1.8

15.3K 623 5
                                    


Vote setelah baca★

...

Satu tahun kemudian...

Aku tak pernah menyangka aku masih bisa bertahan sampai sekarang. Ya, sekarang kami saling terbuka. Jika Brian cemburu. Dia akan bilang cemburu. Sebaliknya aku pun begitu.

Sekarang aku sudah terbebas dari ujian sekolah dan ujian Nasional. Brian memutuskan berkuliah disini sambil mengurus perusahaan ayahnya.

Aku dan Brian sudah hampir seperti pasangan suami-istri lainnya. Yang membedakan kita belum melakukan 'sesuatu' karna Brian menungguku lulus SMA.

Kehidupan kami tidaklah flat dan berjalan biasanya. Dulu Brian cemburu jika aku berdekatan dengan Kei, tapi sekarang Kei sudah memiliki kekasih. Dan, jujur aku cemburu dengan Vita, setelah berbicara tentang hal ini Brian langsung menjauh dari Vita.

Brian sangat perhatian, dulu aku pernah terjatuh sampai memar. Dan itu tak terlalu sakit tapi Brian rela menggendongku dari sekolah sampai masuk apartement. Dia bilang; "Kalau jalan hati-hati. Luka kecil bagi kamu tapi bagi aku itu luka besar. Jangan sampai keluar darah lagi yah." Brian langsung memelukku waktu itu.

Aku tersenyum mengingat hal itu.

***

Aku sudah siap dengan dress biru langitku dan sedikit memoles make up tipis. Aku berjalan keluar kamar mendapati Brian yang sudah siap dengan kemeja Biru tua dibalut jas hitamnya. Tampak gagah menurutku.

"Kamu cantik."

"Kamu juga ganteng. Udah yuk ah, nanti telat." kami menuju mobil di garasi dan melanjutkan perjalanan ke hotel.

Acara Prom night.

Aku berjalan bergandengan dengan Brian. Semua tampak melihat kami, tidak hanya melihat Brian. Setelah sampai dimeja tempat kami, sudah ada Indah dan Billy tentunya.

Acara prom night dibuka dengan sambutan-sambutan dan pentas seni yang seru. Kami saling berbincang satu sama lain dengan diiring lagu Photograph - Ed Sheeran.

"Kalian kapan nyusul nih?" goda Brian. Indah hanya tersenyun malu dan Billy cengengesan.

"Jangan nanya kita mulu. Yang harus ditanya itu kalian. Kapan kita dapet keponakan dari kalian yang udah jelas 'Sah'." balas Billy membuat aku terdiam, sudah setahun lebih aku menikah tapi aku belum melakukan kewajibanku. Tapi aku teringat ucapan Mama; "Mau kamu udah lulus atau belum kamu harus melakukan kewajiban kamu sebagai seorang istri sepenuhnya."

Apa aku harus melakukan itu sekarang, besok, atau lusa? Pokoknya aku harus melaksanakan kewajiban ini. Pernikahan ini sudah ada cinta. Jadi tidak salah bukan, jika aku memberikannya pada Brian, suamiku.

Malam masih diisi oleh kegiatan sekolah. Hingga penampilan pentas seni terakhir sudah selesai.

"Ven, aku ke toilet dulu yah." kubalas dengan anggukkan.

"Ya, terima kasih untuk semuanya yang sudah datang ke acara malam ini. Kita sudah lihat beberapa penampilan dari eskul di sekolah kami ini. Semoga kalian dapat menjalankan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, diterima ke universitas yang diinginkan dan mencapai cita-cita kalian. Satu lagi penutupan dari alumni kita juga. Mari kita panggil Brian Pratama." ucap sang Mc.

Mataku langsung mengarah pada panggung. Brian berdiri disana. Ya dia suamiku.

"Hallo semuanya. Gue Brian Pratama alumni tahun kemarin. Gue disini mau nyanyiin satu lagu buat wanita yang paling berarti dihidup gue. Yaitu Venus Arein."

Aku tersenyum kearahnya, satu lampu sorot mengarah padaku. Huh dia bisa saja membuatku terbang.

"Bidadari tak bersayap datang padaku
Dikirim Tuhan dalam wujud wajah kamu
Dikirim Tuhan dalam wujud diri kamu

Sungguh tenang ku rasa saat bersamamu
Sederhana namun indah kau mencintaiku
Sederhana namun indah kau mencintaiku

Sampai habis umurku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku

Diam-diam aku memandangi wajahnya
Tuhan ku sayang sekali wanita ini
Tuhan ku sayang sekali wanita ini

Sampai habis nyawaku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku

Katakan yes, I do, jadi teman hidupku
Dududududu dududududu dududu

Sampai habis nyawaku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku

Katakan yes, I do
Jadi teman hidupku
Katakan yes, I do
Hiduplah denganku
Jadi teman hidupku."

Air mataku seketika runtuh, Brian menyimpan gitarnya lalu perlahan berjalan kearahku.

"Venus, nama yang cantik. Walau namaku bukan Mars. Tapi aku, Brian. Akan membuatmu selalu tersenyum. Akan selalu membuatmu menangis, karna bahagia. Akan membuatmu tertawa setiap menit. Akan membuatmu bahagia selamanya. Bahagiamu bahagiaku. Dan itu akan, selalu, selamanya menjadi tugasku."

Brian, dia didepanku. Menghapus air mataku dengan jarinya yang hangat. Menarikku dalam dekapannya.

"Menangislah, menangislah karna bahagia. My Wife."

Tbc..

Vote setelah baca★★★★

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang