2.2

11.7K 414 3
                                    

Venus POV.

Sudah seminggu aku di Indonesia. Seminggu lagi Indah dan Kak Billy menikah. Iya. Aku baru tau bahwa mereka menganggapku sudah tiada dan Indah sangat kaget saat aku menelfonnya menggunakan nomor baruku. Mereka dengan suka rela menjemputku di bandara dan membawaku ke apartemen Kak Billy. Mereka menceritakan semuanya padaku, apa yang terjadi 5 tahun saat aku tak di Indonesia.

Inti dari semuanya, Kak Brian menderita. Brian suamiku menderita. Aku juga.

Aku menceritakan apa yang terjadi denganku sampai aku menjadi sarjana. Aku sedih saat wisuda tak ada seorang pun yang melihatku memakai Toga keatas panggung. Dan setahun ini aku langsung bekerja mencari uang untuk pulang ke indonesia sampai sekarang aku disini. Langsung mendapat berita buruk.

Indah bilang aku jangan pulang ke rumah tiba-tiba. Takutnya mereka tak percaya. Walau aku yakin mereka percaya. Indah mempersilahkan sebagian waktu di pestanya untukku mengungkapkan semuanya.

"Disaat pesta topeng. Lo harus dansa sama Kak Brian."

"Iya,"

Seminggu kemudian...

Aku duduk disamping pria yang sangat aku rindukan. Ingin rasanya sekarang berteriak bahwa aku disini.

Dia tak membawa pasangan, katanya dia masih menungguku. Maaf.

Terus kuperhatikan gerak-geriknya. Tampilannya sekarang sudah tak seperti dulu. Dulu jambang dan kumisnya selalu Ia cukur sekarang sudah mulai tumbuh lagi.

Dibalik topeng ini aku berharap dia tau keberadaanku. Aku tak tau mungkin dia sudah tak menerimaku lagi atau tidak.

Saat pesta topeng, dia memakai topengnya dan menatapku. Oh Tuhan. Aku merindukan tatapan itu. Dia menyodorkan tangannya padaku.

"Aku tak memiliki pasangan. Kamu mau menjadi pasanganku? Hanya kali ini. Karna istriku sedang tak ada."

Ya ampun. Aku rindu dengan suaranya. Tapi mendengar kata istri siapakah dia? Kata Indah Brian tak menikah lagi. Apa itu aku?

Kuterima tangannya. Lagi-lagi aku rindu hangatnya tangan dan tubuhnya. Ingin aku memeluknya tapi dia tak tau aku siapa.

Kami berdansa seperti pasangan lainnya. Mataku tak menatapnya. Kita saling menatap. Semoga dia tau.

Tapi,

"Matamu, mirip mata istriku."

Deg.

Ini aku sayang. Ini aku.

"Venus, istriku. Dia sangat cantik, bahkan aku sudah cinta saat kita di jodohkan. Tapi gengsiku dan ego ku membuatku malu menyatakannya. Harusnya dia ada disini. Harusnya sekarang aku menjadi ayah. Harusnya dia ada dirumah dan pergi ke kantor untuk membawakan bekal. Harusnya dia mengrus anakku, buah cintaku dengan Venus. Harusnya dia yang ada dihadapanku. Harusnya... Harusnya... Tapi kenyataanya terbanding terbalik. Dia gak ada disini. Dia belum kembali."

Deg.

Deg.

Deg.

Kalimat tadi seakan menusukku. Aku tak tau kalau dia sebegitunya. Aku tak tahan untuk menangis. Aku melepas pegangannya dan menghapus air mata yang rasanya sulit untuk berhenti.

Dia meninggalkanku. Aku memperhatikannya. Lampu mati dan menyorotku dan Brian.

Ini saatnya Venus!

"Maaf. Maaf karna tak memberi tau keadaanku. Maaf karna tak ada disisimu. Maaf karna tak mengantarkan makanan ke kantormu. Maaf karna kamu tak menjadi ayah. Maaf karna tak mengurus anak kita, buah hati kita. Tapi... Hiks.. Tapi sekarang aku disini. Dihadapanmu saat kamu berbalik."

Dia berbalik menatapku tak percaya. Aku membuka topengku. Menatapnya lagi. Aku mohon kamu balik kesini.

Dia berjalan mearahku. Tatapanya sulit diartikan. "Brian, ini aku, Venus Arein."

Dia menghapus air mataku dan menarikku dalam dekapannya.

"Aku kangen. Miss you, Kak Brian."

Kami berpelukan erat.

"Kak, kamu percaya ini aku?"

"Aku percaya. Jangan tinggalin aku lagi."

Aku gak akan ninggalin kamu lagi. Aku sayang kamu, Brian Pratama.

"I love you, Venus."

"I love you more, Brian."

Tbc...

★★★

My Ice Husband! [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang