0.8

14.5K 556 1
                                    

Disinilah aku, bersama teman lamaku. Raisa. Teman SMPku. Kami bercerita banyak tentang setelah lulus SMP, sekolah SMA sekarang, bahkan mantan-mantannya yang dipermainkannya. Raisa memang seorang player. Mantannya sudah tak bisa dihitung oleh jari. Aku hanya mendengarkannya bercerita, sesekali kita tertawa. Satu info penting, ternyata dia anak dari pemilik butik ini. Otomatis, dia saudara Kak Brian dan jika aku sudah menikah dengan Kak Brian, Raisa juga menjadi saudaraku.

"Btw, bang Brian siapa lo?" jawab apa ini, Raisa nanya gitu lagi.

"Em, Kak Brian... Kak Brian kakak kelas gue."

"Gue tau, emang bang Brian itu lebih tua dari kita, tapi kenapa lo bisa kenal?"

"Gue..."

"Lo, lo kenapa?"

"Gue..."

Aku tak menjawab pertanyaan Raisa, masa aku harus jawab calon suami? Atau pacar?

"Venus? Ica? Kalian kenal?" Kak Brian datang dari arah kamar mandi.

"Gue kenallah, dia 'kan sahabat gue yang gue ceritain ke lo."

"Oh, jadi dia? Bukannya sahabat lo itu namanya Arin."

"Venus Arein, Arein hapus huruf 'E', Arin 'kan?Hahahah, Arin kocak 'kan bang?"

"Hmm."

"Jadi Arin siapa lo?"

"Calon ISTRI gue!" Kak Brian menekankan kata 'Istri'.

Raisa menampilkan wajah datarnya. Tiba-tiba...

"Hahahahahah, lo, lo sejak kapan jadi raja alay. Kalau pacaran bilang aja kali. Hahahahahaha."

"Kalau bukan calon istri gue, ngapain gue bawa kesini buat fitting baju?"

Raisa menanggapinya dengan mengangguk. Aku heran mengapa Ia tak terkejut?

"Raisa, lo gak kaget? Atau gimana gitu?"

"Gak. Di keluarga kita nikah itu udah biasa. Nyokap gue juga nikah muda."

"Dan lo?"

"Gue gak di jodohin. Yang lebih dominan buat di jodohin itu anak cowok kayak Brian."

Jadi ini seperti sebuah tradisi di keluarganya. Aku baru tau, tapi usia Kak Brian sekarang 18 tahun.

"Apa cowok yang di jodohin umurnya 18 tahun?"

"Ya, dan ceweknya harus 17 tahun."

Aku mulai mengerti, tapi kenapa harus aku?

"Tapi kenapa harus gue?"

"Mungkin bonyok lo sahabat bonyok dia."

"Emang gitu sih. Kalau gitu nanti kita sodaraan dong?"

"Iyalah bego!"

"Tapi..."

"Udah, nanya mulu lo. Nanti gak jadi-jadi fitting bajunya." aku tau nada bicara Kak Brian sudah sangat kesal. Mungkin dia udah benci sama gue. Gue bakal buat Kak Brian lebih benci. Tunggu Kak.

"Tapi, acara kangen kangenannya belum selesai. gimana dong?"

"Nanti lagi."

Yosha... Kak Brian makin kesel, gue kerjain.

"Kak, kita itu belum tukeran no telfon, belum tukeran Id Line, belum saling folow-memfollow instagram."

"Bukannya tadi udah yah?"

Bodo, bodo. Kenapa dia bilang gitu sih.

"Tuh, udah 'kan?"

Aku memutarkan kedua bola mataku, menampilkan raut kesal. "Ya udah, lo jangan lupa spamlike ig gue."

"Iya, iya cepet sana!"

"Lo ngusir gue? Oke, fix. Lo, gue, END."

"Alay lo masih belum sembuh juga."

"Auh ah gelap." aku berdiri di ikuti Kak Brian.

Kak Brian mengiringku ke sebuah ruang ganti. Disana juga terdapat beberapa pelayan yang tersenyum dengan kedatanganku.

"Didalem udah ada gaunnya lo tinggal masuk, udah gitu keluar. Gue pingin liat gaunnya."

"Ah, masa sih mau liat gaunnya. Lo mau liat gue mungkin Kak." godaku.

"Ge-er lo."

Kak Brian meninggalkanku. Kak Brian bakalan tau diriku yang sebenarnya. Ya, walau Alay, tapi aku suci kok.

Aku segera masuk dan mengganti baju.

Setelah beberapa menit aku ganti baju. Aku keluar dengan gaun putih yang sangat kontas dengan kulitku. Aku tak atau ini model apa yang aku tau. Panjang gaun ini menutupi kakiku dan di bagian dadaku ada pita putih berpola horizontal menutupi sebagian lenganku. Gaun ini sangat indah, bahkan bersinar.

Aku masih memperhatikan gaun yang kupakai ini. Saat mendongak kepalaku. Aku melihat Kak Brian memakai pakaian putih. Mungkin baju ini sepaket. Mataku terpesona. Dia sangat gagah. Em, tampan. Tanpa sadar aku tersenyum melihatnya. Dia juga tersenyum. Sangat manis.

Apakah dia?

Calon Suamiku.

Tbc.

Maafkan jika Typo+geje😀😁😂









My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang