting Nong

Dengan langkah malas, aku berusaha bangun dari tidur. Sebelum aku membuka pintu, aku melihat dari interkom dahulu.

Mataku membulat melihat siapa yang berada di luar. Gawatt!!

Secepat mungkin aku berlari ke kamar Kak Brian, tanpa basa basi aku masuk ke kamarnya.

Kak Brian masih molor.

Terpaksa kutarik selimutnya, menggoyang-goyang tubuhnya.

"Kak, kak Brian bangun kak."

Aku berhasil membuat matanya terbuka, Kak brian masih menggeliat setengah sadar.

"Kenapa sih Ven."

"Kak diluar ada Bunda,"

"Beneran?"

"Iyalah Kak."

"Trus kenapa gak dibukain."

"Kak, kalau di bukain, trus Bunda mau dekor salah satu kamar kita jadi kamar bayi gimana?"

"Lah, kenapa mau di dekor?"

"Bunda bawa-bawa box bayi sama tukang-tukang. Trus banyak kardus-kardus besar lagi.

"Hah?! Gawat!! Sekarang pindahin aja barang-barang kamu ke kamar utama, soalnya kamar kamu 'kan nyambung ke kamar utama. Aku cuci muka dulu biar aku aja yang bukain pintu." sambil berlalu kekamar mandi.

Dengan gerakan cepat aku masukkan semua barangku ke koper, kamarnya aku rapihkan lagi seperti semula. Aku berjalan menuju connecting door kekamar utama. Mungkin kamarku akan menjadi kamar bayi. Entahlah.

Kopernya kumasukan langsung ke lemari. Dari tadi aku coba menenangkan jantungku yang berdebar.

Sebelum tinggal di apartement, orang tuaku berpesan agar kita sekamar. Aku dan Kak Brian hanya mengiyakan saja, namun setelah pindah kami memilih kamar sendiri-sendiri. Karna kita punya private masing-masing. Kalau ketahuan mereka -orang tuaku dan Kak Brian- memaksa kita untuk tinggal dirumah lagi dan kalau itu terjadi aku dan Kak Brian akan tinggal sekamar.

Yang membuat aku bingung sekarang, Bunda Kak Brian membawa Box bayi. Berarti mereka menginginkan cucu dari kita, sedangkan aku dan Kak Brian pun belum melakukan apapun bahkan ciuman pun tidak pernah.

Aku jadi merasa bersalah.

Sudahlah lupakan Venus! Lagi pula Kak Brian belum memintanya.

Kemudian Kak Brian masuk ke kamar dengan muka yang kesal.

"Kenapa Kak?" tanyaku.

"Keluar aja sana! Liat sendiri!"

Aku mengikuti sarannya. Aku lihat Bunda sedang mengobrol dengan tukang-tukang disana! Lalu ketika Bunda sadar keberadaanku Ia pun memelukku.

"Aduh, menantu Bunda kamu baru bangun ya, pasti semalam kecapean." kecapean? Iya sih, agak capek tapi bukan malem tapi tadi waktu mindahin barang.

"Hehe, Bunda ngapain kesini yah?"

"Bunda mau dekor ruangan kamar situ." menunjuk kamar duluku, "disitu mau Bunda buat kamar bayi, kali aja kamu agak cepet isinya."

"Owh, gitu. Ya udah dekor aja, tapi Bunda janji sama aku jangan masuk kamar Utama sama kamar satunya lagi cukup kamar itu aja yah."

"Emang kenapa?"

"Gak papa kok, Bun. Kan kalau kamar utama dipakek aku sama Kak Brian kalau kamar satunya lagi buat nanti, takutnya kan ada tamu. Emm, kayak si kembar. Btw si kembar kemana bu?"

"Si kembar lagi sama Bapaknya, di ajak jalan-jalan."

"Owh. Bunda udah makan belum biar aku siapin."

"Gak usah kamu siapin makan buat Brian aja, dia baru bangun kan?"

Iya juga ya, kok aku baru sadar.

"Ya udah Bun. Aku ke dapur dulu yah."

***

"Venus, sini!" kata Bunda.

Aku menghampiri Bunda, dan Waw. Kamarku yang dulu telah berubah drastis, temboknya yang dulu berwarna putih sekarang berwarna tosca dan biru. Box bayinya pun berwarna netral. Pertanyaanku saat ini.

Kapan kamar ini dipakai? Apa 5 tahun lagi setelah aku lulus kuliah?

Tbc.

Jangan lupa Vote ★★★

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang