1.9

16.2K 530 15
                                    

Setelah malam yang sangat berkesan bahkan semua terkejut saat Brian memanggilku 'My Wife'. Mengingat hal itu pipiku selalu memanas tiba-tiba.

Di apartemen aku hanya mondar-mandir. Jam menunjukkan pukul 10.30. Setelah berpikir matang-matang, aku langsung keluar dari kamar. Menghampiri Brian yang sedang menonton TV. Kupeluk tubuhnya yang atletis.

"Kenapa?" aku menggeleng. "Bilang aja."

Aku mendongkak untuk melihat wajah tampannya. "Apa aku istri yang sempurna buat kamu?"

Brian tersenyum, "Kamu sangat-sangat sempurna bagi aku."

"Belum, aku belum sempurna. Ak-aku belum-"

"Aku akan menunggu sampai kamu siap." ucapnya tegas dalam sekali tarikkan nafas.

Ya tuhan, beruntungnya aku mendapat suami sepertinya. Aku tak akan pernah menyia-nyiakan dia lagi.

"Kalau aku bilang, aku sudah siap."

"Hah?! Maksud kamu?"

Aku menangkup wajahnya. "Aku sudah siap."

"Bener?"

Aku mengangguk, Brian mengangkat tubuhku. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.

***

"Yang?"

"Apasih. Panggil nama aja kali." aku terkikik, geli mendengar Brian manggil 'Yang'.

"Yang, yang, yang, yang. Yang haus."

"Kak!"

Kita tertawa lagi. Kini aku bahagia. Aku nyaman dengannya. Aku sayang dengannya. Aku cinta dengannya.

Tapi, satu masalah mengganjal di pikiranku. Apa aku ceritakan atau aku tolak aja. Bagaimana ini?

"Hey! Kenapa? Ada masalah?"

Aku menggeleng.

"Tentang beasiswa kamu?"

Aku menatap Brian kaget. Kenapa dia tau? Iya. Aku memang dapat beasiswa di Paris, jurusan tentang desain baju seperti itu. Itu memang cita-citaku. Tapi aku takut.

"Kamu ambil aja. Itu cita-cita kamu kan?"

"Bener, tapi kamu?"

"Aku disini ngurus perusahaan."

"Iya sih, tapi siapa yang ngurusin kamu?"

"Aku bisa jaga diri oke?"

"Bener?"

"Iya."

"Tapi..."

"Kamu pergi yah. Aku pingin pas kamu pulang, kamu udah jadi seorang desainer terhebat."

"Makasih."

***

Satu bulan kemudian...

Kini aku dibandara. Sedari tadi Brian memelukku, menciumku dan tangannya tak lepas dari tanganku.

"Jaga diri baik-baik, jangan telat makan, jangan deket-deket sama cowok. Jaga hati kamu!" ucap Brian membuatku terkikik.

"Iya, iya. Kamu juga, jangan fokus kerjaan mulu. Jaga pola makannya. Jaga hati aku."

"Iya pasti!"

Setelah itu panggilan pesawat yang akan aku tumpangi akan take off jam 15.00. Brian menatapku lamat-lamat.

"Aku akan baik-baik aja."

"Harus. Kamu harus balik lagi."

Cup.

Aku tersenyum sambil memeluk Brian sekali lagi. Kukecup dahi, kedua mata, hidung, pipi dan bibirnya. Membuat pipiku panas.

Aku berpamitan sama orang tuaku dan mertuaku juga teman-temanku yang sedari tadi mengantarku.

Kutarik koperku sambil memberikan lambaian tanganku. Setelah jauh aku bisa melihat mereka yang berbalik akan pulang.

"Selamat tinggal, MyLoveBrian. Aku pasti kembali."

***

Brian POV.

Aku kembali ke apartemen. Baru sebentar aja udah kangen. Venus Venus. Ahhh kangen!!!Tak terasa aku tertidur pulas.

~

Aku terbangun jam 2 dini hari. Ah tak ada Venus disini. Aku menyeduh kopi hangat dan mulai menatap laptopku.

Baru sejam tapi rasanya kepalaku sudah pusing yak biasanya seperti ini. Lebih baik kunyalakan televisi dan mengecilkan volumenya.

"Selamat malam, selama 30 menit bersama saya Veronica dan saya Fadlika di News terkini. Berita terbaru kali ini sebuah pesawat yang Air Plane yang lepas landas pukul 15.00 menghilang di daerah laut cina. Diduga pesawat hilang kontak dan tenggelam di lautan cina...."

Tubuhku menegang. Itu bukan pesawat Venus kan? Tapi Venus...

Hidupku hancur.

-End-

????? ...

★★★

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang