2.1

11.4K 465 3
                                    


Pesta pernikahan Billy dan Indah.

Aku duduk di meja bar. Hanya itu yang bisa kulakukan. Aku sudah memberi selamat kepada Billy dan Indah. Billy bilang, nikmati pestanya. Bagaimana aku menikmati tanpa pasanganku. Venus.

Sampai jam delapan aku masih duduk disini. Tiba-tiba lampu mati. Dan MC mengatakan bahwa pesta topeng dimulai. Aku menggenggam topeng di tangan ku. Kupasang perlahan.

MC mengatakan lagi bahwa setiap orang harus berpasangan. Aku malas mengikuti ini. Tapi aku harus bagaimana? Sulit untuk ku tolak.

Aku melihat perempuan di samping kursi ku. Dari tadi Ia melihat ke arahku. Kutatap dia, dia memakai dress putih. Melihatnya aku menjadi ingat bagaimana Venus saat memakai dress putih. Sangat cantik.

Ku sodorkan tanganku. Dia terlihat kaget, menatapku dengan bertanya-tanya.

"Aku tak memiliki pasangan. Kamu mau menjadi pasanganku? Hanya kali ini. Karna istriku sedang tak ada." ucapku jujur, walau sedikit bohong. Aku takutnya dia baper, apalagi jaman sekarang kebanyakan cewek tukang baper(?).

Dia dengan ragu meletakkan tangannya di tanganku. Kutarik dia kelantai dansa. Aku melihat pasangan lain, bagaimana caranya berdansa. Dan mempraktekkannya pada gadis ini.

"Matamu, mirip mata istriku." entah dari mana aku berkata seperti itu.

Setelah lama aku terus menatap matanya, memang seperti mata Venus. Tapi aku tak mau berterus terang.

Tak ada yang lain selain Venus. Dihatiku hanya ada Venus.

"Venus, istriku. Dia sangat cantik, bahkan aku sudah cinta saat kita di jodohkan. Tapi gengsi ku dan ego ku membuatku malu menyatakannya. Harusnya dia ada disini. Harusnya sekarang aku menjadi ayah. Harusnya dia ada dirumah dan pergi ke kantor untuk membawakan makan siang. Harusnya dia mengurus anakku, buah cintaku dengan Venus. Harusnya dia yang ada dihadapanku. Harusnya... Harusnya... Tapi kenyataanya terbanding terbalik. Dia tidak ada disini. Dia belum kembali."

Kulihat matanya mengeluarkan air mata. Dia menghentikkan dansanya. Apa dia tersinggung? Dia menghapus air mata di pipinya. Ya, yang kukatakan jujur. Aku perlahan pergi meninggalkannya.

Tapi baru tiga langkah. Lagu yang tadinya menyala kini mati lampu juga mati dan menyorotku membuatku berhenti ditempat. Tak lama aku mendengar suara yang sangat aku rindukan.

"Maaf."

Iya, suara Venus. Tapi dia tak mungkin ada di sini.

"Maaf karna tak memberi tau keadaanku. Maaf karna tak ada disisimu. Maaf karna tak mengantarkan makan siang ke kantormu. Maaf karna kamu tak menjadi ayah. Maaf karna tak mengurus anak kita, buah hati kita. Tapi... Hiks.. Tapi sekarang aku disini. Dihadapanmu saat kamu berbalik."

Venus. Aku langsung berbalik. Ya. Gadis tadi, memakai drees putih. Dia membuka topengnya perlahan. Dan ini bukan mimpi kan?

Dia Venus. Venus istriku. Venus Arein. Jika mimpi tolong jangan bangunkan aku.

Dia menangis disana. Aku berjalan perlahan, jika benar aku ingin menghapus air matanya dan mendekapnya. Tak akan ku biarkan dia pergi lagi.

"Brian, ini aku Venus Arein." bisiknya saat aku dihadapanya.

Tanganku terulur menghapus air matanya. Ini benar Venus. Istriku kembali.

Tanpa berpikir panjang aku menariknya dalam pelukanku. Aku baru menyadari aromanya ini Venusku.

"Aku kangen. Miss you Kak Brian."

Kami berpelukan erat. Aku memeluknya dan mencium wangi yang sangat aku rindukan.

"Kak, kamu percaya ini aku?"

"Aku percaya. Jangan tinggalin aku lagi."

"I love you, Venus."

"I love you more, Brian."

Tbc...

....

★★★

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang