Ting nong ting nong.
Aku membuka pintu dan langsung terkejut. Ternyata si kembar. Kalian lupa? Coba inget inget. (0.3)
"Halo, kakak ipar." sapanya membuatku terkikik.
"Ayo, masuk."
Mereka dengan seragam SMP-nya yang masih melekat duduk di sofa.
"Kalian udah makan belum?"
"Belum nih kak, Kak Brian mana?"
"Kakak kalian masih kerja bentar lagi juga pulang. Temenin kakak makan yuk."
Kami pun makan bersama setelah itu mereka kembali disofa. Sedangkan aku membereskan meja makan.
Ting nong. Cklek.
Itu pasti Brian. Dengan semangat aku berlari kecil ke arah pintu.
"Sayang, udah berapa kali aku bilang, jangan lari-larian. Aku gak mau kenapa-napa." ucap Brian memelukku dan mencium dahiku.
"Iya, maaf."
Brian berlutut di depan perutku yang sudah besar. Dia menempelkkan telinganya di pusarku.
"Hai anak Ayah. Kamu jangan nakal ya disana. Kasian Bunda kalian."
Aku tersenyum mendengar Brian yang seolah-olah berbicara pada Anaknya. Bahagia? Tentu setelah 5 tahun tanpa kabar akhirnya kita bertemu dan menjalankan apa yang seharusnya ada.
Aku teringat, saat Brian tau aku hamil. Dia menangis sesenggukkan, padahal aku saja tidak menangis. Brian mulai protektif, dia melarangku pergi-pergian, dia juga pulang tepat waktu dan menjagaku setiap malam.
Sampai sekarang yang aku tau, Brian selalu mengerjakan kerjaannya setiap malam sesudah aku tidur. Tapi, aku masih pura-pura tidak tahu tentang hal itu.
"Hei, jangan ngelamun. Nanti kesambet loh."
Ya, siapa lagi kalau bukan suamiku, Brian. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Ya udah yuk, kasian si kembar lama nunggu."
Aku mengangguk dan mengambil tas Brian tapi dia menolak. Kalau sudah gini ya sudah.
***
Makin hari perutku makin besar, aku sudah beranggapan kalau anakku nanti cowok. Brian bilang cewek. Tapi kita tak mengharuskan keduanya. Apapun yang penting anak kita selamat.
Bulan ini aku sudah menginjak bulan kedelapan. Aku tak mencari tahu jenis kelamin anak dalam kandunganku. Biar suprise.
Brian juga telah cuti untuk bulan ini dan bulan depan. Dia senantiasa menemaniku dari pagi sampai malam harinya. Sampai aku rasa bosan melihatnya.
Dia tiduran di sebelahku sambil memainkan ponselnya. Aku juga mengambil ponsel, kubuka instagram cowok, bukan artis tapi selebgram yang kurasa ganteng. Walau mungkin umurnya di bawahku tapi, ya, cocoklah buat cuci mata.
"OH MY GOD. Ganteng banget, follow ah."
"Kamu liat apa, Ven?"
"Liat cowok."
"Siapa? Aku?"
Aku menoleh kearah.
"Bukan, ini cogan selebgram. Gayanya cool banget loh."
"Simpen hape kamu!"
"Gak mau! Aku masih pengen liat cogan."
"Simpen, kamu juga lagi disebelah cogan. Ngapain liat cowok lain."
"Ih, aku bosen. Kamu kan gak ngebolehin aku keluar. Jadi susah cuci mata."
"Oh, jadi kamu bosen? Ya udah aku pergi aja. Tapi kalau kamu kangen jangan salahin aku!" Brian meninggalkanku di kamar sendirian. Pintunya dia tutup.
Apa Brian marah? Ah, seharusnya aku gak ngomong kayak tadi. Jadinya Brian gak pergi kan. Ini semua salah aku.
Brian POV.
Akhir ini aku cuti. Dan aku menemani istriku di rumah. Ya, Venus sedang mengandung anakku. Kebahagiaan selalu datang setelah penderitaan.
Venus bilang dia bosan padaku. Huh, padahal setiap aku pulang dia selalu peluk-peluk, malahan cium-cium. Jadi aku tinggal aja di kamar.
Aku hanya diam menonton TV. Tak lama aku merasakan ada pergerakan di samping ku. Kulihat Venus dengan wajah sembabnya. Dia pasti menangis lagi.
"Kak, maafin aku. Aku gak bosen sama kakak cuma aku cari kerjaan aja. Lagian cogan yang tadi gak jadi ganteng kok. Gantengan kakak. Jangan marah ya?"
Aku terkekeh mendengar omongannya. Dia lucu sekali. Ku dekap dia dan menyandarkan kepalanya pada dadaku.
"Iya, tadi aku cuma kesel doang. Jangan gini lagi ya?"
"Iya."
"I love you, Venus."
"I love you more, Brian."
Tbc..
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Husband! [Revisi]
RomanceFollow terlebih dahulu👆👆 Coba baca Sinopsisnya dulu👇👇👇 [WARNING TYPO] MY ICE HUSBAND Aku, Venus Arein. Kisah hidupku yang rumit. Setelah atau sebelum aku menikah dengan seorang pria yang tak pernah aku bayangkan. Dia adalah Brian Pratama, salah...