2.3

12.2K 446 4
                                    

Flashback.

Setelah aku berpamitan aku mendorong koperku ke petugas satpam, aku memperlihatkan tiketku. Tapi petugas tiket memberikanya lagi padaku.

"Maaf, mbak. Tiket penerbangan ini take-off nya satu jam lagi." ucap petugas itu.

"Ah, berarti panggilan itu bukan pesawat yang saya tumpangi."

"Iya, mbak. Yang ini pesawatnya take-off jam 15.00. Kalau yang mbak 16.00."

"Oh, jadi saya nunggu lagi dong."

"Iya, mbak silahkan tunggu disana."

"Iya, makasih pak."

Aku menatap keluar lagi. Mereka sudah mau pulang. Ah, pasti mereka juga kecapekan. Jadi lebih baik aku menunggu sendiri saja.

Setelah duduk dikursi yang di sediakan. Aku mengeluarkan ponselku yang ternyata baterainya habis. Bagaimana bisa? Dengan kesal aku mengambil powerbank dan menyambungkanya ke ponsel ku. Aku masukan ke dalam tas selempangku.

Kurasa ada yang duduk di sampingku. Saat aku menoleh tenyata Kei. Masih ingat?

"Eh, elo Kei. Ngapain kesini?" tanyaku.

"Lo lupa?"

"Em, astaga! Gue lupa kalau lo juga dapet beasiswa yang sama kayak gue." aku hanya menampilkan senyum bodohku.

Kei juga mendapat beasiswa, cuma beda jurusan. Dia Manajemen.

"Lo kenapa sendirian? Emang laki lo gak nganterin?" tanyanya.

"Nganterin kok, cuma udah pulang..." dan meluncurlah kejadian tadi.

"Ck. Lo kok ceroboh, yah."

"Hehe abisnya udah gak sabar mau ke Paris."

Dan satu jam itu membicarakan bagaimana Ia putus dengan pacarnya karna ternyata pacarnya matre.

***

Aku sampai di paris dengan selamat sentosa. Dan langsung mendapatkan kamar di asrama kampus ku. Seharian aku lupa tak memberi kabar ke Kak Brian.

Hingga ketika aku keluar dari supermarket dengan kantong belanjaan, ponselku yang sedang kupakai mengetikkan pesan pada Kak Brian tiba-tiba ada yang mengambil.

Aku mengejarnya dan dibantu para lelaki yang mengejarnya. Tapi setelah dapat orangnya, ponselku terlempar jauh. Tanpa menghiraukan pencopet itu, aku mencari ponsel yang tadi terlempar. Aku menemukannya di jalanan aspal dengan kondisi yang sudah tak berbentuk. Saat itu pun aku menangis tak karuan.

Sebulan kemudian, aku sudah mulai kuliah tapi uang tabunganku hampir habis. Selama ini Brian tak mentransfer uang. Dan Kei yang selalu memberiku pinjaman dan aku selalu bercerita padanya. Aku meminta ijin kepada pihak kampus ku supaya aku bisa kuliah sambil kerja. Dan melanjutkannya hingga sarjana.

Di hari kelulusanku aku mengasingkan diri. Kei bersama gadisnya yang baru dan aku mendapat undangan pernikahan mereka. Aku seperti terbuang di negara ini. Aku menangis dalam diam.

Dengan mendapat juara umum aku langsung diperkerjakan di salah satu perusahaan pakaian di Paris. Dan aku mengumpulkan uang untuk pulang ke Indonesia.

Sehari sebelum pulang, aku menemui Kei. Meminta nomor telepon siapa saja yang dekat denganku di Indonesia. Aku bersyukur yang kontak Indah masih ada. Dan itu masih sama seperti dulu. Aku menelfonnya.

"Halo."

"Halo, siapa ini?"

"Ini gue Ndah, Venus."

"Ve-venus? Ga-"

"Iya, ini gue Venus. Besok gue balik dari Paris. Tolong jemput ya, Ndah. Kalau bisa kasih tau juga laki gue. Hehe."

"Tapi, ini beneran Venus?"

"Lah, Ndah lo lupa sama gue? Sombong ya lo pokoknya besok jemput gue. Titik!"

***

".....Saat aku nyampe Indonesia ternyata, kalian udah anggap aku gak ada jadi..."

"Hei, shhhtt. Aku gak pernah anggap kamu gak ada. Maaf selama ini gak tau kalau kamu juga menderita disana. Maaf gak bisa bantu kamu." Brian memelukku. Aku menceritakan semuanya pada Brian ketika kita sampai di apartermen. Aku rindu apartemen ini.

Aku bisa merasakan bahuku basah. Apa Brian menangis?

"Hey, aku gak apa-apa. Dengan kejadian kayak gitu buat aku jadi lebih mandiri."

"Aku cuma merasa gak guna buat kamu. Aku gak bisa kayak Kei yang selalu ada buat kamu...."

"Kak, kita sama-sama menderita. Kita lulus ujian ini. Aku sendiri disana dan kakak juga begitu. Tapi akhirnya, kita disini. Kita bertemu lagi."

"Iya, dan aku gak akan pernah mau kehilangan kamu lagi."

Cup.

Tbc..

★★★

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang